logo

Paroki Redemptor Mundi

algons

Jl. Dukuh Kupang Barat I/7, Kel. Dukuh Kupang

Kec. Dukuh Pakis, Kota Surabaya

: [email protected]

(031) 5623013 | (031) 5624682 - fax :

: @redemptormundi

: paroki redemptormundi

: Paroki Redemptor Mundi Surabaya Official

: ---

Sejarah

“Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung diudara datang bersarang pada cabang-cabangnya” (Matius 13:32).

Berkat karya dan perjuangan Ibu Parijs dari wilayah II, paroki “Hati Kudus Yesus” yang adalah legioner dan katekis atau bersama Fr. Calixtus dari paroki Kepanjen dengan karya sosial & kesehatannya ( dan tentu saja karena campur tangan Allah sendiri), maka beberapa umat Katholik yang ada didaerah Pakis Gunung dan sekitarnya bisa bertumbuh dan berkembang.

...

Baptisan pertama th. 1968 oleh Rm. Pandu, Cm disusul baptisan-baptisan baru yang lain setiap tahun. Mereka bergabung dengan Kring D wilayah II HKY, yang ketua kringnya saat itu adalah Bapak Gunawan Sutanto, dan sebagai ketua kring yang bersemangat beliau banyak mengadakan kunjungan pastoral, katakanlah untuk “personal approach” dalam membina umat yang masih muda ini.

Baru dalam tahun 1970 umat Pakis Gunung dan sekitarnya memisahkan diri dari kring D dan membentuk kring sendiri, yaitu KRING J ( masih menjadi bagian dari wilayah II HKY ) dengan ketua kring Bp. Darsono dari perumahan AKSA, Jl. Pakis Tirtosari VI. Kring inilah yang menjadi CIKAL BAKAL Paroki Redemptor Mundi kita sekarang ini, karena tak lama kemudian daerah Dukuh Kupang Timur & sekitarnya juga membentuk kring sendiri dengan Bp. Tuwuh sebagai ketua kringnya.

Pada mulanya umat mengikuti misa hari Minggu di Katedral. Namun kemudian, dengan adanya beberapa perumahan sosial, antara lain: perumahan AKSA ( perumahan yang dibangun keuskupan dengan dana APP untuk menampung karyawan LKD & karyawan gereja yang belum mempunyai rumah ), siswa ALMA KARYA ( poliklinik & BKIA yang dikeloka LKD ), wisma OZANAM ( panti jompo yang dikelola SSV ) dan SANGGAR GEREJA MUDA ( pusat kegiatan LAKRISMA Laskar Kristus Maria ), juga kompleks WIDYA DHARMA ( unit kegiatan sosial LKD ) dan TK / SDK Indriyasana VII ( milik Yayasan Wanita Katholik ), maka umat menjadi bertambah banyak. Lalu beberapa tokoh umat menghadap Romo Dibjokarjono, Pr ( mantan uskup ) yang saat itu menjabat sebagai kepala paroki HKY, memohon bisa diadakannya Misa hari Minggu di Pakis Gunung saja agar umat jompo yang ditapung di Wisma Osanam juga bisa mengikuti Misa tanpa harus ke Katedral, karena transportasi ke sana saat itu masih sulit.

Selanjutnya Misa diadakan setiap hari Sabtu sore di bangsal Poliklinik & BKIA Alma Karya di Pakis Tirtosari X / 2. Romo-romo yang pernah menggembalakan “ umat perdana Redemptor Mundi “ ini adalah : Rm Luis Pandu, Cm, Rm Lukas Suwondo, Cm ( th 1975 ) dilanjutkan Rm Benny Maryanto, Pr ( almarhum ) th 1975-1976 dan kemudian Rm Martokusumo, Cm ( th 1976-1979 ). ……………dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!” ( Yesaya 6:13).

TUNAS-TUNAS BARU ITU

“Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan Tuhan akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan…….” ( Yesaya 4:2 ) dan …….. memang benar,” ………. Benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, dan bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu,” ( Markus 4:27).

Ibu Parisj sudah pergi, Bp Gunawan Sutanto pun sudah tidak banyak terlibat lagi, tetapi umat Pakis Gunung dan Dukuh Kupang Timur berkembang terus hingga pada awal th 1973, tepatnya tgl 21 Februari 1973 Dewan Paroki HKY bersama Romo Dibjokarjono, Pr sebagai Kepala Paroki, memutuskan untuk membentuk wilayah baru, yaitu WILAYAH V dengan Bp JB Djoko Sarwono sebagai ketua wilayah dan Rm Dibjo sendiri ( dibantu Rm Benny almarhum ) sebagai romo wilayah, yang kemudian dilanjutkan oleh Romo Martokusumo, Cm. Bapak Djoko Sarwono tidak lama menjabat sebagai ketua wilayah yang baru ini, karena kemudian meninggal dunia dalam tugas untuk Negara dan digantikan oleh Bp YN Dimin ( th 1973-1982 ). Dan selanjutnya diteruskan oleh Bp Bonefasius Hadjon (th 1982-1988). Bp FX Sutrisno ( 1988-1991) Bp Ant Suharno (th 1991-1994) dan Bp FX Kamuranto (th 1995-1998).

Wilayah V Paroki ini terdiri dari 2 kring yaitu:

  • Kring A ( daerah Pakis Gunung dan sekitarnya ) dengan ketua kring Bp JN Dimin
  • Kring B ( daerah Dukuh Kupang Timur ke barat ) dengan ketua kring Bp F Tuwuh

Selanjutnya kring A mekar menjadi Kring A ( Pakis Gunung ) dan kring C ( Pakis Tirtosari), sedangkan kring B mekar menjadi kring B (Dukuh Kupang-Putat Jaya-Dukuh Pakis) dan kring D (perumahan AURI sampai ke Simohilir).

Dengan demikian Wilayah V yang tadinya dimulai dengan 2 kring akhirnya mempunyai 4 kring, yaitu:

  • Kring A : daerah Pakis Gunung dengan Bp Bonefasius Hadjon sebagai ketua kring (mengganti Bp Dimin yang menjadi ketua dilayah).
  • Kring B : daerah Dukuh Kupang-Putat Jaya-Dukuh Pakis dengan Bp F Tuwuh sebagai ketua kring dan diteruskan oleh Bp A Mardiman, Bp JF Paiman, Bp FX Maridjo, Bp RA Suparman, dan ibu Sulastri Mardiman.
  • Kring C : daerah Pakis Tirtosari-Pakis Sidorejo dengan Bp Darsono sebagai ketua kring dilanjutkan Bp Akad, Bp Sardjono dst.
  • Kring D : daerah Simogunung ke barat sampai Simohilir dengan Bp J Supardi sebagai ketua kring.

Pada saat inilah umat mulai berkeinginan untuk mempunyai gedung gereja yang lebih memadai dan persamaan, agar tak perlu lagi meminjam bangsal Alam Karya yang sempit untuk Misa. Dalam th 1979 Romo Dibjokarjono, Pr (yang kemudian ditahbiskan menjadi Uskup Surabaya), berkenan membeli tanah seluas 2000 M2 Di daerah Pakis Tirtosari untuk umat, supaya umat bisa membangun gereja. Dana sudah mulai dikumpulkan, namun pembangunan gereja tak pernah terwujud karena beberapa orang disekitar lokasi menentang rencana pembangunan gereja disitu dan menyusul tanahnya pun “raib” dihuni secara liar oleh orang-orang.

Dalam perkembangan berikutnya, saat Bp Bone menggantikan Bp Dimin sebagai ketua wilayah dan Romo Karyono Saptonugroho, Cm bertugas menggembalakan wilayah V menggantikan Romo Martokusumo, Cm, muncullah kring E (daerah Dukuh Kupang Barat) sebagai pecahan dari kring B. Bahkan kemudian, setelah Romo Karyono digantikan oleh Romo FX Dumo Purnomo, Pr pada bulan Maret 1984 dan tak lama kemudian Uskup juga menentukan batas alam untuk wilayah V, yaitu : Utara ? sungai Banyuurip – Timur / sungai Pakis – Selatan / sungai Gunungsari (Yani Golf) dan Barat / jalan tol, bermunculan lagi kring-kring baru, yaitu umat yang tadinya termasuk Paroki Widodaren dan bagian wilayah II & IV HKY yang secara territorial terkena ketentuan batas alam tersebut. Sebagian kring D sebelah Barat jalan tol, dengan adanya ketentuan batas alam itu, masuk Paroki Algonz.

Adapun kring-kring yang baru bermunculan itu adalah :

  • Kring F : daerah Kembang Kuning Kramat (tadinya bagian wilayah II HKY)
  • Kring G : daerah Chris Kencana (tadinya bagian wilayah IV HKY)
  • Kring H : daerah Banyuurip (tadinya bagian Paroki Widodaren).

Dengan demikian wilayah V yang dimulai dengan 2 kring telah menjadi 8 kring, dan perkembangan masih terus menerus berlanjut.

Sejalan dengan perkembangan umat, Romo Dumo sebagai Romo wilayah mulai memprakarsai terbentuknya sebuah presidium Legio Maria untuk membantu beliau dalam tugas penggembalaannya, khususnya dalam bidang pastoral & pewartaan, kemudian disusul dengan munculnya kelompok-kelompok kerasulan lain, yaitu ME & PDKK. Dan perkembangan kelompok kategorial inipun masih terus berlanjut mengimbangi perkembangan umat yang terirorial. Melihat semua perkembangan ini, Romo Dumo menyadari bahwa kebutuhan akan fasilitas SEBUAH GEDUNG GEREJA sangat mendesak. Dikumpulkannya data, jaraknya umat untuk tekun berdoa novena, dan dihimbaunya umat untuk mulai mengumpulkan dana lagi secara gotong-royong, dan begitu surat keputusan Walikotamadya Kepala Daerah tingkat II Surabaya keluar pada tgl 24 September 1985, yang memberi ijin hak pakai kepada Bp Uskup AJ Dibjokarjono, Pr, atas sebidang tanah seluas 5000 M2 di Dukuh Kupang VI / Dukuh Kupang Barat I, dibentuklah panitia untuk pembangunan gereja. Sambil menunggu SPW yang baru keluar tgl 16 Juli 1986, usaha penggalian dana lebih digalakkan lagi, tidak hanya swadaya umat setempat, tetapi juga mencari donatur dari wilayah/paroki lain. Bapak Uskup pun sudah merencanakan sebuah nama yang indah untuk calon gereja yang baru nanti, yakni “REDEMPTOR MUNDI” yang artinya “PENEBUS DUNIA”. Kiranya hilangnya kepemilikan tanah gereja di daerah Pakis Tirtosari benar-benar merupakan “Blessing in Disguise” (rahmat yang tersamar), karena dibalik semuanya itu ternyata Tuhan mempunyai rencana untuk memberikan tanah yang lebih luas dan lebih bagus lokasinya. “aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal” (Ayub 42:2). Dengan demikian rencana pembangunan gedung gereja menjadi semakin mantap. Dengan optimisme pembangunan gereja dimulai dan dengan optimisme pula akan di selesaikan, karena bukan rencana dan kemampuan diri sendiri yang menjadi andalan melainkan rencana dan kemampuan Allah!.

Sementara itu, bangsal Alma Karya yang dipakai untuk Misa setiap Sabtu sore sudah tidak menampung lagi, dan atas prakarsa Bp FX Sutrisno sebagai ketua wilayah, para pengurus wilayah bersama Romo sepakat meminjam gedung Widya Dharma (di Jl. Dukuh Kupang Timur XIII / 12) yang ukurannya sedikit lebih luas daripada Alma Karya, untuk tempat Misa Mingguan. Maka pada pertengahan th 1988 (15 Agustus 1988) dilakukan “hijrah” dari Alma Karya ke Widya Dharma, dengan ditandai prosesi sepanjang jalan. Sejak itu Misa untuk umat wilayah V dilaksanakan setiap hari Minggu Pagi di Widya Dharma. Dalam tahun itu juga disepakati untuk menggantikan istilah “kring : menjadi “lingkungan”, dan baik wilayah maupun lingkungan disepakati mempunyai nama yang diambil dari nama Santo-Santa Pelindung (orang kudus). Wilayah C menggunakan nama “YOHANES BOSCO” untuk mengenang ketua wilayah yang pertama, yaitu : Bp Yohanes Bosco Djoko Sarwono (almarhum), sedangkan nama lingkungan adalah sebagai berikut:

  • Kring A menjadi lingkungan Aloysius
  • Kring B menjadi lingkungan Bernardus
  • Kring C menjadi lingkungan Christophorus
  • Kring D menjadi lingkungan Gregorius Agung
  • Kring E menjadi lingkungan Elisabeth
  • Kring F menjadi lingkugan Fransiskus Xaverius
  • Kring G menjadi lingkungan Gabriel
  • Kring H menjadi lingkungan Gregorius.

“Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara : apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu bahwa musim panas sudah dekat”. (Matius 24:32) Proses pertumbuhan tak pernah berhenti, tunas-tunas yang ada semakin mengembang menumbuhkan tunas-tunas baru lagi yang menjadi bakal cabang, sehingga semakin nyata tanda-tanda akan terwujudnya sebuah pohon besar yang didambakan oleh setiap orang untuk dirasakan KETEDUHANNYA, dikagumi KEINDAHANNYA bunga-bunganya dan dinikmati KELEZATAN buah-buahnya.

 

SEBUAH POHON BESAR MULAI BERTUMBUH

“………..ada sebatang pohon yang sangat tinggi: pohon itu bertambah besar dan kuat. Tingginya sampai kelangit, dan dapat dilihat sampai ke ujung seluruh bumi” (Daniel 4:10-11).

Dalam th 1989 pembangunan gedung gereja belum selesai, tetapi walaupun pembangunan gedung masih terus berjalan, lokasi sudah mulai dipergunakan untuk misa Mingguan umat sehingga tak perlu lagi pinjam gedung Widya Dharma. Dan selama pembangunan fisik gereja ini berjalan terus sampai diresmikan penggunaannya pada tgl 20 Juni 1992, selama itu pula banyak diadakan berbagai kegiatan penataran, antara lain: penataran liturgi, penataran teknik berkotbah, penataran pengantar Alkitab, penataran Lektor, dan lain-lain untuk membangun gereja yang sesungguhnya, yaitu “kumpulan umat beriman”, bangunan gereja batu-batu hidup yang diharapkan mampu ikut ambil bagian dalam panca tunas gereja, karena memang itulah panggilan setiap orang yang dibaptis untuk mewujudkan tri-panggilan Yesus Kristus sebagai IMAN, RAJA dan NABI. Fungsi seksi sosialpun semakin ditingkatkan dengan pelayanan anak-anak asuh dan warung PROJO yang menyediakan nasi murah bagi masyarakat kecil sekitar. Progam Simpan-Pinjam juga digalakkan, karena dirasa sangat dibutuhkan oleh umat.

Sementara itu lingkungan-lingkungan baru terus bermunculan, dan sementara itu pula Romo Dumo digantikan oleh Romo Yus, Romo Jelantik, kemudian Romo Eko hingga saat ini.

  • Lingkungan Benediktus (Dukuh Kupang), lingkungan Barnabas (Dukuh Pakis), lingkungan Bonaventura (Putat Jaya), lingkungan Basilius Agung (Dukuh Kupang Timur), lingkungan Stella Matutina (Bintang Diponggo), semuanya berasal dari lingkungan Bernadus yang melebur diri.
  • Lingkungan Gerardus (Kencanasari Barat) & lingkungan Gisella Goreis (Kencanasari Timur), keduanya itu berasal dari lingkugan Gabriel yang juga melebur diri.
  • Lingkungan Hieronimus sebagai pemekaran lingkungan Gregorius.

Dan dalam perkembangan lebih lanjut, muncul lagi beberapa lingkungan, yaitu:

  • Lingkungan Hubertus & lingkungan Herman Yosef, sebagai pemekaran dari lingkungan Hieronimus.
  • Lingkungan Yosef Maria (Pakis Wetan), merupakan proses terakhir bergabungnya umat dari wilayah IV HKY yang secara territorial terkena ketentuan batas alam.

Dengan bertambahnya 2 Lingkungan baru ini, maka wilayah V Yohanes Bosco mempunyai 10 Lingkungan. Syukurlah, jauh-jauh sebelumnya pengurus wilayah sudah mulai berbenah dengan membiasakan diri dalam Pola Kerja yang tidak hanya terprogam secara teratur setiap tahun tetapi juga mempunyai tertib administrasi yang baik, sehingga pengelolaan lingkungan sebanyak itu tidak terasa terlalu sulit. Bahkan, dengan rencana lebih lanjut untuk membantu pastoran dan Balai Paroki, wilayah V Yohanes Bosco dengan 20 lingkungannya, yang selama ini masih menjadi bagian dari paroki HKY, mulai dipersiapkan untuk menjadi Paroki Redemptor Mundi. Dan sebagai pra-paroki, 20 lingkungan yang ada ini mulai dikelompokkan untuk menjadi wilayah-wilayah yang nantinya menjadi bagian dari paroki Redemptor Mundi.

Akhirnya, begitu gedung pastoran & Balai paroki selesai dibangun, lengkaplah sudah bangunan fisik maupun bangunan rohani gereja Redemptor Mundi, sehingga pada hari raya Kristus Raja tgl 24 Nopember 1996 Mgr Yohanes Hadiwikarto, Pr., sebagai uskup baru yang menggantikan Mgr AJ Dibjokarjono, Pr, berkenan meresmikan Paroki Gereja Redemptor Mundi, yang terdiri dari 5 wilayah, dan 21 lingkungan sebagai berikut:

  • Wilayah I St Yohanes Bosco dengan Bp FX Sudarjono sebagai ketua wilayah, yang terdiri dari 7 lingkungan, yaitu : lingk St Aloysius, lingk St Antonius, lingk St Christophorus, lingk St Chatarina, lingk St Christina, lingk St Fransiskus Xaverius, lingk St Yosef Maria.
  • Wilayah II St Bernardus dengan Bp A Mardiman sebagai ketua wilayah, yang terdiri dari 3 lingkungan yaitu : lingk St Basilius Agung, Lingk St Bonaventura, lingk Stella Matutina
  • Wilayah III St Yosef dengan Bp Thomas Ola Centerius sebagai ketua wilayah, yang tediri dari 4 lingkungan yaitu : lingk St Barnabas, lingk St Benediktus, lingk St Elisabet, lingk St Gregorius Agung
  • Wilayah IV St Paulus dengan Bp WY Abd Rochim sebagai ketua wilayah yang terdiri dari 5 lingkungan yaitu : lingk St Gregorius, lingk St Hieronimus, lingk St Hubertus, lingk St Herman-Yosef, lingk St Geovani, (lingk St Geovani, sebagai pemekaran dari lingk Gregorius, muncul bertepatan dengan peresmian paroki).
  • Wilayah V St Gabriel dengan Bp F Budiono Kristanto sebagai ketua wilayah, yang terdiri dari 2 lingkungan, yaitu : lingk St Gerardus & lingk St Gisella Goris (setelah 3 tahun menjadi paroki, barulah menyusul lingk St Maria / daerah Darmo Sentosa Raya – yang tadinya merupakan bagian dari paroki karangpilang).

Demikian dengan Romo Eko sebagai kepala paroki dibantu oleh Romo Yosef reko Bolleng (kini menjadi Romo Kepala Paroki di Pare) yang kemudian digantikan oleh Romo Nano, gereja Redemptor Mundi benar-benar tampil bagaikan SEBUAH POHON BESAR yang mulai berkembang dan dengan harap-harap cemas semua menunggu untuk bisa menikmati buah-buahnya. Semoga buahnya manis dan semoga tak ada ranting kering yang harus dipotong dan dimusnahkan, karena setiap rantingnya tetap menyatu dengan Sang Pokok semoga pohon ini tak pernah dikutuk oleh Yesus karena tak pernah menghasilkan buah. Ah…, semoga………. Semoga dan semoga……… itulah harapan kita semua untuk Paroki Redemptor Mundi : “ Ia akan seperti pohon yang ditanam ditepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah!” (Yeremia 7:8).


 

Profil

RM-1

Gereja Redemptor Mundi

RM-2

Gereja Redemptor Mundi

RM-3

Goa Maria - Redemptor Mundi

RM-4

Goa Maria - Redemptor Mundi

RM-6

Balai Paroki - Redemptor Mundi

Jadwal Misa - Paroki

MISA WAKTU
Selama Masa Pandemi Covid 19  
Senin-Sabtu (harian) 06.00
Sabtu 18.00
Minggu 08.00 | 10.00 | 18.00
Minggu -Bahasa Inggris 18.00
Sebelum Pandemi-Normalnya  
Senin-Sabtu (Bahasa Indonesia) 05.30
Senin-Jumat (Bahasa Inggris) 18.00
Sabtu 18.00
Minggu 06.00 | 08.00 | 10.00 (MBI) |12.00 (MBI) | 16.30 | 18.30 (MBI)