Kegiatan Solid Solider diikuti oleh 7 keuskupan yang tergabung dalam Regio Jawa. Kegiatan kali ini merupakan angkatan ke-2, yang telah berjalan selama setahun dan terbagi dalam tiga tahap yaitu : olah rasa, olah guna, dan olah aksi. Dalam olah rasa, peserta diajak belajar untuk refleksi melalui menulis jurnal harian. Olah guna, peserta belajar doa batin dan membaca bacaan harian atau yang disebut raga widya. Olah aksi, peserta diajak untuk mendalami passion yang nantinya bisa digumuli. Setiap Keuskupan dipilih 3-5 orang muda Katolik untuk menjadi peserta. Sayangnya dari Keuskupan Bogor tidak menghadiri kegiatan kali ini.

 

Keuskupan Surabaya mengirimkan 4 peserta, yaitu Agustina Inesti (Paroki St. Maria dengan Tidak Bernoda Asal, Tulungagung), Valensia Elke (Paroki Redemptor Mundi, Surabaya), Birgitta Servia (Paroki St. Maria Annuntiata, Sidoarjo), dan Yohana Rachmawati (Paroki Salib Suci, Sidoarjo), serta tujuh pendamping, yakni RD. S. Elva Permadi, Diakon Sebastianus Joko Purnomo, Martinus Budi, Teoderikus Bimo, Desmonda, dan YL. Bryan M.W. Kegiatan diselenggarakan selama tiga hari dan dua malam di Villa Deo Gratias Lembang, Bandung, Jawa Barat.

 

Pada sesi awal, para pendamping diajak untuk mengenal Generasi Zaman Now, yang dibawakan oleh Bu Wida, seorang Psikolog. Bu Wida menerangkan perbedaan setiap generasi yang dialami oleh manusia, mulai dari generasi X hingga generasi milenial saat ini. Setelah mengetahui ciri dan kebutuhan di setiap generasi, setiap Keuskupan diberi kesempatan untuk merumuskan ekspektasi OMK di Keuskupan. Keuskupan Surabaya sendiri merumuskan OMK yang mencintai Ekaristi, berdasar fokus pastoral Bersatu dengan Yesus, value atau nilai dalam profile atau ekspektasi, dan ground rules untuk sebuah pendampingan.

 

 

 

Superteam

 

Hari kedua, para pendamping mengawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RD Y. Tony Setiawan dan Keuskupan Bandung dan Romo Elva dari Keuskupan Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan refleksi formatio orang muda oleh Kak Ibrahim Aryon, atau dipanggil Kak Ibra, motivator, pendamping orang muda dan anggota DKP Keuskupan Bandung. Mendampingi OMK sebagai teman adalah dasar utama pendampingan. Pendamping sendiri diingatkan bahwa pada generasi saat ini bukan superhero yang ditonjolkan tetapi “superteam” yang berarti bukan lagi membangun pribadi tetapi membangun tim, kelompok, komunitas yang kuat, bernilai dan punya tujuan yang jelas.

 

RD. Frans Kristi Adi, Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI dalam sesi refleksi Solid Solider mengawali dengan mengajak peserta dan pendamping menonton film Encanto. Menonton film ini merupakan bagian dari pengantar alur (olah rasa, olah guna, olah aksi). Melalui film yang mengisahkan keluarga yang penuh keajaiban ini pendamping dan peserta dapat belajar bahwa kekuatan diri sendiri tidak mampu untuk membuat sebuah keajaiban, tetapi dengan bersama-sama maka keajaiban itu hadir. Lalu Romo Kristi mengajak para peserta untuk sharing dalam Keuskupan dan lintas Keuskupan tentang harapan dan passion yang ditemukan selama mengikuti Solid Solider.

 

Di hari terakhir, Misa Minggu sebagai Misa penutupan rangkaian kegiatan Solid Solider dipimpin oleh Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, Uskup Keuskupan Bandung. Bertepatan pada Pesta Pembaptisan Tuhan, Uskup Bandung mengajak pemerhati kaum muda untuk menjadi pintu bagi para kaum muda untuk mengenal Yesus. Pemerhati kaum muda yang solid dan solider yang didukung oleh Romo sebagai “solder”.

 

Dalam acara ini, juga diberikan sertifikat untuk para peserta Solid Solider Angkatan ke-2. Pesan dalam selebrasi inagurasi ini, Solid Solider akan berlanjut di tahun 2023 dan akan diperluas Keuskupan yang berpartisipasi (tidak hanya Regio Jawa). (KOMKEP-KS/Bryan)