Para saudara terkasih,

Sebagaimana yang telah saya sampaikan dalam Surat Gembala Musyawarah Pastoral pada Hari Raya Pentakosta yang lalu, kita sebagai satu tubuh dalam Keuskupan Surabaya perlu menentukan arah bersama dalam gerak pastoral. Melalui Musyawarah Pastoral tanggal 26-28 November 2009 dengan tema: "Merayakan Iman dengan Membangun Persekutuan" telah dirumuskan Arah Dasar Keuskupan Surabaya yakni:  "Gereja Keuskupan Surabaya sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan misioner". Saya menerima dan menetapkan Arah Dasar Keuskupan Surabaya tersebut yang akan berlaku untuk kurun waktu 10 tahun mendatang (2010-2019). 

Saya mendorong segenap warga Keuskupan Surabaya untuk menjadikan arah dasar tersebut menjadi panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama. Dengan arah dasar itu, kebersamaan dan gerak pastoral kita semakin bermakna dan memberikan kesegaran hidup, sehingga sabda Yesus: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" dapat lebih terwujud dalam kebersamaan kita.

Selain sebagai panduan, arah dasar Keuskupan Surabaya merupakan peneguhan jatidiri dan bahan refleksi bagi seluruh umat dalam menghayatinya. Kita adalah bagian dari persekutuan Gereja universal yang mengemban tugas perutusan untuk mewartakan Injil kepada segala makluk (bdk. Mrk 16:15, LG 1). Tugas demikian kita sadari sebagai panggilan untuk mewujudkan jatidiri kita sebagai Gereja, seperti dirumuskan oleh  Konsili Vatikan II  bahwa  Gereja adalah  "persekutuan umat yang terdiri dari orang-orang yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang" (GS 1). 

Tanggapan terhadap panggilan tersebut antara lain tampak melalui tanda-tanda baik  pada proses pramupas dan mupas. Bila ada partisipasi dan kebersamaan segenap unsur umat, bukankah itu tanda bahwa kita dipersatukan oleh Kristus? Bila ada keterbukaan hati dan kesatuan pikiran, bukankah itu tanda kita dibimbing oleh Roh Kudus? Bila ada kedekatan antaranggota Tubuh Kristus, bukankah itu tanda bahwa kita berjalan bersama menuju Kerajaan Bapa?

Arah Dasar Keuskupan Surabaya 2010-2019 mengatur dan menata fokus-fokus perhatian pastoral untuk setiap tahunnya.  Pengaturan tersebut dibuat agar semua segi hidup menggereja memperoleh perhatian secara cukup dan tidak ada yang terlewatkan. Juga agar subyek atau dimensi manusianya lebih diutamakan daripada aspek-aspek yang lain.

Fokus perhatian pada tahun 2010 adalah keluarga dan habitus baru hidup menggereja dalam pancatugasnya. Peran keluarga mendapat perhatian khusus, sebab dari keluargalah keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai dan keutamaan hidup manusia dapat tumbuh dan berkembang.

Semangat tema "habitus baru" adalah pembaharuan keadaban publik sebagaimana dicanangkan dalam Nota Pastoral KWI 2004.  Dalam konteks Keuskupan Surabaya, semangat pembaharuan keadaban ini diletakkan dalam bingkai lebih kecil dan intern, yaitu pembaharuan keadaban hidup menggereja di Keuskupan Surabaya. Wujud "keadaban hidup menggereja" adalah pancatugas Gereja, yaitu 5 (lima) tugas warga Gereja untuk membangun persekutuan (koinonia), hidup peribadatan (liturgia), pelayanan sosial pada sesama (diakonia), pewartaan iman (kerygma) dan kesaksian iman (martiria).

Sehubungan dengan ini saya menetapkan tahun 2010 mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember menjadi Tahun Keluarga dan Habitus Baru Hidup Menggereja.  Mupas yang baru lalu menentukan 2 prioritas program untuk bidang pastoral keluarga yakni pembinaan para pendamping dan pemberdayaan keluarga. Sementara dua prioritas program untuk bidang pastoral habitus baru adalah pastoral berbasis data dan pemberdayaan perangkat pastoral.

Bagaimana kita akan mulai melaksanakan prioritas program yang sudah ditetapkan itu? Hemat saya, bila ada beberapa orang yang rendah hati dan mau mendengarkan, bersedia untuk belajar dan mengembangkan diri dalam kebersamaan dengan rekan-rekan lain,  maka terbukalah kemungkinan untuk melaksanakan setiap prioritas program tersebut di semua paroki dan semua persekutuan umat beriman.

Harapan kita segenap warga keuskupan Surabaya mengetahui, membatinkan dan melibatkan diri dalam gerakan bersama hidup menggereja ini.

Surat Gembala ini saya terbitkan pada Perayaan Bunda Maria Dikandung Tanpa Dosa (8 Desember), sambil memohon perlindungan dan penyertaan Bunda Maria sebagai Bunda Gereja dalam langkah-langkah Gereja Keuskupan Surabaya mewujudkan diri sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan misioner. Bunda Maria, doakanlah kami. Amin. 

 

Surabaya, 8 Desember 2009

Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa

Berkat Tuhan,

 

Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono

Uskup Surabaya