NAOMI, KESATUAN ANTARGENERASI YANG MEMBUKA MASA DEPAN

 

 

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi dan selamat datang!

Pada hari ini kita akan merenungkan tentang orangtua, kakek-nenek, tentang usia lanjut – istilah yang tampaknya jelek, namun sebenarnya tidak demikian!  Orangtua itu hebat, orangtua itu indah! Dan hari ini kita mengambil inspirasi dari kitab Rut yang luar biasa, sebuah permata dalam Kitab Suci. Kisah Rut ini menggambarkan tentang keindahan sebuah ikatan keluarga: ikatan yang lahir dari relasi suami-isteri, namun berkembang lebih dari ikatan tersebut. Ikatan cinta yang sama kuatnya, di mana kesempurnaan afeksi cinta itu terungkap melalui bahasa cinta keluarga. Bahasa ini memberikan daya hidup dan kebijaksanaan pada jalinan relasi yang membentuk sebuah komunitas. Dibandingkan dengan Kidung Agung, Kitab Rut menampilkan wajah lain dari cinta perkawinan. Kedua Kitab itu sama pentingnya, sama-sama mendasarnya, dalam menunjukkan kekuatan dan keindahan yang harus ada dalam setiap ikatan generasi, kekerabatan, pengabdian dan kesetiaan yang melibatkan seluruh jalinan hidup keluarga. Dan dalam situasi dramatis kehidupan suami isteri, kedua Kitab ini mampu menghadirkan kekuatan cinta yang tak terbayangkan, mampu membangkitkan kembali harapan dan membuka masa depan.

Kita tahu bahwa pandangan umum mengenai ikatan kekerabatan yang dibentuk oleh perkawinan, terutama hubungan ibu mertua, hubungan antara ibu dan menantu, ini berseberangan dengan perspektif yang nampak dalam Kitab Rut ini. Namun, justru karena alasan inilah, firman Tuhan itu menjadi sangat bernilai. Inspirasi iman ini dapat membuka cakrawala kesaksian hidup yang mendobrak cakrawala umum, memberikan suatu cakrawala yang berharga bagi seluruh komunitas manusia. Saya mengundang Anda untuk mendalami kembali kitab Rut ini! Terutama dalam meditasi mengenai cinta kasih dan katekese tentang keluarga.

Kitab singkat ini berisi juga ajaran berharga mengenai kesatuan antar generasi: di mana orang muda sungguh mampu mengembalikan semangat hidup kepada orang dewasa – ini penting: ketika orang muda mengembalikan semangat hidup kepada orangtua – di mana orangtua mampu membuka kembali masa depan bagi orang muda yang terluka. Pada awalnya, Naomi yang sudah lanjut, meskipun terdorong oleh kasih sayang menantu perempuannya, yang menjanda karena kematian kedua anaknya, nampak pesimis dengan nasib mereka di tengah penduduk yang asing bagi mereka. Karena itu, dengan penuh kasih, ia mendorong para wanita muda itu untuk kembali ke keluarga mereka, untuk membangun kembali kehidupan mereka – para janda ini masih muda. Dia berkata, “Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk kalian”. Perkataan ini nampak seperti tindakan kasih: wanita lanjut usia, tanpa suami dan tanpa anak, bersikeras supaya menantu perempuannya meninggalkannya. Namun, perkataan itu terasa seperti pengunduran diri: tidak ada masa depan bagi janda asing ini tanpa perlindungan seorang suami. Rut mengetahui hal ini, dan menolak permintaan murah hati itu – ia tidak ingin pulang. Ikatan yang terjalin antara mertua dan menantu perempuan ini diberkati oleh Tuhan: Naomi tidak boleh meminta supaya ia ditinggalkan. Pada awalnya, Naomi tampak lebih menyerah daripada menerima tawaran ini dengan gembira: mungkin ia berpikir bahwa ikatan asing ini akan lebih risiko bagi mereka berdua. Dalam beberapa kasus, kecenderungan pesimis orangtua perlu dilawan dengan dorongan kasih sayang dari orang muda.

Memang, Naomi, yang tergerak oleh pemberian diri Rut, akan keluar dari pesimismenya dan bahkan mengambil inisiatif, membuka masa depan baru bagi Rut. Dia mengajari dan mendorong Rut, janda anaknya, untuk mendapatkan suami baru di Israel. Boas, sang calon, menunjukkan kebangsawanannya, membela Rut dari orang-orang dari para pekerja lain. Sayangnya, risiko seperti ini masih ada sampai sekarang.

Perkawinan baru Rut dirayakan dan dunia menjadi tenang kembali. Para wanita Israel berkata kepada Naomi bahwa Rut, orang asing itu, bernilai “lebih dari tujuh anak laki-laki” dan bahwa perkawinan itu akan menjadi “berkat Tuhan”. Naomi yang dulu penuh dengan kepahitan, dan arti namanya juga adalah kepahitan, kini di masa tuanya, ia merasakan kebahagiaan karena menjadi bagian dalam generasi dari kelahiran baru. Lihat betapa banyak “keajaiban” yang menyertai pertobatan wanita usia lanjut ini! Dia kembali berkomitmen untuk memberikan diri dengan cinta kepada masa depan generasi yang terluka oleh kehilangan dan berisiko untuk ditinggalkan. Jika memikirkan kemungkinan yang dapat muncul dari pandangan umum, rentetan kejadian seperti ini seharusnya menghasilkan keretakan relasi yang tidak dapat diatasi. Namun sebaliknya, iman dan cinta memungkinkan situasi tersebut bisa diatasi: ibu mertua mengatasi kecemburuannya pada anaknya sendiri, mencintai ikatan baru dengan Rut; para wanita Israel mengatasi ketidakpercayaan mereka terhadap orang asing (dan jika wanita mau melakukannya, semua orang akan melakukannya juga); kerentanan gadis yang sendirian, berhadapan dengan kekuatan laki-laki, didamaikan oleh ikatan yang penuh cinta dan rasa hormat.

Dan semua ini dapat terjadi karena Rut muda teguh dalam kesetiaannya pada ikatan yang nampak dalam prasangka etnis dan agama. Dan saya kembali kepada apa yang saya katakan di awal – hari ini, ibu mertua adalah sosok mitos, kita tidak mau mengatakan bahwa orang berpikir bahwa ibu mertua itu seperti setan namun ibu mertua selalu dipandang sebagai sosok yang buruk. Namun demikian, ibu mertua itu adalah ibu dari suamimu, dia adalah ibu dari istrimu. Marilah pada hari ini kita renungkan tentang perasaan yang muncul dari pikiran ini: semakin jauh ibu mertua, semakin baik. Tidak! Dia adalah seorang ibu, dia itu orangtua. Salah satu hal terindah bagi nenek adalah melihat cucu-cucu mereka – ketika anak-anak mereka memiliki anak sendiri, mereka menjadi hidup kembali. Perhatikan baik-baik relasi anda dengan ibu mertua anda: kadang-kadang mereka agak istimewa, namun mereka telah menjadi ibu bagi pasangan anda, mereka telah memberi anda segalanya. Setidaknya kita harus membahagiakan mereka, sehingga mereka menjalani hari tuanya dengan gembira. Dan jika mereka melakukan beberapa kesalahan, kita harus membantu mereka untuk memperbaikinya. Dan kepada kalian ibu mertua, saya katakan: hati-hati dengan lidah kalian, karena penyalahgunaannya adalah salah satu dosa terburuk ibu mertua. Hati-hati.

Dan dalam Kitab ini, Rut menerima ibu mertuanya dan membuat ibu mertuanya hidup kembali, dan Naomi yang sudah lanjut usia mengambil inisiatif untuk membuka kembali masa depan bagi Rut, daripada membatasi dirinya untuk menikmati dukungannya. Jika yang muda membuka diri untuk bersyukur atas apa yang telah mereka terima, dan yang tua berinisiatif meluncurkan kembali masa depan mereka, tidak ada yang bisa menghentikan berkembangnya berkat Tuhan di antara masyarakat! Jangan lupa, semoga orang muda berbicara dengan kakek-nenek mereka, semoga yang muda berbicara dengan yang tua, semoga yang tua berbicara dengan yang muda. Jembatan ini harus dibangun kembali dengan kuat – ada arus keselamatan, kebahagiaan di sana. Semoga Tuhan membantu kita mewujudkannya, untuk bertumbuh dalam keharmonisan dengan keluarga, keharmonisan konstruktif yang datang dari yang tertua kepada yang termuda, jembatan indah yang harus kita lindungi dan jaga.

 

(Aula Paulus VI, Rabu, 27 April 2022)