Saudara-saudari terkasih,

Sebentar lagi kita memasuki masa Prapaska, masa untuk mengadakan pembaharuan hidup dan pertobatan. Masa ini merupakan peluang untuk membuka hati kita terhadap sapaan lembut Kehendak Ilahi. Selama masa Prapaskah, kita menapaki perjalanan rohani yang mempersiapkan kita untuk menghidupkan kembali misteri agung wafat dan kebangkitan Kristus. Hal ini dilaksanakan terutama dengan mendengarkan Sabda Allah dengan lebih tekun dan dengan melaksanakan mati-raga dengan hati yang rela dan penuh syukur. Dengan demikian kita dapat lebih banyak menolong mereka yang membutuhkan bantuan.
Masa Prapaskah juga bisa kita jalani sebagai kesempatan yang amat baik untuk mendalami dan meresapkan keutamaan kristiani serta kesempatan untuk mencari dan menemukan campur tangan Allah dalam hidup kita.
Secara lebih luas masa Prapaskah kita pandang sebagai kesempatan untuk memperdalam iman, meneguhkan harapan dan mengobarkan kasih. Begitu kaya makna dan manfaat masa Prapaskah bagi kita, maka perlulah kita persiapkan dan kita jalani dengan sepenuh hati. Kita tentu juga yakin bahwa siapa pun yang menjalankan masa Prapaskah dengan semestinya pasti akan mendapatkan buah-buah pertobatan yang berguna bagi hidupnya.
Selama masa prapaskah Gereja mengajak kita untuk memasuki peziarahan rohani yang intens untuk merenungkan kasih Tuhan yang menebus kita. Dalam memasuki peziarahan rohani ini, kita dilatih untuk berpantang dan berpuasa serta peduli dengan orang lain. Segala latihan rohani ini hanyalah sarana untuk lebih mendekatkan diri kita pada Tuhan dan sesama.
Semangat dasar dari Masa Prapaskah bukanlah sekedar ramai-ramai mempraktekkan askese, tetapi suatu penyesalan yang lahir dari batin dan jiwa yang hancur dan bukan pula korban sembelihan melainkan suatu kerinduan yang mendalam untuk menyelaraskan batin dan jiwa kita dengan kehendak Allah seperti doa yang diungkapkan oleh pemazmur ini: “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm 51:19).
Usaha pertobatan pribadi itu sangat membantu dalam menjejakkan langkah kita untuk menyadari bahwa secara eklesial Masa Prapaskah merupakan masa bagi seluruh umat Allah untuk bersama-sama membuka diri bagi Allah Sang Penyelamat yang hendak membersihkan dosa-dosa, memperbaharui dan menyelaraskan hati dan roh kita dengan Roh Allah sehingga kita menjadi kudus sebagaimana Allah adalah empunya kekudusan itu. Oleh karena itu, perbuatan tobat dilakukan untuk menyelaraskan hidup kita sebagai pribadi juga sebagai komunitas atau Gereja. Dengan demikian perbuatan tobat tidak hanya menyangkut individu, tetapi secara eksternal berkaitan dengan orang-orang lain.
Semangat pertobatan tersebut kita ungkapkan dalam Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang merupakan kesempatan bagi seluruh umat membaharui komitmen terhadap hidup beriman. Tema APP Nasional 2011 yaitu “Kesejatian Hidup dalam Perwujudan Diri”. Tujuannya adalah agar setiap umat Katolik sadar akan panggilannya sebagai murid-murid Kristus yang sejati dalam perjuangan hidup di dunia. Selaras dengan Arah Dasar Keuskupan Surabaya, tema tersebut dirumuskan menjadi “Murid Kristus Mewujudkan Iman yang Sejati”.
Menjadi murid membutuhkan pengalaman personal yang tidak berhenti sebagai pengalaman individu melainkan terus ditegaskan dan dijernihkan dalam komunitas. Dalam kebersamaan komunitas ini, tersedia iklim akan pengalaman Kristus yang bangkit dan hidup yang memampukan orang menjadi murid yang sejati, yang mampu menegaskan pilihan-pilihan nilai iman dalam dinamika hidupnya.
Tema tersebut sejalan dengan fokus perhatian pastoral Keuskupan Surabaya pada tahun 2011 sebagai Tahun Anak dan Katekese.
Tahun Anak merupakan kesempatan untuk menanamkan kebenaran-kebenaran hakiki dalam iman, dan nilai kejujuran yang akan meresapi seluruh hidup mereka. Di sini dibutuhkan para pembina iman Anak yang memiliki semangat kecintaan pada anak sebagai modal utama dalam membina iman anak-anak. Hendaknya diupayakan agar anak-anak dapat mengalami diri sebagai anak yang layak dicintai oleh para pembina. Pengalaman dicintai akan menumbuhkan sikap peduli yang kemudian terwujud dalam tindakan berbagi cinta kepada sesamanya. Kita dapat membayangkan bahwa tindakan berbagi cinta dapat tumbuh berkembang pada diri anak yang sudah mengalami dirinya dicintai.
Tahun Katekese merupakan ajakan bagi kita semua untuk menyadari panggilan kita menjadi pewarta Sabda Allah. Karya Katekese pertama-tama adalah anugerah Kristus, Sang Guru yang mempercayakan kekayaan iman kepada Gereja. Maka proses katekese sebenarnya proses pewarisan iman oleh Kristus dalam kesatuannya dengan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Dengan "mempercayakan kepada Gereja", karya katekese adalah kepercayaan Kristus yang mendesak untuk ditanggapi orang beriman. Jadi karya katekese sebenarnya juga pilihan orang yang mau beriman sungguh-sungguh: tidak hanya mengungkapkan imannya dalam doa, tapi bersedia mendengarkan Sabda,melaksanakan dan mewartakan Sabda. “..menjadi tugas kita bersama untuk mengusahakan katekese agar iman kaum beriman melalui pengajaran agama dan melalui pengalaman kehidupan kristiani, menjadi hidup, disadari dan penuh daya” (bdk. KHK kan 773).

Kegiatan-kegiatan dalam rangka mengisi Tahun Katekese hendaknya lebih menekankan upaya memberi kesadaran baik kepada umat maupun kepada para pelaku katekese mengenai panggilan mereka sebagai pewarta sekaligus peran mereka dalam pengembangan iman umat. Bisa dikatakan bahwa untuk memiliki kesediaan menjadi murid dan memiliki kepedulian akan pengembangan iman umat maka perlu upaya penyadaran diri akan identitasnya dan perannya sebagai pewarta. Proses penyadaran ini perlu didengungkan kembali agar para pelaku katekese bersedia belajar terus menerus sebagai murid dan senantiasa peduli akan pengembangan iman umat.
Selamat memasuki masa prapaskah, masa yang penuh rahmat ini. Semoga dengan menjalani masa Prapaskah secara lebih sungguh, jati diri kita sebagai murid Kristus akan semakin nampak dan terpancar dalam hidup sehari-hari kita.


Berkat Tuhan

Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Surabaya


PERATURAN PANTANG & PUASA KEUSKUPAN SURABAYA TAHUN 2011
(Dibacakan sesudah pembacaan Surat Gembala Prapaska)

Sesuai dengan ketentuan Kitab Hukum Kanonik (Kanon No. 1249 – 1253) dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No. 111, maka ditetapkan :

  1. Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung.
  2. Yang wajib berpuasa ialah semua orang katolik yang berumur 18 sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.
  3. Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti yuridis) berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya.
  4. Salah satu ungkapan tobat ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang diharapkan mempunyai nilai pembaharuan pribadi dan nilai solidaritas tingkat paroki, keuskupan dan nasional. Hendaknya di setiap paroki diadakan kegiatan sosial konkret yang membantu masyarakat umum, seperti misalnya mengadakan beasiswa, Pengobatan untuk umum, donor darah, Pasar Murah dan lain-lain.
  5. Hasil pengumpulan dana selama APP, hendaknya selekas mungkin diserahkan ke Keuskupan Surabaya, paling lambat tanggal 30 April 2010.
  6. Hendaknya diusahakan agar masa tobat sungguh menjadi masa pembaharuan rohani umat dengan diselenggarakan pendalaman bahan APP di lingkungan, wilayah, paroki dan kelompok-kelompok kategorial, rekoleksi, retret, ibadat jalan salib, meditasi dan sebagainya.

 

Berkat Tuhan

Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Surabaya