logo

Paroki Santo Yakobus

yakobus

Puri Widya Kencana LL No. 1, Surabaya

Sejarah

Adalah Drs. Michael Utama Purnama MA, Ketua Dewan Pengurus Harian Sekolah Ciputra, sekaligus tokoh umat, yang pertama kali melontarkan gagasan untuk mendirikan Gereja Katolik di Citra Raya. Michael Utama memprediksi dampak pengembangan kawasan Surabaya Barat, utamanya kehadiran beberapa pengembang besar dan penghuninya yang beragama Katolik, cepat atau lambat memerlukan kehadiran Gereja Katolik. Michael Utama menyampaikan gagasan itu kepada Ir. Sutoto Yakobus, MBA, Direktur Proyek Citra Raya Surabaya di sela-sela rapat pendirian Sekolah Ciputra. Peristiwa di akhir tahun 1995 tersebut mendapat respon positif dari Sutoto Yakobus.

 
...

Kelanjutan dari gagasan mendirikan Gereja Katolik berbuah dalam acara makan siang di bulan Maret 1996. Hadir di pertemuan makan siang itu Uskup Yohanes Hadiwikarta, RD Jelantik Pr, Drs. Michael Utama Purnama MA, Ir. Sutoto Yakobus MBA, dan Lusyana Setijani. Uskup Yohanes Hadiwikarta ternyata antusias menyambut gagasan tersebut. Bahkan ketika gagasan ini diajukan kepada Direksi Grup Ciputra, juga disambut dengan sangat baik oleh Ir. Ciputra. lapun kemudian mempersembahkan lahan seluas 2.000 m2 di Citra Raya secara cuma-cuma untuk keperluan pembangunan gedung gereja.

Maka seusai pesta peringatan tahbisan Uskup yang kedua, yang bersamaan dengan pesta nama Santo Yakobus tanggal 25 Juli 1996, Uskup Yohanes Hadiwikarta kemudian mengundang RD Alexius Kurdo Irianto dan RD Antonius Gosal untuk menyampaikan hasil pembicaraan pertemuan tersebut. Intinya, Keuskupan Surabaya harus siap mengantisipasi perkembangan Gereja ke arah Surabaya Barat. Kesiapan ini sekaligus menanggapi penawaran Ir. Ciputra yang menyediakan lahan untuk membangun gedung gereja Katolik.

KELAHIRAN STASI SANTO YAKOBUS

Langkah strategis yang dibutuhkan pembangunan gereja adalah keberadaan umat. Maka sebagai langkah awal pembentukan umat, Sutoto Yakobus mengusulkan kepada Uskup Yohanes Hadiwikarta agar bersedia mempersembahkan Misa Kudus pemberkatan rumahnya di Citra Raya, sekaligus menjadikan acara ini sarana untuk mengkomunikasikan rencana pendirian gereja baru kepada umat di Citra Raya. Uskup Yohanes Hadiwikarta menyetujui usulan tersebut dan Misa Pemberkatan Rumah dilaksanakan tanggal 30 Juli 1996.

Umat yang hadir menyambut sangat baik gagasan pendirian Gereja di Citra Raya yang dijelaskan Uskup Yohanes Hadiwikarta dalam homilinya. Maka saat ramah tamah seusai Misa, umat mengusulkan agar Maria Lois D. Chrisdayanti bersedia menjadi koordinator umat, untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan peribadatan dan kegiatan lain menyongsong pendirian stasi baru.

Untuk meneguhkan proses pembentukan ' umat, Uskup Yohanes Hadiwikarta menerbitkan surat No 516/G.113/VIII/1996 tertanggal 17 Agustus 1996, yang ditujukan kepada RD Alexius Kurdo Irianto. Isi surat itu menyatakan kelahiran Stasi baru yang berinduk ke Paroki Aloysius Gonzaga. Sedangkan RD Antonius Gosal ditugaskan untuk menangani Reksa Pastoral Stasi baru ini.

Stasi baru ini selanjutnya diberi nama Santo Yakobus, yang umatnya diharapkan mengimani semangat Rasul Santo Yakobus. Pilihan nama Santo Yakobus memanfaatkan momentum awal pembicaraan membangun Gereja Katolik dan rintisan pembentukan Stasi di Citra Raya, yang terjadi dalam suasana pesta peringatan tahbisan Uskup Yohanes Hadiwikarta yang kedua tanggal 25 Juli 1996. Tanggal tersebut ternyata diperingati sebagai pesta nama Rasul Santo Yakobus sesuai penanggalan Katolik.

 

MISA RUMAH KE RUMAH

Pasca pembentukan Stasi Santo Yakobus, Misa Kudus Perdana diadakan tanggal 15 September 1996 dirumah Keluarga Harmanto Darmali.

Misa ini sekaligus menjadi-misa pemberkatan 3 rumah umat, yaitu rumah Harmanto,

Andreas dan Holly yang semuanya berlokasi dikawasan Taman Gapura. Misa dihadiri 25 umat. Selanjutnya Harmanto Darmali ditunjuk menjadi Ketua Stasi pertama, sementara jumlah umat awal Stasi Santo Yakobus yang berhasil didata tercatat 25 Kepala Keluarga.

Penyelenggaraan Misa Kudus selanjutnya setelah Misa Kudus perdana, dilaksanakan setiap minggu dengan berpindah-pindah dari rumah ke rumah umat. Maklum Stasi Santo Yakobus belum mempunyai lokasi peribadatan yang tetap. Sedangkan rumah yang menjadi lokasi Misa Kudus, umumnya rumah yang meminta pemberkatan rumah. Maka Misa Kudus mingguan itu sekaligus merupakan Misa Pemberkatan rumah baru. Misa Kudus seringkali diadakan dengan lesehan, dimana umat duduk di lantai beralaskan tikar ala kadarnya.

Misa Natal Stasi pertama kali diadakan pada tahun 1996. Karena Stasi Santo Yakobus belum mempunyai gedung Gereja, maka Misa Natal dilaksanakan di Restoran Palimanan Ciputra Golf & Klub Keluarga yang dihadiri 49 umat.

 

GEREJA RUMAH PERMANEN

Genap 6 bulan setelah Misa Kudus perdana umat Stasi Santo Yakobus berpindah-pindah dari rumah ke rumah, pada bulan Maret 1997 Stasi Santo Yakobus mendapatkan pinjaman dari Citra Raya sebuah rumah di Taman Internasional B I- 56 untuk dipakai sebagai tempat beribadat yang permanen. Jadwal Misa Kudus yang ditetapkan saat itu setiap minggu pukul 8 pagi.Tetapi kondisinya tetap beralaskan tikar. Sedangkan setiap Sabtu sore diselenggarakan kegiatan untuk anak-anak Bina Iman Anak Katolik (BIAK) setiap sabtu sore. Rumah di Taman Internasional ini tidak besar, karena hanya dapat menampung sekitar 35 umat.Tetapi umat tetap bersyukur dapat beribadat di lokasi yang tetap. Atas inisiatif umat, menjelang perayaan Paskah tahun 1997 umat bergotong-royong mengumpulkan dana untuk membeli sarana dan prasarana ibadat, seperti kursi, salib, meja altar, mimbar dan peralatan Misa Kudus agar dapat beribadat lebih baik.

 

GEREJA RUMAH TOKO
Umat mengikuti Misa di halaman gereja Santo Yakobus yang sedang dibangun. Gambar bawah memperlihatkan Balai Paroki mulai digunakan sebagai gereja. 

Pertumbuhan pemukiman Citra Raya dan juga perumahan lain di Surabaya Barat mempengaruhi pertumbuhan umat Katolik yang ingin mengikuti Misa Kudus di Stasi Santo Yakobus. Dari pinjaman rumah di kawasan Taman Internasional, manajemen Citra Raya kemudian meminjamkan sebuah unit Rumah Toko (Ruko) di kawasan Taman Puspa Raya D-3 sebagai tempat beribadat. Pertimbangannya karena tempat yang lama sudah tidak mampu menampung umat.

Maka pada tanggal 24 Agustus 1997 kegiatan Misa Kudus dan BIAK beralih ke Ruko Taman Puspa Raya dengan kapasitas tampung sekitar 50 umat. Tidak sampai setahun, Gereja Stasi Santo Yakobus di Ruko ini sudah kewalahan menampung umat. Saat misa pasti ada umat
yang harus mengikuti Misa Kudus di teras atau bahkan area parkir ruko. Tercatat umat yang hadir dalam Misa Kudus tanggal 31 Mei 1998 sudah mencapai 105 umat. Sehingga sebagian besar umat harus rela mengikuti Misa Kudus dari luar ruangan. Untuk mengatasi keterbatasan ruangan, Pengurus Stasi akhirnya sepakat untuk menyewa 2 unit Ruko. Lokasinya masih di Taman Puspa Raya, hanya saja Gereja Santo Yakobus dipindah ke unit D 17-18. Lokasi gereja baru ini mulai digunakan tanggal 14 Juni 1998. Dua unit ruko tersebut dijebol menjadi satu ruangan, sehingga dapat menampung sekitar 150 umat. Rata-rata jumlah umat yang tercatat pada buku tamu misa setiap hari Minggu sebanyak 202 Kepala Keluarga. Saat itu stasi masih terbagi menjadi 4 Lingkungan, yaitu Santa Anna, Santo Paulus, Santo Yoseph dan Santa Maria. ■

Pendirian Gereja Katolik Santo Yakobus bila dicermati jejaknya bermula dari upaya-upaya sekitar 20 tahun lalu. Saat itu kepengurusan Stasi juga mulai disempurnakan. Maka pada bulan Desember 1998 pengurus Stasi yang terdiri dari Petrus Naryanto (Ketua-I) dan Jacobus Subiyanto (Ketua-ll), bersama tokoh umat seperti EV. Heru Prasanta, Denny Bernadus dan pengurus lainnya, meminta waktu kepada Uskup Yohanes Hadiwikarta untuk bertemu. Mereka didampingi RD Antonius Gosal yang sebelumnya ditunjuk sebagai pastor yang menangani Stasi Santo Yakobus.

Tujuan tim kecil ini bertemu Uskup Surabaya, untuk mengajukan permohonan membangun gedung Gereja dengan menyampaikan konsep Susunan Panitia Pembangunan serta gambar gedung gereja yang dirancang oleh Tim Arsitek Citra Raya dan Konsultan Archi Metric. Derap pembangunan Gereja Santo Yakobus mulai terasa aktivitasnya, setelah susunan Panitia Pembangunan Gereja Santo Yakobus (PPGSY) disahkan oleh Uskup Yohanes Hadiwikarta melalui Surat Keputusan Uskup nomor 272/G.113/IV/99 tertanggal 1 April 1999. Surat formal tersebut memutuskan Uskup Yohanes Hadiwikarta sebagai Pelindung PPGSY,yang dibantu 

RD A. Gosal Pr sebagai Romo Pembangunan dan RD Eko Budisusilo sebagai Romo Penasehat. Sementara 10 tokoh umat menjadi panitia inti yang berbagi tugas sebagai Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris, Bendahara, Ketua Bidang Dana, Ketua Bidang Perencanaan, Ketua Bidang Pengawasan serta Koordinator Bidang Teknis Lapangan.

Berbagai rencana, persiapan dan pengurusan ijin menjadi kegiatan awal PPGSY. Pengurusan ijin-ijin sebelumnya telah dirintis oleh Denny Bernadus. Dengan bantuan Tim Perijinan Citra Raya serta Sutoto Yakobus, dua ijin utama akhirnya berhasil diperoleh.

Yang pertama adalah Ijin Prinsip Membangun Gereja dari Walikota Kotamadya Surabaya bernomor 451 /0016/402.8.02/1998 tertanggal 5 Januari 1999. Yang kedua berupa Ijin Mendirikan Bangunan dengan nomor 188 /566/402.5.09/1999 tertanggal 22 Nopember 1999.

Sementara itu saat merancang gedung gereja, PPGSY telah mempertimbangkan potensi besar perkembangan umat yang harus dilayani dalam jangka panjang. Karenanya lahan seluas 2.000 M2 pemberian Ir. Ciputra diprediksi tidak akan mampu menampung
umat. Setelah PPGSY berkonsultasi dan mendapat persetujuan Keuskupan Surabaya, akhirnya diputuskan untuk membeli lahan tambahan seluas 3.000 M2 dari Citra Raya. Beruntung PPGSY mendapat fasilitas berupa harga khusus, termasuk angsuran pembayaran dalam jangka panjang. Kini gedung gereja siap dibangun di atas lahan seluas 5.000m2.

Rancangan Gereja didesain menjadi dua lantai. Panitia pembangunan menerapkan strategi pembangunan secara modular atau bertahap. Alasannya menyesuaikan dengan ketersediaan dana. Desain Lantai-I dirancang menjadi Ruang Serbaguna, serta beberapa ruang pendukung yang ditujukan untuk pembinaan umat. Ruangan-ruangan itu juga didesain dengan fleksibilitas tinggi agar efektif penggunaannya. Sementara itu di lantai-ll dipastikan harus menjadi area tenang, karenanya ruang Gereja diputuskan dibangun di Lantai-ll agar ketenangan saat beribadah dapat terlaksana dengan baik.

 

PENGGALANGAN DANA

Penggalangan dana dimulai dari partisipasi umat Stasi yang masih sangat sedikit jumlahnya. Tetapi berkat tekad dan semangat tinggi, termasuk bantuan para dermawan dan donator, akhirnya usaha itu menghasilkan buah-buah nyata. Penghimpunan dana di awal ini ditujukan untuk membayar kapling tanah serta pembangunan fisik gereja.

Dana yang terkumpul dari umat Stasi, dermawan maupun donatur, rinciannya ditujukan untuk membayar kapling tambahan seluas 3.000 M2. Selain itu dana yang terhimpun juga dipakai untuk memulai pekerjaan pematangan lahan dan pemancangan tiang pancang pertama pada 

tanggal 25 Desember 1999 yang dilakukan Uskup Yohanes Hadiwikarta. Dana juga dibutuhkan untuk membeli lahan tambahan seluas 1.870 M2 yang memanjang di sepanjang sisi timur gereja, yang akan difungsikan sebagai lahan parkir dan lokasi Gua Maria. Panitia juga masih harus membeli kapling lahan seluas 900 M2 di sisi utara timur gereja, yang direncanakan untuk Pastoran dan pengembangan kegiatan gereja. Selain pengumpulan dana untuk pembangunan Gereja secara bertahap, juga banyak sumbangan dari umat berbentuk material bahan bangunan dan barang kelengkapan gereja.

Buah dari kerja keras Panitia PGSY dan partisipasi umat, akhirnya terbayar pada bulan November 2000. Kala itu sepertiga bangunan lantai-l dapat diselesaikan, yang akhirnya dipakai untuk pertama kali pada momentum Misa Kudus Natal 2000. Kapasitasnya dapat menampung sekitar 250 umat.Tetapi ketika harus berlomba dengan pertumbuhan umat yang pesat, kapasitas ruang ibadat Gereja kembali menjadi tidak ideal hanya dalam beberapa minggu. .

Perkembangan umat yang sulit dibendung, kembali berdampak kapasitas ruang ibadat tidak mampu menampung seluruh umat. Hambatan utama ini menyebabkan umat tidak dapat berdoa dengan khidmad, karena sebagian umat dipastikan harus duduk di 

luar gereja. Solusinya, pen'gurus Dewan Stasi meminta persetujuan RD Eko Budisusilo untuk menambah jadwal Misa Kudus. Maka mulai tahun 2002 jadwal Misa Kudus ditambah hari Sabtu pukul 6 sore pada setiap minggu ketiga. Misa Kudus hari Sabtu ketiga ini ternyata kurang mendapatkan respon, karena sering terlewatkan oleh umat. Akhirnya atas persetujuan Pastor Paroki, Dewan Stasi kemudian memutuskan mengadakan Misa Kudus rutin setiap hari Sabtu pukul 6 sore. Jadwal permanen ini akhirnya mampu menampung kebutuhan umat, bahkan kehadiran umat terus bertambah.

Mengingat daya tampung dalam 2 kali Misa Kudus ini maksimal sekitar 1.000 umat, sedangkan kehadiran umat dalam misa kudus mencapai 1.100 umat, maka Dewan Stasi bersama PPGSY kembali memikirkan untuk segera menyiapkan ruangan tambahan. Karena penyelesaian pembangunan fisik gereja lantai-ll membutuhkan waktu yang panjang dan dana yang besar, maka Dewan Stasi bersama PPGSY sepakat mengutamakan penyelesaian seluruh bangunan ruang Serbaguna di lantai-l untuk dipakai sebagai Ruang Misa Kudus sementara. Berkat keimanan umat Stasi Santo Yakobus yang sangat kuat terhadap kemurahan Tuhan, ditambah berbagai usaha penggalangan dana, PPGSY akhirnya dapat menyelesaikan seluruh ruangan lantai-l yang berkapasitas sekitar 1.600 umat. Jumlah sebesar ini termasuk ruangan di bawah Ramp. Akhirnya ruang Serbaguna ini untuk pertama kali digunakan untuk Misa Kudus pada Hari Natal 2004, dan dianggap sebagai hadiah Natal bagi umat Stasi Santo Yakobus. 

Dinamika pengurus Stasi dan umat yang tinggi, mengharuskan dilakukan berbagai macam pembenahan. Sebab Pengurus Dewan Stasi Santo Yakobus ditantang untuk mempersiapkan Stasi ini berkembang menjadi Paroki. Maka ragam kegiatan harus dilakukan, seperti kegiatan yang bersifat Pastoral, pembenahan struktur organisasi kepengurusan dengan 3 ketua, pembenahan administrasi serta sekretariat, pemekaran Wilayah dan yang terpenting adalah pembinaan Iman umat.

Selain itu Dewan Stasi, PPGSY dan umat Stasi Santo Yakobus bertekad segera menuntaskan pembangunan Gereja.Targetnya agar Gereja Santo Yakobus dapat diresmikan dan diberkati tanggal 25 Juli 2006, yaitu tepat di usia Stasi Santo Yakobus yang ke 10. ■


 

Profil

yakobus-1

Gereja St.Yakobus

yakobus-2

Goa Maria - St. Yakobus

Jadwal Misa - Paroki

MISA WAKTU
Harian Senin – Sabtu 05.30
Mingguan (Sabtu) 18.00
Mingguan (Minggu) 06.00 | 08.00 | 10.00 | 18.00
Jumat Pertama 05.30 | 19.00

Kapel St. John Paul II (Pakuwon Mall, Surabaya)

 
MISA WAKTU
Harian Senin – Sabtu 18.00
Mingguan (Sabtu) 18.00
Mingguan (Minggu) - Bahasa Indonesia 10.00 | 17.00
Mingguan (Minggu) - Bahasa Inggris 12.00