Saudara-saudari umat beriman, para pengurus DPP-BGKP, para Imam, Biarawan/wati, Katekis, dan seluruh pelayan pastoral di Keuskupan Surabaya yang saya kasihi. Kita pantas mengucap syukur kepada Tuhan atas segala anugerah yang boleh kita terima sampai saat ini. Kita bersyukur karena pada bulan Oktober kemarin, kita telah berhasil menggelar Musyawarah Pastoral dan telah menghasilkan Arah Dasar Pastoral Keuskupan untuk sepuluh tahun ke depan (Tahun 2020 – 2030).

            Musyawarah Pastoral (Mupas) yang dipersiapkan kurang lebih selama dua tahun tersebut memang sudah selesai , tetapi justeru kita baru mau mulai bagaimana mewujudkan hasil Mupas yang disebut Ardas (Arah Dasar) itu di Keuskupan kita. Dalam kesempatan ini saya menegaskan bahwa hasil Mupas 2019 merupakan kelanjutan tak terpisahkan dari hasil Mupas 2009. Saya berharap agar gerak langkah kita   ke depan dalam perwujudan Arah Dasar Pastoral Keuskupan menemukan cara yang relevan sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga rumusan itu sedikit banyak boleh menjadi sebuah fakta.   Ada empat buku pokok yang wajib dipahami dan diupayakan perwujudannya oleh seluruh umat di Keuskupan Surabaya. Empat buku itu adalah: 1). Arah Dasar Kueskupan Surabaya tahun 2020 - 2030; 2). Kebijakan Pastoral Keuskupan Surabaya tahun 2020 – 2030; 3). Program Strategis Keuskupan Surabaya tahun 2020 – 2030; dan 4). Pedoman Pastoral Pengurus Lingkungan.

            Selanjutnya tahun 2020 ini  telah ditetapkan sebagai Tahun Pertobatan Bersama Murid Kristus sesuai kerangka umum fokus pastoral yang telah dibicarakan bersama pada pertemuan Dewan Imam Keuskupan bulan Agustus 2019. Kitab Suci memberi tahu kita bahwa pertobatan sejati akan menghasilkan perubahan tindakan (bdk. Lukas 3:8-14; Kis 3:19). Kisah Rasul 26: 20 menyatakan, “Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu”. Pertobatan bisa dikatan sebagai perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Dalam kaitannya dengan gerakan pertobatan bagi seluruh umat di Keuskupan Surabaya dalam memahami Ardas yaitu agar kita terus memperbaharui diri dalam pola pikir baru terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Maka gerakan pertobatan kita semestinya mengandung hasrat mendalam untuk memberikan yang terbaik bagi perkembangan Kerajaan Allah dan kemajuan Keuskupan kita melalui Lingkungan. Saya mengharapkan seluruh umat bisa terlibat penuh  dengan teguh ikut serta memperjuangkan, dan mewujudkan cita-cita bersama Arah Dasar Pastoral tersebut, dalam pendampingan dan tanggung jawab Pastor Kepala Paroki.         

            Saudara-saudari umat Alah yang terkasih,

Sebuah pilihan yang tepat bila “Lingkungan” menjadi cara hidup menggereja di Keuskupan kita. Kita tahu bahwa sebagai bentuk kehidupan menggereja yang paling mendasar, lingkungan menjadi tempat yang paling utama dalam pembangunan umat Allah.  Maka dalam gerakan pertobatan ini lingkungan kita beri tempat pertama dalam reksa pastoral, sehingga tidak berlebihan bila Lingkungan disebut sebagai akar pusat misi kita di Paroki.  Ada pola pikir baru dalam penggembalaan yang terus ditanamkan.  Tentunya dengan pola pikir baru ini nantinya akan disiapkan Pedoman Dasar Dewan Pastoral Paroki yang baru. Pedoman Dasar Dewan Pastoral Paroki yang kita pakai sampai saat ini adalah Pedoma Dasar Dewan Pastoral Paroki Tahun 2012.  

            Saya berharap kepada semua Pastor serta pelayan pastoral dengan semangat rendah hati untuk terus belajar serta membuka hati dalam perubahan pola pastoral berbasis lingkungan ini. Akan lebih baik bila empat pedoman yang sudah ada seperti saya sebut di atas pada tahun pertobatan ini bisa menjadi bahan refleksi untuk dipahami bersama. Bagaimana memahami dan merefleksikan bahan-bahan tersebut kepada petugas pastoral maupun umat, kita perlu mencari metode  serta pola yang tepat, supaya mendapatkan manfaat yang maksimal.

            Saudara-saudari umat Allah yang terkasih,

             Pada kesempatan yang baik ini, saya sampaikan juga sedikit Pesan Sidang KWI 2019. Tema pada tahun ini adalah  Persaudaraan Insani Untuk Indonesia Damai. Pada dasarnya kita diajak untuk menguatkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita mesti menyadari bahwa keberadaan bangsa kita sejak awal adalah majemuk (Plural), terdiri dari beraneka macam latar belakang, budaya, agama, ras, dan suku, maka semangat dan jiwa Bhineka Tunggal Ika terus kita kembangkan. Sehingga kesadaran ini sungguh mampu menciptakan kerukunan, dan persatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

             Dalam pesan tersebut juga ditekankan perlunya kita membangun persuadaraan insani yang dianjurkan oleh Paus Fransiskus untuk menepis keprihatinan yang menjadi tantangan berat bagi bangsa kita dengan berkembangnya sikap intoleran, paham radikalisme, ekstremisme yang berujung pada tindakan terorisme. Berkaitan dengan penguatan “Lingkungan”, baik juga bila membangun persaudaraan insani tersebut dirintis mulai dari linkungan-lingkungan.  Bersamaan dengan itu kita terus membangun iman kita di dalam Kristus hingga menjadi semakin dewasa.

            Dalam membangun iman katolik menjadi dewasa dan tangguh tidak bisa melepaskan diri dari peran keluarga. Hari ini Gereja merayakan Pesta Keluarga Kudus, yang mengingatkan kita bahwa Keluarga Nasareth ini adalah sebagai pola dari keluarga-keluarga katolik. Menurut Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II dalam seruan Apostoliknya “Familiaris Concortio”, (Tahun 1981), keluarga mempunyai tugas antara lain, ikut ambil bagian dalam tugas membangun masyarakat. Karena Sakramen Baptis, Sakramen Krisma, dan Sakramen Perkawinan, keluarga mempunyai tugas misioner terhadap keluarga-keluarga yang lain, yang kurang dan belum beriman, akhirnya kepada dunia. Dengan mewartakan Injil secara eksplisit maupun implisit melalui tingkah laku serta kesetiaan dalam hidup perkawinan, keluarga katolik merupakan contoh yang baik bagi keluarga-keluarga lainnya. Pada Hari Minggu ini setidaknya kita disadarkan akan hal tersebut.

            Seraya mempersatukan diri dengan Santa Maria Bunda Gereja, kita memohon doa dan perlindungannya. Semoga Bunda Maria selalu berdoa bagi kita dalam mewujudkan Gereja Keuskupan Surabaya sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang dewasa dalam iman, guyup, penuh pelayanan, dan misioner.

            Akhirnya saya mengucapkan Selamat merayakan Pesta Keluarga Kudus, Selamat Natal 2019, dan Selamat Tahun Baru 2020.

 

Surabaya, 12 Desember 2019.

Berkat Tuhan,

 

Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono

Uskup Surabaya