Katekese Mengenai Usia Lanjut (13)
Nikodemus. “Bagaimana mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?” (Yoh 3:4)
Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!
Tokoh usia lanjut yang paling relevan di antara para tokoh dari Injil adalah Nikodemus — salah satu pemimpin Yahudi — yang, ingin mengenal Yesus, datang kepada-Nya pada malam hari, dengan sembunyi-sembunyi (lih. Yoh 3:1-21). Dalam percakapan antara Yesus dan Nikodemus, muncul inti dari perwahyuan Yesus dan misi penebusan-Nya, ketika ia berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruaniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (ay.16).
Yesus berkata kepada Nikodemus bahwa untuk “melihat kerajaan Allah”, seorang perlu “dilahirkan kembali” dari atas (lih. ay 3). Ini tidak berarti memulai dari awal, mengulangi kedatangan kita ke dunia, berharap pada reinkarnasi baru akan memberi kita kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik. Pengulangan seperti ini tidak masuk akal. Memang, lahir baru seperti ini akan mengosongkan semua makna dari kehidupan yang telah kita jalani, menghapusnya seolah-olah hidup itu adalah sebuah eksperimen yang gagal, kadaluarsa dan kehilangan nilai. Tidak, bukan kelahiran kembali seperti ini yang Yesus bicarakan. Tidak seperti itu. Kehidupan ini berharga di mata Allah — kehidupan ini menjadi tanda bahwa kita adalah makhluk yang dikasihi oleh Allah. “Dilahirkan kembali” , yang memungkinkan kita “masuk” ke dalam kerajaan Allah, adalah hidup baru dalam Roh, sebuah perjalanan melalui air menuju tanah terjanji, kehidupan ciptaan yang berdamai dalam kasih Allah. Ini adalah kelahiran kembali dari atas dengan kasih karunia Allah. Ia tidak dilahirkan kembali secara fisik di lain waktu.
Nikodemus salah memahami kelahiran ini dan mempertanyakan panggilan itu dengan menggunakan usia lanjut sebagai bukti ketidakmungkinnya: manusia pasti menua, impian masa muda yang abadi mundur secara permanen, kemunduran adalah takdir setiap kelahiran pada waktunya. Bagaimana dia bisa sebuah tujuan dalam bentuk kelahiran? Beginilah cara Nikodemus berpikir dan ia tidak dapat menemukan cara untuk memahami kata-kata Yesus. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kelahiran kembali ini?
Keberatan Nikodemus memberi petunjuk baik bagi kita. Pada kenyataannya, dalam terang Sabda Yesus, kita dapat naik dan turun dalam mencari misi yang cocok dengan usia lanjut. Memang, menjadi tua itu bukan hanya sebuah halangan untuk dilahirkan baru sebagaimana Yesus katakan, tetapi menjadi kesempatan untuk menyinarinya, melepaskannya dari kesalahpahaman tentang harapan yang hilang. Zaman dan budaya kita, yang cenderung melihat kelahiran seorang anak sebagai masalah sederhana dari produksi biologis dan reproduksi manusia, menumbuhkan mitos obsesif awet muda dengan tubuh yang tidak dapat rusak. Karena itu usia lanjut—dalam banyak hal—direndahkan. Dengan bukti yang tak terbantahkan di akhir mitos ini, kita ingin kembali ke rahim ibu kita dengan tubuh yang selalu muda.
Teknologi tertarik oleh mitos ini dalam segala hal. Seraya menantikan maut menjemput, kita menjaga tubuh tetap hidup dengan obat-obatan dan kosmetik yang bisa memperlambat, menyembunyikan, mengikis usia lanjut. Secara alamiah, itu soal kesehatan, masih ada yang lain yaitu makanan. Bagaimanapun juga, tidak dapat disangkal bahwa kebingungan antara keduanya menciptakan suatu kebingunan mental dalam diri kita, mengacaukan kesejahteraan hidup dengan memberikan mitos awet muda. Banyak hal dilakukan untuk selalu memiliki paras muda: banyak make-up, melakukan bedah agar tampil muda. Kata-kata aktris Italia yang bijak, [Anna] Magnani, terlintas di pikiran saya, ketika mereka mengatakan kepadanya bahwa dia harus menghilangkan kerutannya, dia berkata, “Tidak, jangan sentuh kerutan itu! Butuh waktu bertahun-tahun untuk memilikinya — jangan sentuh kerutan itu!”. Itu dia: kerutan adalah tanda pengalaman, tanda kehidupan, tanda kedewasaan, tanda perjalanan. Jangan sentuh mereka untuk menjadi muda, agar wajah anda terlihat muda. Yang penting adalah seluruh kepribadian; hati itu yang penting, dan hati berpegang pada kemudaan anggur yang baik — semakin tua anggur menjadi semakin baik.
Hidup kita dalam daging fana ini adalah sebuah keindahan yang “belum selesai”, seperti karya seni yang justru karena ketidaklengkapannya memiliki daya tarik yang unik. Karena kehidupan di bawah sini adalah “inisiasi”, bukan pemenuhan. Kita datang ke dunia seperti ini, seperti orang sungguhan, seperti orang yang bertambah tua tetapi selalu nyata. Tetapi kita hidup dalam daging fana ini merupakan ruang dan waktu yang terlalu kecil bagi kita untuk menjaganya tetap utuh dan membawa dunia kepada pemenuhan yang paling berharga dari keberadaan kita. Yesus berkata bahwa iman, yang menyambut pernyataan injili tentang kerajaan Allah yang menjadi tujuan kita, memiliki efek yang luar biasa. Iman itu memampukan kita untuk “melihat” kerajaan Allah. Kita menjadi mampu untuk benar-benar melihat banyak tanda-tanda mendekatnya pemenuhan harapan kita, di mana hidup kita mengungkapkan tanda-tanda kehidupan kekekalan Allah.
Tanda-tandanya adalah cinta injili yang diterangi oleh Yesus dalam banyak hal. Dan jika kita dapat “melihat” tanda-tanda itu, kita juga dapat “masuk” ke dalam kerajaan melalui jalan Roh Kudus melalui air yang melahirkan kita kembali. Usia lanjut adalah kondisi yang diberikan kepada kita di mana keajaiban kelahiran baru ini secara erat dapat diselaraskan dan diserahkan kepada komunitas manusia. Hal ini tidak mengisahkan nostalgia kelahiran dalam waktu, tetapi cinta untuk tujuan akhir kita. Dalam perspektif ini, usia lanjut itu memiliki keindahan unik — kita sedang berjalan menuju ke Keabadian. Tidak ada yang bisa kembali ke rahim ibu mereka, bahkan menggunakan pengganti teknologi dan konsumerismenya. Cara ini tidak memberikan kebijaksanaan; Cara ini tidak memberikan jalan yang telah dicapai; Cara ini palsu. Cara ini menyedihkan, bahkan jika itu mungkin. Orangtua itu bergerak maju; orangtua berjalan menuju ke suatu tujuan, menuju ke surga Tuhan; orangtua berjalan dalam kebijaksanaan pengalaman hidup. Oleh karena itu, usia lanjut adalah waktu istimewa untuk membebaskan masa depan dari ilusi teknokratis tentang kelangsungan hidup biologis dan robotik. Usia lanjut membuka seseorang pada kelembutan rahim Allah yang kreatif dan generatif. Saya ingin menekankan kata ini di sini – kelembutan orangtua. Perhatikanlah bagaimana seorang kakek atau nenek memandang cucunya! Perhatikanlah bagaimana mereka membelai cucu mereka – kelembutan itu, bebas dari cobaan manusia, yang telah menaklukkan cobaan hidup dan mampu memberikan cinta dengan bebas, kedekatan yang penuh kasih seorang dengan yang lain. Kelembutan ini membuka pintu untuk memahami kelembutan Allah. Janganlah kita lupa bahwa Roh Allah adalah kedekatan, kasih sayang dan kelembutan. Beginilah Allah, Ia tahu caranya membelai. Dan orang lanjut usia membantu kita memahami ciri Allah ini yaitu kelembutan. Usia lanjut adalah waktu khusus untuk membebaskan masa depan dari ilusi teknokratis. Usia lanjut itu adalah waktu Tuhan menciptakan kelembutan, menciptakan jalan bagi kita semua.
Semoga Roh Kudus membantu kita untuk membuka kembali misi rohani dan budaya para lanjut usia yang mendamaikan kita dengan kelahiran kembali. Ketika kita memikirkan orangtua seperti ini, kita dapat mengatakan — mengapa ada budaya membuang orangtua, menganggap mereka tidak berguna? Orangtua adalah pembawa pesan masa depan, orangtua adalah pembawa pesan kelembutan, orangtua adalah pembawa pesan kebijaksanaan dari pengalaman hidup. Mari kita melangkah maju dan memperhatikan orangtua.
(Lapangan Santo Petrus, Rabu, 8 Juni 2022)