Saudara-saudari umat Allah di Keuskupan Surabaya yang terkasih,
Tanggal 17 Februari 2021 merupakan Hari Rabu Abu, di mana kita memulai masa Prapaskah selama 40 hari yang akan mencapai puncaknya dalam perayaan Paskah pada tanggal 4 April 2021. Merupakan tradisi dalam Gereja Katolik, masa Prapaskah menjadi kesempatan untuk retret agung, membersihkan diri dari dosa dalam semangat tobat dengan berpuasa, berpantang, dan berdoa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah yang memelihara kehidupan manusia dan alam semesta. Bapa Suci Paus Fransiskus dalam kesempatan Katekese Angelus, Minggu 7 April 2019 mengatakan bahwa setiap pertobatan diarahkan kepada masa depan yang baru, hidup yang baru, yang indah, yang bebas dari dosa dan murah hati. Selanjutnya beliau mengatakan, “Prapaskah adalah saat ketika umat katolik dipanggil untuk mengakui keberdosaan mereka, dan meminta pengampunan dari Tuhan. Karena pengampunan itu akan memberi kedamaian, dan memampukan kita memulai kisah hidup yang baru”.
Hal yang penting ketika kita membangun semangat tobat dan percaya kepada Injil mendapat dasarnya dari semangat mencintai Tuhan dan mencintai Gereja Kristus. Mencintai Tuhan Yesus bagi kita tidak dapat dipisahkan dari mencintai GerejaNya yang adalah Tubuh mistik Kristus, sebagai konsekwensi dari iman. Oleh sebab itu kita dipanggil untuk memperlihatkan secara matang dan bertanggung jawab cinta kita akan Gereja Kristus. Maka kita diajak terlibat secara penuh dalam hidup beriman dalam situasi apa pun termasuk di masa adaptasi baru, dengan cara cara yang sesuai dengan jaman.
Saudara-saudari umat Allah di Keuskupan Surabaya yang terkasih,
Selama masa Prapaskah kita diajak untuk mempersiapkan diri mengikuti pendalaman iman dengan tema, “Bersama Simon Petrus Mengenal Yesus Sebagai Guru dan Tuhan”. Tema tersebut merupakan pendalaman dan penjabaran tahun pertama Ardas hasil Mupas kedua.
Di kalangan orang Katolik, sebutan Yesus sebagai Guru mungkin kurang familiar di telinga. Umumnya kita lebih sering mendengar nama Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat atau penebus dosa. Kata guru tentunya memiliki keterkaitan dengan murid dan juga ajaran. Di hadapan murid-murid-Nya. Tuhan Yesus mengatakan, "Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan." (Yoh 13:13).
Bahkan boleh dikatakan Yesus juga disebut sebagai Guru Agung, karena Dia mengajar banyak orang di mana pun Ia berada, di tepi laut, di atas bukit, di atas perahu, di dekat sumur, di rumah atau saat dalam perjalanan. Menurut Kitab Suci ajaran Tuhan Yesus tersebut dari BapaNya yang di sorga. "Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku," (Yohanes 14:10). Karena itu Tuhan Yesus menjadi orang yang paling berhikmat yang pernah hidup di muka bumi ini. Selain mengajar, membimbing, melatih, dan mendidik murid-murid-Nya Tuhan Yesus juga memberikan teladan hidup. Dengan kata lain Tuhan Yesus mempraktekkan apa yang Ia ajarkan. "sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:15). Sebagai Guru Agung Tuhan Yesus bukan sekedar mengajarkan tentang Kerajaan Allah dan kebenaran, tetapi Dia memberi teladan hidup dalam kebenaran kepada murid-murid-Nya. Maka sebagai murid-Nya kita pun wajib meneladani kehidupan Tuhan Yesus. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).
Simon Petrus sebagai Murid Yesus
Nama aslinya Simon, Tuhan Yesus memberi nama Petrus atau kefas, seorang nelayan, lahir di Betsaida Galilea (Yoh 1:42). Ia mempunyai pengalaman yang menarik dengan Tuhan Yesus. Ketika ia sedang mencari ikan di danau Genezaret. Tuhan Yesus menghampirinya dan mengatakan, “Mari ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Mat 4: 19). Itu adalah awal mula Simon menjadi murid Yesus. Sehingga Simon Petrus terlibat penuh sebagaai murid, dan mengikuti Yesus kemana pun Ia pergi. Ketika Yesus mau mencuci kakinya, Simon menolaknya, namun karena ia mau terlibat dalam karya Yesus, ia mengatakan, “Tuhan jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku” (Yoh 13 :6-9). Sebagai murid Simon Petrus ini yang pertama kali mengakui imannya akan Yesus sebagai Messias, Anak Allah yang hidup (Mat 16 :16). Masih banyak pengalaman rohani yang boleh dialami Simon Petrus dalam kebersamaan dengan Tuhan Yesus.
Pengalaman Simon Petrus menjadi murid Yesus sehingga boleh mengenal Yesus serta mengikutiNya seperti saya katakan di atas dimulai dengan panggilan Yesus . Hal ini tentunya juga mengingatkan kepada kita untuk menyadari sekali lagi iman kita. Dalam retret agung masa Prapaskah ini, kita perlu bertanya apa artinya menjadi katolik, bagaimana kita bisa menjadi katolik, dan bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang katolik. Seperti pengalaman Simon Petrus, beriman berarti disapa oleh Tuhan Yesus secara mempesona sehingga kita selalu ingin dan berupaya mengenal lebih mendalam tentang Dia. Dengan demikian beriman menuntut kita untuk ikut serta bersama Yesus dalam cita-cita dan perjuangan, tetapi terutama juga dalam penyerahan diri kepada kehendak Bapa. Tidak mungkin kita merasa bahagia sebagai orang beriman tanpa mau menghayati cara berfikir dan berperilaku seperti Dia. Mengikti panggilan Yesus berarti ditarik masuk ke dalam suasana pola pikir dan tingkah laku Yesus. Namun kita harus sadar bahwa jalan seperti itu sangat tidak mudah, penuh tantangan, dan penuh dengan resiko.
Saudara-saudari umat Allah di Keuskupan Surabaya yang terkasih,
Sudah kurang lebih satu tahun kita hidup dalam masa pandemi covid 19, yang mengakibatkan kita merasakan kesulitan baik dari sisi agama, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan sebagainya. Namun saya tetap mengajak kepada suadara-saudari umat Allah sekalian untuk tetap setia dalam iman kepada Tuhan Yesus, dan marilah kita terus menumbuhkan pengharapan kita untuk masa depan yang lebih baik, lebih sehat, lebih maju, dan lebih bahagia.
Kita bersyukur bahwa vaksin covid 19 pada awal tahun ini sudah tiba di Indonesia, dan sudah didistribusikan kepada sebagian masyarakat. Secara medis vaksinasi ini dilaksanakan untuk melengkapi upaya pencegahan penyakit covid 19, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. Hal tersebut dinilai merupakan salah satu upaya yang paling efektif untuk mengatasi pandemi covid 19, yang masih berlangsung sampai sekarang. Demi keselamatan manusia, secara moral Gereja mendukung upaya vaksinasi ini.
Bersama Santa Perawan Maria Ratu Semesta Alam, kita mohon agar Tuhan memberkati pertobatan kita di masa Prapaska ini, menjauhkan kita dari sakit penyakit, memberi damai dan suka cita, sehingga Paskah sungguh merupakan kebangkitan baru, semangat baru dalam menatap masa depan kehidupan kita.
|
Sesuai dengan Ketentuan Pastoral Keuskupan Regio Jawa 2017, Pasal 138 No. 2.b Tentang Hari Tobat, peraturan puasa, dan pantang ditetapkan sebagai berikut :
1. Hari Puasa tahun 2021 ini, dilangsungkan pada Hari Rabu Abu tanggal 17 Februari 2021, dan Hari Jumat Sengsara dan Wafat Tuhan (Jumat Agung), tanggal 2 April 2021. Hari Pantang dilangsungkan pada Hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Sengsara dan wafat Tuhan.
2. Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berumur 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Sedangkan yang wajib berpantang ialah semua orang katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.
3. Puasa dalam arti yuridis, berarti makan kenyang hanya sekali (satu kali) sehari. Pantang dalam arti yuridis berarti tidak makan daging atau makanan lain yang disukai, dan tidak merokok. Berhubung peraturan puasa dan pantang cukup ringan, maka sebaiknya agar secara pribadi atau bersama-sama (dalam keluarga, biara, pastoran, lingkungan, seminari), menyepakati cara puasa dan pantang yang dirasa lebih sesuai dengan semangat tobat dan matiraga yang mau dinyatakan.
4. Hendaknya diusahakan agar setiap orang beriman kristiani, baik secara pribadi maupun bersama-sama, mengusahakan pembaharuan hidup rohani, misalnya dengan rekoleksi, retret, latihan rohani, tekun dalam ibadat jalan salib, meditasi, pengakuan dosa, adorasi, dan tekun mendalami materi APP.
5. Salah satu ungkapan tobat ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang diharapkan mempunyai nilai pembaharuan pribadi dan nilai solidaritas tingkat lingkungan, paroki, keuskupan, dan nasional. Hendaknya di setiap paroki berdasarkan masukan dari lingkungan mengadakan kegiatan sosial konkret yang membantu masyarakat, misalnya donor darah, pasar murah, dan lain-lain.
6. Hasil pengumpulan dana selama masa Prapaskah hendaknya selekas mungkin diserahkan kepada Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Surabaya, paling lambat pada tanggal 30 April 2021. |