Jl. Pemuda 42 Blora
: ---
Sejarah
Periode tahun 1969 – 2009
16 Oktober 1969 di sahkan menjadi Paroki.
Karena perkembangan jumlah umat semakin banyak, maka dipertimbangkan untuk mendirikan Gereja yang lebih besar. Romo Ernesto kemudian mencari tanah yang cocok untuk membangun Gereja yang baru. Setelah melalui pertimbangan yang masak, maka diputuskan untuk membeli tanah di jalan Pemuda, sebelah barat KODIM. Tanah tersebut dibeli seharga 1 kg emas. Karena di atas tanah tersebut masih dipakai sebagai kantor CPM dan asrama KODIM, maka sebagai penggantinya, romo Ernesto membangun kantor CPM dan asrama KODIM yang baru. Di atas tanah itu segera dibangun gedung Gereja yang baru dengan Romo Mangunwijaya Pr sebagai arsiteknya dan pelaksana pembangunan oleh bpk. Ir. RJB. Soehendrajati.
Rm. Ernesto CM menjadi pastor paroki yang Pertama. Saat itu jumlah umat sudah lebih dari 250- jiwa. Paroki yang baru ini memiliki 4 stasi (Nglobo, Ngawen, Waru dan Jepon) dan 7 kring ( Yonif 410, Bangke, Kedungjenar, Mlangsen, Jetis-Kauman, Kunden dan Tempelan) Meski sudah menjadi paroki, gedung Gereja yang baru masih dalam proses penyelesaian pembangunan nya. Tanggal 28 Oktober 1969, Duta Besar Vatican, Mgr. Mees mengunjungi Blora. Untuk menandai kunjungan yang istimewa itu maka Mgr. Mees diminta meletakkan batu pertama secara simbolis bagi bangunan gereja baru. 24 Des 1969 di gedung gereja yang masih dibangun diselenggarakan perayaan Ekaristi malam Natal untuk yang pertama.
Tahun 1969 ini juga Stasi ngawen mulai terbentuk, dibangunlah rumah untuk kegiatan ibadat (kapel) sederhana.
1970, 3 Oktober, Gedung Gereja baru dengan bentuk sebuah bahtera itu diberkati oleh Uskup Agung Semarang, Kardinal J. Darmojuwono Pr. Pada tahun ini juga dibuka TKK Theresia di Jepon dengan ibu Siti Aisiah sebagai Guru pertamanya. Rm Ernesto juga membeli sebidang tanah di Jl. Kol. Sunandar kemudian dibangun asrama guru yang sudah berkeluarga dan guru putri yang belum menikah .
1971, Atas inisiatip Rm Siveri, Rm Sabastiano Fornasari, Rm Ernesto Fervari, pada tanggal 21 Agustus 1971 dibuka karya sosial untuk penderita kusta yang diberi nama WIRESKAT, Wisma Rehabilitasi Sosial Katolik. Karya sosial ini menempati tanah pemberian pemerintah seluas 6 hektar di dukuh Sedangharjo 10 km dari Blora ke arah Rembang. Di atas tanah itu kemudian dibangun rumah-rumah dan disediakan banyak sarana untuk menampung dan mengembangkan kehidupan eks penderita kusta. Dewan paroki yang pertama dibentuk sebagai ketuanya bpk. Mugiyono Raharjo dan bpk.AY Soeparlan, sebagai sekretarisnya.
Tahun ini pula dibuka SDK di Jepon dengan bpk. Yustinus Maria Miskamto sebagai Kepala Sekolah yang pertama. Karena kesulitan keuangan, maka SDK Jepon harus ditutup, 1976
1972, Atas permintaan Rm. Sabastiano Fornasari CM/pastor paroki Blora saat itu kepada pimpinan suster SND di pekalongan, para suster SND mulai berkarya di Blora. Yang mengawali karya Sr. SND di Blora adalah Sr Aluisia SND dengan membuka Poliklinik Ngudiwaluyo yang berlokasi di Mlangsen Jl. Kol. Sunandar (yang sekarang dipergunakan untuk TKK dan SDK ). Sebagai pastor paroki, Rm. Fornasari banyak mengajak umat kegiatan keluar, ke masyarakat dengan berbagai kegiatan olah raga, yang dikenal dengan Paskah Cup. Juga aneka kegiatan kesenia, keroncong, kulintang, dll. Satu hal yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan ini: umat Katolik dikenal masyarakat luas. Untuk yang pertamakalinya ada TV di gereja. Setiap sore masyarakat datang berbondong-bondong untuk melihat siaran televisi.
Akhir tahun 1972 Sr Aloysia digantikan Sr Mikaela SND. Sr Mikailla SND juga terlibat dalam karya sosial untuk orang kusta di WIRESKAT. Di Ngawen pada tahun ini mulai dirintis pembangunan kapel yang lebih besar.
1977, Lima keluarga dari desa Betal Wonogiri, mulai menetap di Keser dan sekitarnya. mereka adalah keluarga Bp. Satino, Bp. Kartorejo, Bp. Karyo joyo, Bp. Y. Sucipto dan Bp. Petrus Tukino. Mereka ini adalah cikal bakal stasi Keser.
1978, Untuk pertama kalinya paroki Blora digembalakan oleh putra Indonesia yaitu Rm. Rahmat CM. Tahun ini didirikan Legio Mariae
1980, Rm. Y Wietjen SJ mengisi kekosongan penggembalaan imam di Blora.
1982 Gereja terbakar. 10 April Jumat Agung, dini hari api membakar habis gedung Gereja kebanggaan umat Katolik, dan masyarakat Blora. Saat itu yang menjadi pastor paroki adalah Rm. Carlo Liberi CM. Pastor paroki, umat serta masyarakat Blora berduka. Diduga kebakaran akibat hubungan pendek arus listrik yang akan digunakan untuk perayaan Paskah tahun ini. Karena gedung Gereja terbakar, maka perayaan Malam Paskah dilaksanakan di MAKODIM Blora. Selanjutnya umat merayakan Ekaristi di gedung DPRD Blora.
15 Agustus, gedung yang habis terbakar, dibangun kembali. Semua kekuatan umat dikerahkan untuk mendirikan kembali Rumah Allah yang hancur dimakan api. Gereja dibangun kembali dengan mempertahankan bentuk yang lama meskipun disani-sini ada perubahan.
Uskup Surabaya, Mgr. J. Klooster CM, digantikan Mgr. A. Dibyokaryono. Untuk pertamakalinya Surabaya mempunyai Uskup Putra Indonesia. Mgr. Dibjokarjono ditahbiskan sebagai Uskup tanggal 16 Desember 1982.
1983, 19 Maret Gereja yang baru diperbaiki karena terbakar diberkati oleh Mgr. A. Dibjokarjono, Uskup Surabaya.
Kembali paroki Blora digembalakan putra Indonesia, yaitu Rm. Karyono CM. Sejak saat inilah Blora selalu digembalakan oleh romo-romo Indonesia. Suatu tahap baru dalam perkembangan Gereja di Keuskupan Surabaya: Gereja mulai digembalakan oleh imam-imam Indonesia sendiri, menggantikan para misionaris yang telah bekerja keras menumbuhkan Gereja Indonesia.
Atas inisiatip Rm. Karyono didirikan warung Sarto serta koperasi yang dikelola oleh ibu-ibu Katolik dan gerakan pelayanan karitatif kepada para janda. Kedekatan Paroki dengan Pemerintah Daerah Blora semakin dipererat.
Pendekatan Imam dengan calon suster dan para Mudika.
Pada tahun ini berdiri Kelompok Muda-Mudi Katolik dengan ketua yang pertama YPP. Suyadi. Mulai dilaksanakan Misa harian.
Pembenahan Administrasi paroki diantaranya pendataan ulang buku Baptis
Muncul kartu Biru yang pertamakali dengan tujuan untuk perayaan Paskah
Rm. Karyono CM juga menjalin hubungan yang dekat dengan para pendeta gereja-gereja Kristen lainnya.
1989 Rm. John Pareira Pr menggantikan Rm. Karyono CM. Untuk pertamakalinya romo diosesan (Projo) menjadi Pastor Paroki di Blora.
Penggantian kring menjadi lingkungan dan penggantian nama lingkungan menjadi nama para Rasul. Stasi-stasi baru dibuka: Banjarejo, Kuduran, Todanan, Bleboh, dll.
1991, Terjadi peristiwa “luar biasa” yaitu jumlah baptisan untuk tahun ini mencapai 160 jiwa. Pada 1992-1995 Paroki St. Pius X Blora digembalakan oleh Rm. Ign. Kaderi Pr.
1996, Pembangunan gedung serba guna dimulai, peletakan batu pertama oleh Rm. Yosef Suhartono pada tanggal 11 Pebruari 1996.
1997, 26 Juni datang Sr.Elfrida AK.di Blora lalu mendirikan mendirikan BIAK yang terdiri murid-murid SD. Beliau juga mengajar di SDK.
1998, Dibukanya STMK Santo Pius dengan penerimaan siswa baru yang pertama, dibuka dua jurusan yaitu mekanik otomotif dan perabot kayu.
Pada tahun ini terjadi gejolak diantara umat yang berakibat melemahnya semangat menggereja, serta munculnya kelompok 13 pada 20 Juni 1998 dengan nama “Gerakan Umat Katolik Peduli Gereja”, yang berlanjut aksi demo kepada imam, yang saat ini Pastornya Rm. Yosep Suhartono Pr
Pada 12 Oktober 1998, Rm. Y Suyatno Pr menjadi Pastor Kepala di paroki Blora menggantikan Rm. Y. Suhartono. Rekonsiliasi dengan kelompok 13 dilakukan oleh Rm. Yustinus Suyatno, mengembalikan perdamaian umat Paroki St.Pius X Blora.
Rm. Y Suyatno Pr juga membentuk Tim doa, mengadakan pendalaman iman, Kitab Suci, mengadakan pemilihan ketua lingkungan.
Jepon, Karena dirasa kapel yang kecil dan sederhana sudah tidak mencukupi lagi untuk kebutuhan umat, umat Jepon mulai membangun kapel yang lebih besar. Setelah selesai pembangunannya, kapel St. Hieronimus Jepon yang baru diberkati oleh Mgr. J. Hadiwikarta, Uskup Surabaya, pada pada tanggal 29 September 2001.
2005, Rm. Agustinus Tri Budiutomo Pr (rm. Didik Pr) Sebagai pastor paroki yang baru, menggantikan rm. Yatno. Rm Didik mengembalikan fungsi Kartu biru dan pada tahun ini semangat umat untuk menggereja mulai muncul kembali.
2007-2017 Pereode 2 Romo
Pada tahun ini datang Romo baru menjadi Pastor paroki St Pius X Blora,Rm Alexius Kurdo Irianto Pr yang menggantikan Rm Agustinus Tri Budiutomo Pr. Untuk yang pertama kalinya, paroki Blora digembalakan oleh dua orang imam.
Tahun 2008 Datang romo A. Didik Setyawan CM menggantikan romo A. Tri Budiutomo. Romo A. Didik Setyawan CM secara khusus memperhatikan Wireskat, wisma rehablitiasi untuk orang-orang kusta. Untuk pertamakalinya paroki Blora menjadi komunitas campuran, romo CM dan Diosesan.
Tahun ini juga Datang 2 orang suster-suster SSpS, Sr. Bibiana SSpS dan Sr. Elfrida SSpS untuk memulai karya di bidang pendidikan.
2009, Rm. A. Didik Setyawan, Cm menggantikan Rm. Alexius Kurdo Irianto, Pr. Sebagai Romo Paroki St. Pius X Blora. Bersamaan dengan kedatangan Romo rekan yang baru yaitu Rm. Herman, Pr. Kemudian munyusul Rm. Nyoto lalu Rm. Gianto segai romo paroki dan Rm. Iwan kemudian disusul Rm. Siprianus Yitno (Sept 2016 )
Profil
Gereja St.Pius X -Blora
Goa Maria St.Pius X -Blora
Jadwal Misa - Paroki
MISA | WAKTU |
---|---|
Minggu | 07.00 | 17.00 |
Stasi St. Paulus Nglobo | --- |
Stasi St. Hieronimus Jepon | --- |
Stasi St. Petrus Ngawen | --- |
Stasi St. Fransiskus Asisi Kunduran | --- |