Jl. Diponegoro No. 63-65 Nganjuk
: ---
Sejarah
Tahun 1897 paroki Surabaya (Kepanjen) menyerahkan wilayah Kediri, Blitar, Kertosono, Tulungagung kepada paroki St. Cornelius Madiun sebagai paroki baru. (Nganjuk-Brebek bagian dari Kediri, maka analoginya umat katolik Eropa di sini berada dalam penggembalaan Kediri). Pada tanggal 6 Juli 1880 ibukota kabupaten Brebek dipindah ke Nganjuk , sebidang tanah pemerintah seluas 1530 m2 di utara alun-alun di beli Tn. FE van der Meul seharga f 0, 15 untuk gereja orang Eropa pada tahun 1881.
Tahun 1925 berdiri paroki St. Vincentius a Paulo Kediri. Dua imam memiliki wilayah kabupaten Kediri-Nganjuk. Menurut Jaarboek tahun 1932, 1934, 1935 Rm. H. van Megen, CM dan H. Wessels, CM (2 imam dari Paroki Kediri) melakukan perjalanan pastoral bulanan ke Nganjuk, Kertosono dan Pare. Tahun 1935 berdiri sekolah rakyat Misie Yayasan Yohanes Gabriel di Babadan Pace dan Plangkat Bajulan. Tahun 1935 Rm. J. Wolters, CM menjadi kepala paroki Kediri dibantu Rm. H. Willems, CM dan Rm. JAM Klooster, CM.
Rm. Wolters, CM pada tanggal 4 Maret 1939 membeli tanah pekarangan yasan pensil no. 4 d I di Plangkat Bajulan milik Reksosoedarmo, F. Koesmin, Widjan dengan lebar tanah 0,035 Ha, 0,075 Ha, 0,05 Ha. (Tanah di Plangkat yang tersisa saat ini berupa bekas makam). Pada zaman Jepang tidak diketahui apakah ada kunjungan imam karena mereka ditawan Jepang. Diperkirakan peranan para rasul awam, khususnya para guru-guru yang berasal dari Jawa Tengah yang memelihara iman umat. Pada masa setelah kemerdekaan, misa dilakukan dari rumah ke rumah umat. Kapel di Utara alun-alun tetap dipergunakan.
Masa Penanaman Iman (1945-1970)
Pada tanggal 20 Agustus 1957 dibuka SMK Budi Luhur bertempat di kapel. Para guru dari luar berdatangan sebagai pengajar sekaligus tokoh pengembang umat yang handal seperti C. Prijosoebari, AB. Kusmoro, AJ. Sujoko, dll. Benih iman bertumbuh dari siswa/ siswi SMK baik orang Jawa dan juga orang Tionghoa, sehingga babtisan baru terus bertambah seiring dengan berakhirnya peristiwa G30 S sekitar tahun 1965. Misa setiap Minggu dilayani imam dari Kediri yaitu Rm. G. Boonekamp, CM, Rm. C. Reksosubroto, CM, Rm. Siswadi, CM, dan Rm. R. Kumoro, Pr.
Para rasul awam meluaskan kerajaan Allah ke Loceret, Mungkung, Ngrawan, Sudimoro, Papungan, Jatikampir, Rejoso, Gondang dan membentuk komunitas umat katolik. Menurut catatan sertifikat tanah pada tanggal 10 Juni 1969 menyatakan bahwa Rm. R. Kusmoro Wijoyo, Pr membeli tanah beserta bangunan seluas 1015 m2 di jalan Pahlawan 63 Mangundikaran, tanah batas desa serta bekas tanah pembantaian ternak di desa Gunung Kidul seluas 529 m2 pada tanggal 13 Juni 1970 untuk didirikan gereja dan pastoran.
Masa Tahun 1970-1985
Umat katolik semakin bertambah karena babtisan baru maupun pindahan dari luar kota khususnya para pegawai pemerintahan dengan membawa tradisi kekatolikan dari asal mula mereka. Peran seorang katekis gereja menjadi pemeliharaan iman umat. Pada tanggal 13 Juni 1970 Bapa Uskup Mrg. JAM Klooster, CM berkenan memberkati dan meresmikan gedung gereja dan pastoran dengan nama Santo Paulus. Misa setiap hari minggu pagi pada pukul 08.00 dilayani oleh para romo yaitu: Rm. Van Megen, Rm. Wartadi, Rm. Utomo, Rm. Aryono,Rm. Soenarjo,Rm. Hardi,Rm. Sutikno,Rm. Haryopranoto, dan Rm. E. Rossi.
Perkumpulan katolik mulai berdiri antara lain partai katolik, legio Maria, wanita katolik, pemuda katolik dan SSV. Pada tanggal 26 Januari 1968 sebidang tanah seluas 958 m2 di Jln. Kartini 48 dibeli dan kemudian didirikan SDK Budi Luhur yang dibuka pada tanggal 1 Januari 1974. Sebagai kepala sekolah yaitu Bpk. C. Prijosoebari. Pada tanggal 1 Januari 1975 dibuka SMAK St. Agustinus Nganjuk bertempat di Jln. Basuki Rahmat 2 (menempati gedung SMPK) dengan kepala sekolah yaitu Bpk. JB Soeprijanto katekis Nganjuk saat itu. Barulah pada tanggal 4 Oktober 1985 sebidang tanah seluas 6430 m2 di Kramat dibeli untuk gedung SMAK dan sejak tahun 1986 menempati di Jln. Gajahmada kotak pos 20.
Pada bulan Juli 1984 dirayakan 60 tahun imamat Rm. H. Van Megen, CM dengan misa gaya keroncong di gedung wanita, sekaligus sebagai perkenalan pastor paroki Kediri yang baru yaitu Rm. E. Rossi kepada pejabat pemerintahan Nganjuk. Kunjungan Bapa Uskup Mgr. Johanes Klooster, CM tahun 1980 untuk menerimakan sakramen krisma bertempat di gedung Balai Budaya. Pada tanggal 2 Juli 1982 kunjungan pertama Bapa Uskup Surabaya Mgr. Aloysius Dibjokarjono, Pr ke stasi Nganjuk untuk penerimaan sakramen krisma. Stasi Nganjuk menjadi tempat praktek mahasiswa calon katekis AKI Madiun.
Masa Peletakan Dasar Wilayah
Penggembalaan Rm. YM. Yuniharto, Pr (1985-1988)
Pada bulan Juli 1985 Rm. YM Yuniharto, Pr sebagai pastor baru ditahbiskan pada tanggal 13 Januari 1985 datang sebagai pastor pembantu paroki Kediri yang diberi tugas menangani stasi Nganjuk mengadakan rintisan-rintisan dasar wilayah gereja. Kelompok kategorial dihidupkan antara lain misdinar, Legio Maria, sekolah minggu, mudika/ OMK dan pendalaman iman kelompok. Suster Puteri Kasih diundang untuk mendampingi umat selama 2 tahun.
Lingkungan dibentuk sejak awal tahun 1987 yaitu lingkungan I (Agustinus), II (Petrus), III (Yohanes), IV (Andreas), V (Maria), Loceret (Petrus), Macanan (Robertus), Gondang (Ignasus-FX), Mungkung (Emanuel), Jatikampir (Petrus), Ngrawan (Paulus), Sudimoro (Yulius), Tritik (Agustinus).
Pada tanggal 26 Mei 1987 suster Abdi Kristus resmi berkarya di Nganjuk mengelola SDK dan membantu reksa pastoral stasi. Rumah susteran di Jln. Gatot Subroto 27. Misa inkulturasi Jawa diujicoba pada hari Petrus-Paulus tahun 1986 pelindung gereja stasi dimotori dari stasi Gondang-Rejoso. Sempat tercetus pada tahun 1987 akan didirikan gereja di Jln. Gajahmada Kramat karena sebidang tanah seluas 6220 m2 telah dibeli tahun 1987. Beberapa tokoh memberi pertimbangan agar tidak membangun gereja di tempat baru. Tanah sawah ini akhirnya dijadikan tabungan dewan stasi untuk disewakan sampai sekarang. Rumah samping utara gereja sebagai pastoran didirikan atas usaha ibu-ibu diresmikan pada tanggal 12 Juni 1988 dan tanda berakhirnya masa penggembalaan Rm. Yuniharto, Pr di Nganjuk karena romo Yuniharto mutasi ke Ponorogo.
“Menanam Tradisi” Untuk Membangun Jemaat
Penggembalaan Rm. A. Kurdo Irianto, Pr (1989-1994)
Pada tanggal 21 Juni 1989 ditahbiskan Rm. A. Kurdo Irianto, Pr sebagai imam dengan tugas di paroki Vincentius Kediri secara khusus menangani wilayah Nganjuk. Pada tanggal 10 September 1989 Mgr. AJ Dibjokarjono, Pr Uskup Surabaya berkenan menerimakan sakramen Krisma dan bersilaturahmi kepada pejabat daerah Nganjuk. Pada tanggal 8 Agustus 1990 gereja yang lama dibongkar karena pertambahan umat serta kondisi atap gereja banyak yang rusak dan bocor. Atas izin keuskupan dan pemerintah daerah maka semula rehap bangunan berubah menjadi pembangunan gedung gereja secara baru (rombak total).
Pada tahun 1990 terjadi perluasan tanah gereja karena dibeli tanah seluas 300 m2, 246 m2, 248 m2 dan bangunan rumah samping gereja yang menjadi pastoran lama. Tempat dinamika umat digodog bersama dewan stasi. Pada tanggal 25 September 1990 misa peletakan batu pertama pembangunan gereja oleh Rm. Rossi, CM didampingi Rm. Kurdo, Pr. Selama pembangunan gereja misa dilaksanakan di kapel SMPK Budi Luhur Jln. Basuki Rahmat 2.
Pada tanggal 10 Oktober 1989 kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Yogyakarta. Umat stasi Nganjuk berangkat ke Maguwo. Ibu IH Siti Nurwiana Soebari menerima komuni langsung dari Paus diantara 100 orang yang ditunjuk panitia kunjungan Paus di Yogyakarta sebagai salah satu wakil dari keuskupan Surabaya. Pada tanggal 23 Juli 1990 PA-PS (Putra Altar-Putri Sakresti) dihidupkan oleh Sr. M. Hedwigh AK dibantu oleh Stef. Rudy Handoko dengan menanamkan tradisi kekatolikan seperti doa Angelus, doa Kalasanta, Astuti Jumat I, pembinaan rutin setiap sabtu sore. Dari PA-PS benih panggilan imam tumbuh.
Pada tahun 1991 di Wisma Dharmaningsih tokoh-tokoh umat mengadakan retret untuk merumuskan arah dasar wilayah Nganjuk. Sejak Agustus tahun 1991 wilayah Nganjuk diberi frater pastoral hingga saat ini. Pada tanggal 20 November 1991, Bupati Nganjuk Drs. Ibnu Salam meresmikan gereja St. Paulus ditandai dengan pembukaan pintu, membunyikan lonceng gereja, dan Mgr. AJ Dibjokarjono, Pr memberkati dan sore harinya mempersembahkan misa kudus. Sebelum misa kudus didahului dengan upacara Boyongkundur Dalem Sakramen Mahakudus dari kapel SMP ke gereja yang baru.
Pada tanggal 21 November 1991, Bapa Uskup berkenan mempersembahkan misa harian di Nganjuk dan menjadi tamu daerah sehingga beliau bermalam di wisma tamu kabupaten Nganjuk. Malam harinya diadakan syukuran untuk masyarakat umum pementasan wayang kulit atas permintaan masyarakat Nganjuk. Sejak bulan Januari tahun 1991 dalam misa jumat I dilakukan penghormatan kepada sakramen mahakudus (ibadat Astuti Jumat I) pada bulan yang ke-9 sebuah monstran diperoleh bagi ibadat astuti.
Buah APP tahun 1992 adalah menghidupkan SMPK Budi Luhur dengan mencari murid dengan menjadi anak asuh keluarga dan dipikirkan adanya satu asrama pembinaan. Pada tahun 1993 sebidang tanah dengan rumah di Jln. Merdeka 48 seluas 1045 m2 dibeli oleh gereja untuk susteran AK sehingga lebih dekat dengan gereja. Di stasi Macanan berdiri sebuah TK St. Maria dengan menginduk pada TK Budi Luhur yang terletak di samping kapel. Pada tanggal 25 Juli 1994, Mgr. Y. Hadiwikarta, Pr menggantikan Mgr. AJ Dibjokarjono, Pr sebagai uskup Surabaya. Rombangan umat Nganjuk hadir upacara tahbisan uskup. Perpindahan Rm. A. Kurdo Irianto, Pr menjadi pastor kepala paroki St. Aloysius Gonzaga Surabaya, wilayah Nganjuk digembalakan oleh Rm. DB Karnan Ardijanto, Pr.
Menjadi Gereja Paroki
Masa Penggembalaan Rm. DB Karnan Ardijanto, Pr (1995-1997)
Arah kebijakan Rm. Karnan, Pr menghidupkan kelompok kategorial anak-remaja. Kehidupan rohani dibangun setelah banyak gebrakan baru masa Rm. Kurdo, Pr. Mgr. Y. Hadiwikarta, Pr mengeluarkan surat keputusan pendirian/pembentukan paroki St. Paulus Nganjuk no. 739/ G 113/ XI/ 95 tertanggal 26 November 1995 dan pelantikan dewan paroki St. Paulus Nganjuk periode 1995-1997.
Rm. Karnan sebagai pastor kepala paroki yang pertama. Malam harinya diadakan resepsi serta pergelaran wayang kulit. Kewilayahan paroki dimasukan kedalam wilayah regio III Madiun. Kegiatan keparokian diatur sesuai pedoman dasar keuskupan, sinode keuskupan I berlangsung dengan menetapkan arah dasar (visi-misi keuskupan).
Benih-benih panggilan mulai tumbuh dengan dipelopori sdra. Al. Hans Kurniawan masuk seminari Garum setelah SMA, disusul M. Suwito dari Loceret ke Garum. Adven I tahun 1997 Rm. Karnan, Pr menyerahkan paroki Nganjuk kepada Rm. Alb Haryopranoto, Pr karena Rm. Karnan ditugaskan untuk studi katekese di Filipina. Rm. Haryopranoto, Pr pindahan dari paroki Tasikmalaya yang mengalami peristiwa pembakaran gereja di Tasikmalaya tahun 1996.
Masa Menjalin Relasi Dengan Umat Lain
Masa Penggembalaan Rm. Alb. Haryopranoto, Pr (1997-2002)
Pada masa ini keadaan negara sedang mengalami krisis moneter, maka arah dasar pastoral Rm. Haryo lebih condong ke bidang sosial keluar: pembagian sembako, rawan pangan, warung murah. Kontak dengan pemuka agama islam digiatkan sehingga terbentuk forum kerukunan umat beragama. Pada tahun 1998 doa kerukunan umat beragama kabupaten Nganjuk bertempat di stadion Anjuk Ladang dan dihadiri oleh ibu Megawati, KH Said Agil Siraj, Uskup Surabaya dan semua tokoh agama di Nganjuk.
Dewan paroki terbentuk periode 1998-2001. Misi umat frater CM-suster PK selama 2 minggu pada keluarga-keluarga. Tahun 2000 tahun Jubelium kegiatan yang diikuti untuk Jubelium imam dan biarawan/ biarawati, dewan paroki, kaum muda, remaja, anak-anak, asisten imam. Dalam rangka lustrum I paroki tahun 2000 didirikan rumah pastoran di belakang gereja dan pelantikan asisten imam angkatan I pada tanggal 6 Maret 2000 oleh Mgr. Hadiwikarta, Pr.
Gedung pastoran diberkati oleh Mgr. Y. Hadiwikarta, Pr pada minggu 21 Pebruari 2001 dengan atraksi barongsai dari Madiun. Tugas pelayanan misa Jumat Legi di Poh Sarang, misa novena di Poh Sarang dan Klepu Ponorogo dengan iringan campur sari. Januari Minggu II tahun 2002 diresmikan purna pugar gereja Loceret dan Macanan oleh Uskup Surabaya sekaligus juga pelantikan dewan paroki periode 2001-2005. Pada masa ini (2001-2002) semua kegiatan mengalami kelesuan “jatuh di bawah salib”.
Masa Pemulihan Luka Batin
Masa Penggembalaan Rm. C. Triwidja Tjahja Utama, Pr (2002-2007)
Pada tanggal 1 September 2002 telah diangkat sebagai pastor di Nganjuk yaitu Rm. Rm. C. Triwidja Tjahja Utama, Pr (Rm. Tomy) dari Pare menggantikan Rm. Alb. Haryopranoto, Pr yang pindah ke Kediri. Langkah Rm. Tomy menyembuhkan luka batin orang-orang di paroki Nganjuk. Pada tanggal 15 Agustus 2003 ditahbiskan sebagai imam putera pertama Nganjuk yaitu Rm. Al. Hans Kurniawan, Pr oleh Mgr. Hadiwikarta, Pr.
Pada tanggal 18 Agustus 2003 misa perdana imam baru sekaligus syukuran prasetia 40 th Sr. M. Agustina AK dan 25 th Sr. M. Hedwigh AK sebagai suster Abdi Kristus. Malam hari dipentaskan barongsai dan wayang kulit. Pada tanggal 13 Desember 2003 telah berpulang Mgr. Y. Hadiwikarta, Pr sejak 18 Desember 2003 sebagai administrator Rm. Julius Haryanto, CM. Selasa Kliwon 5 Oktober 2004 diadakan selamatan pembangunan balai paroki memenuhi amanat Uskup almarhum.
Pada tanggal 2 Januari 2005 pelantikan dewan paroki 2005-2008 dilantik oleh Rm. Julius Haryanto, CM dan dibimbing dalam retret pengurusan dewan paroki di Domus Mariae Sarangan. Balai parki selesai diberkati bertepatan lustrum II paroki pada tangal 29 Juni 2005 oleh administrator keuskupan Surabaya Rm. Julius Haryanto, CM. Pada tanggal 29 Juni 2006 dalam rangka hari pelindung paroki diadakan pemberkatan purna pugar warung murah dan ruang kesehatan milik paroki oleh Rm. Tomy, Pr.
Kegiatan yang dipelopori kaum muda seminar, bedah buku, ziarah umat tahunan ke berbagai temat ziarah Maria khususnya di Jawa Tengah-Yogyakarta, hari paroki. Benih-benih panggilan di seminari menengah terus bertambah setiap tahunnya. Benih iman terus berkembang dengan babtisan baru. Pemakaian TPE 2005 dilaksanakan di paroki kita meskipun masih harus menyesuaikan di sana-sini. Kamis putih 2007 diumumkan oleh Pronuncio bahwa Paus Benediktus XVI memilih Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr sebagai Uskup Surabaya. Umat Nganjuk menghadiri tahbisan Uskup pada tanggal 29 Juni 2009.
Masa Menuju Paroki Mandiri
Masa Penggembalaan Rm. A. Andri Noertjahja E. W., Pr (2007-2012)
Rm. C. Triwidya Tjahja Utama, Pr dipindah tugaskan sebagai kepala perwakilan 3 yayasan Yohanes Gabriel dan bertempat tinggal di paroki Mater Dei Madiun. Rm. Andri Noertjahja EW, Pr kepala paroki SMTB Ngagel Surabaya dipindah tugaskan ke paroki St. Paulus Nganjuk. Serah terima dilaksanakan pada tanggal 16 September 2007 dengan diantar umat paroki Ngagel.
Rm. Aan melakukan pembenahan sarana dan prasarana paroki. Dewan paroki periode 2008-2011 terbentuk dan dilantik oleh Mgr. Vincentius Sutikno, Pr dalam kunjungan pastoral I di Nganjuk pada tanggal 30 Juli 2008. Rm. Aan diangkat sebagai romo vikep Madiun. Putera paroki Fr. Laurentius Fol Piluit CDD mengikrarkan kaul pertama dan menerima jubah dalam kongregasi CDD.
Akan ditahbiskan sebagai imam pada keuskupan Sintang putera II paroki Fr. Diakon Markus Suwito, Pr pada tanggal 19 Oktober 2008. Sejak 1 September 2008 paroki Nganjuk mendapat seorang pastor rekan bernama Rm. Felisianus Joni DS, Pr.
Masa pemantaban Paroki Dewasa dan Mandiri
Masa Penggembalaan Rm. Yosef Eko Budi Susilo (Juli 2012 – Desember 2016).
Dari Kepala Paroki Hati Kudus Yesus di pindahkan ke Paroki St. Paulus Nganjuk. Serah terima dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2012, disaksikan oleh Romo Vikaris Judicial Rm. Antonius Padua Dwi Joko. Romo Eko di Nganjuk sudah tidak asing lagi, karena waktu Frater pernah asistensi, dan sebagai ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan , Ketua komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan , serta Ketua Komisi Kerawam Keuskupan Surabaya tidak jarang datang ke Nganjuk. Seorang Tokoh Umat Bapak Gatut Suwito ketika Romo Eko Pindah tugas di Nganjuk mrngatakan, ibaratnya “pulang kampung”. Ciri khas Romo Eko sangat dekat dengan umat, tapi tegas. Pergaulan tidak pilih pilih, cenderung memihak pada orang lemah dan miskin.
Selama masa penggembalaan Romo Eko banyak bermunculan kelompok-kelompok kecil yang merupakan jembatan untuk mengajarkan Sabda Tuhan. Seperti Kelompok Senang Membaca Kita Suci yang dikoordinir olah Bapak Budi Raharjo, Kelompok Senam Terra sejak 2013(April) Dikoordinir oleh dr. Felix , Kelompok Pedal Power St. Paulus dikoordinir oleh Bapak Yusuf Randa Bunga ; Kelompok Touring dikoordinir oleh dr. Edie Yusuf ;Paguyuban Adorator Paroki (Papirus) dikoordinatori oleh dr. Bambang Sentanu; Komunitas Doa Koronka; yang penting juga muncul KEP (Kursus Evangelisasi Pribadi), Paroki St. Paulus. Kelompok-klompok tersebut semua disapa, supaya dengan itu bisa semakin menjadi semakin guyup. Disamping hal tersebut semasa penggembalaan Romo Eko di Paroki di bangun Kapel Adorasi Ekaristi Abadi dan Gua Maria, yang pembangunannya di mulai 19 September 2013, dan diberkati serta diresmikan oleh Bapak Uskup Vincentius pada tanggal 24 Agustus 2014. Di Stasi St. Petrus Loceret dibangunnya Balai pertemuan Stasi, dan Gua Maria. Sebelum pindah tugas ke Jakarta tahun 2016, dibangunlah gedung TKK Budi Luhur di Belakang Balai Paroki (mulai 26 Nopember 2015 – 18 Juli 2016). Taman-taman di halaman gereja juga dibenahi. Pada bulan April muncul komunitas Doa koronka yang dipelopori beberapa ibu, seperti Bu Raymond, Bu Maria Sutomo, Bu Felix, Bpk. Felix, Bu Harisman, Bapak Harisman, Bu Bambang Mastrip (kakak Bu Harisman), Bu Yohanes Bidan.
Kunjungan orang sakit digalakkan, demikian juga kunjungan ke penjara setiap Hari Kamis dalam bulan Desember. Pembagian tugas pastoral bersama Pastor Rekan : Untuk Stasi Loceret dan Stasi Wilayah Selatan Reksa Pastoral diemban oleh Romo Gregorius Martia Suhartoyo, Stasi wilayah utara oleh Romo Yosef Eko Budi Susilo. Lingkungan di Wilayah kota : Lingkungan sat, dua, dan tiga diserahkan kepada Romo Gregorius Martia Suhartoyo. Sedangkan lingkungan empat, lima dan enam digembalakan oleh Romo Yosef Eko Budi Susilo. Namun demikian penggembalaan saling mengisi, bilamana salah satu Romo ada tugas di luar paroki. Yang diutamakan adalah umat bisa dilayani dengan baik. Pendamping Bidang Sumber dan Kerasulan Umum diemban oleh Romo Yosef Eko Budi Susilo, sedangkan bidang kerasulan khusus dan bidang formatio oleh Romo Gregorius Martia Suhartoyo
Masa Penggembalaan Rm. Aloysius Agus Wijatmiko (September 2016 – Pebruari 2020).
Pada tanggal 25 September 2016 telah terjadi serah terima jabatan Pastor Kepala Paroki St. Paulus-Nganjuk dari RD. Y. Eko Budi Susilo kepada RD. Al. Agus Wijatmiko. Melalui Surat Keputusannya dengan No. 206/G.113/VIII/2016Bp. Uskup Surabaya, Mgr. V. Sutikno Wisaksono, memutustkan saya menjalankan tugas perutusan sebagai Pastor Kepala Paroki St. Paulus-Nganjuk untuk periode 1 September 2016 hingga 31 Agustus 2019. Kemudian melalui Surat Keputusannya dengan No. 271/G.113/VIII/2019 pada tanggal 29 Agustus 2019 Bp Uskup memperpanjang tugas perutusan tersebut untuk periode 1 September 2019 hingga 31 Agustus 2022. Namun melalui Surat Keputusannya No. 72/G.113/II/2020 pada tanggal 27 Februari 2020, Bp. Uskup memberhentikan dengan hormat saya sebagai Pastor Kepala Paroki St. Paulus-Nganjuk mulai pada tanggal 19 April 2020 untuk mengemban tugas perutusan yang baru.
Selama mengembankan tugas perutusan sebagai Pastor Kepala Paroki St. Paulus-Nganjuk, saya dapat menyampaikan refleksi pastoral dan beberapa kebijakan pastoral yang saya lakukan dan saya rencanakan untuk mengembangkan karya pastoral di Paroki St. Paulus-Nganjuk agar menjadi paroki yang hidup sesuai dengan semangat Rasul Paulus sebagai pelindung paroki ini.
Profil
Gereja St. Paulus Nganjuk
Jadwal Misa - Paroki
MISA | WAKTU |
---|---|
Senin - Kamis & Sabtu | 05.30 |
Jumat | 18.00 |
Minggu | 07.00 | 18.00 |
St. Robertus Macanan | --.-- |
St. Petrus Loceret | --.-- |
St. Paulus Jatikampir | --.-- |
St. Agustinus Tritik | --.-- |