...

Kemudian pada tahun 1950-an di Wlingi sudah mulai diadakan Misa Kudus meskipun masih menggunakan rumah umat. Misa yang dilayani oleh romo-romo dari Paroki St.Yusup Blitar tersebut diikuti oleh umat Katolik yang pada saat itu jumlahnya masih sekitar 45 orang.

Mulai tahun 1957 pelayanan untuk umat dilanjutkan oleh Rm. Bartels CM yang pada akhirnya memiliki pemikiran untuk membangun sebuah gedung gereja di Wlingi. Pemikiran tersebut ternyata baru terealisasi pada tahun 1963 dengan nama pelindung yaitu St. Kristoforus.

Pada tahun 1964 Rm. Bartels CM digantikan oleh Rm. Lugano, Pr, salah seorang romo yang pada saat itu dikenal sangat dekat umat, rakyat dan pejabat kabupaten Blitar. Kedekatan beliau inilah yang akhirnya sangat berperan dalam membantu beliau dalam kerayanya di Wlingi.

Mulai tahun 1967 Wlingi sudah memiliki beberapa katekis yang berkarya pastoral secara penuh yaitu: Bpk Sumitro dari Madiun, Bpk. Bambang Sumidjo, Bpk. R. Tugimin, Bpk. Toto Santoso. Sejak tahun 1967 itulah semakin banyak orang yang ikut pelajaran agama katolik. Maka sejak saat itu pula mulai di buka beberapa stasi baru seperti Tegalasri, Resapombo, Purworejo, Salamrejo, Cungkup, Sidomulyo, kesambem, Parang Gandusari dll. Adapun beberapa tokoh yang turut berperan penting antara lain adalah Bpk. Basuki, Bpk. Mulyo Samino, Bpk. Darmowiyoto, dll.

Setelah stasi yang ada terus berkembang banyak, maka pada tanggal 29 Juni 1994, Stasi St. Kristoforus Wlingi diresmikan menjadi Paroki oleh Mgr Dibyokaryono, Pr. Dengan nama pelindung yang baru yaitu St Petrus-Paulus. Kemudian gedung gereja paroki Wlingi juga sempat mengalami beberapa renovasi, dan renovasi yang terakhir diberkati oleh Mgr. Hadiwikarta Pr. Pada tanggal 15 Desember 1996. Sampai pada tahun 1999 lalu, jumlah umat katolik paroki St. Petrus Paulus Wlingi menurut data statistik sudah mencapai sekitar 4.622 Jiwa.