Para Romo, Suster, Bruder, Frater, Katekis, dan saudara sekalian umat Allah di Keuskupan Surabaya yang terkasih.

 

Kita menyaksikan bahwa sampai saat ini pandemi covid 19 di negara kita masih berlangsung, oleh karena itu tidak sedikit umat yang menjalankan aktivitas agamanya dengan perasaan ragu-ragu, dan penuh kehati-hatian. Hal tersebut bukan merupakan sikap yang salah demi kesehatan dan keselamatan. Namun demikian bila kita berjalan dalam keragu-raguan terus menerus justru malah menambah kekeringan rohani bagi hidup kita. Maka marilah berjalan dengan penuh kepastian, dengan perilaku yang baru, yaitu dengan terus disiplin menjalankan protokol kesehatan.

 

Kita perlu mengakui selama masa pandemi ini kehidupan beragama dan kehidupan beriman, serta pelayanan Gereja sangat terganggu. Dalam penerimaan sakramen-sakramen pun banyak diantara kita yang merasa terganggu. Sakramen Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan menggereja, kekuatan Ilahi, makanan surgawi, terpaksa kita lakukan secara daring, dan kita menerima komuni batin yang bagi banyak umat menjadikan kurang mantab.

 

Demikian juga penerimaan Sakramen dan pelayanan lainnya, misalnya sakramen pengurapan orang sakit bagi penderita covid 19 yang mestinya dibutuhkan kehadiran seorang pastor tidak bisa dilakukan dengan semestinya. Anak-anak yang baru sambut komuni, setelahnya tidak boleh ke gereja karena harus menaati aturan umur. Mungkin masih banyak lagi pelayanan-pelayanan yang tidak bisa dilakukan dengan baik dan maksimal. Seperti penerimaan Sakramen Krisma selama tahun 2020 terpaksa saya batalkan. Memang situasinya darurat atau tidak normal, tetapi semuanya membuat ada sesuatu yang kurang dalam mengungkapkan iman sebagai umat katolik. Akibatnya tidak sedikit umat yang merasa kecewa, sedih, merasa kekeringan rohani dalam menjalani hidup sebagai umat beriman dimasa pandemi ini.

 

Maka saya mengajak para Romo dan seluruh umat Allah di Keuskupan Surabaya, marilah di tahun 2022 kita bertekad bersama-sama untuk memulihkan kembali kehidupan rohani kita yang “terluka”, kehidupan rohani yang kering akibat virus covid 19. Marilah kita kembali dan semakin mencintai Ekaristi. Saya tidak mengatakan bahwa saat ini Anda tidak mencintai Ekaristi, tetapi saya mendengar hanya dengan melihat Youtube di acara misa, Anda sudah merasa merayakan misa. Apalagi acara misa yang Anda lihat di Youtube itu merupakan siaran tunda. Hal seperti itulah yang kurang tepat. Untuk itu marilah kita merayakan Ekaristi dengan benar, dan seandainya Anda masih ada kekawatiran, cemas, takut, sehingga Anda terpaksa harus mengikuti Ekaristi dengan cara live streaming atau daring hal itu haruslah dilakukan dalam waktu yang sama, maksudnya bukan merupakan siaran tunda.

 

Demikian juga marilah membangkitkan kembali dinamika persekutuan di paroki, lingkungan, dan komunitas. Kita tahu bahwa Gereja bukan sekedar organisasi saja, tetapi merupakan kumpulan anggota Umat Allah yang hidup bersekutu, bersatu dalam nama Tuhan. Kehidupan menggereja terbangun dalam semangat kebersamaan berusaha menolong anggotanya yang mengalami kesulitan atau kesusahan karena kita adalah satu kesatuan keluarga Allah (Gereja). Gambaran mengenai persekutuan model jemaat perdana dapat menjadi cermin bagi kita untuk membangun persekutuan umat di lingkungan. Cara hidup umat perdana ini tetap menjadi cita-cita yang terus menerus diupayakan, diperjuangkan, dan diwujudkan sepanjang waktu (bdk Kis 4: 32-37; Buku 1, seri Mupas hal. 7). Lima hal di dalam membangkitkan persekutuan adalah persaudaraan, mendengarkan sabda, solidaritas, perayaan iman atau doa, dan memberi kesaksian iman.

 

Para Romo, saudara/i umat Allah yang terkasih.

Sebagaimana direkomendasikan oleh Musyawarah Pastoral Tahun 2019, pada Tahun 2022 merupakan Tahun Bersatu dengan Yesus. Dalam buku 3, seri Mupas 2019 direncanakan untuk empat tahun dari 2021 sampai 2024, prioritas kebijakan pastoral Keuskupan kita difokuskan pada “Hidup Berlingkungan”, agar terjadi penguatan akar jati diri Gereja bagi warga lingkungan, baik sebagai pribadi, keluarga, dan sebagai lingkungan dalam membangun persekutuan yang kokoh. Ada nilai yang harus dihayati, instrument pastoral, dan agenda (Lihat Buku 3, seri Mupas, hal. 22, 23).

 

Buku Pedoman Pastoral Pengurus Lingkungan menjelaskan bahwa lingkungan adalah cara hidup menggereja murid-murid Kristus dalam persekutuan teritorial berakar keluarga dengan jumlah tertentu, hidupnya berdekatan, memiliki pengurusnya sendiri, dan menghayati imannya secara mendalam melalui lima aspek hidup menggereja: pewartaan, persekutuan, peribadatan, kesaksian, dan pelayanan masyarakat. Persekutuan para murid Kristus ini menjadi bagian dari reksa pastoral paroki. (lih Pedoman Pastoral Pengurus Lingkungan, hal. 1). Dengan demikian umat beriman di lingkungan mempunyai ruang gerak luas untuk membuat Gereja menjadi bermakna dalam masyarakat. Sembari berfokus pada Hidup Berlingkungan, saya mengajak kepada Paroki-paroki di Keuskupan Surabaya untuk melengkapi data yang diperlukan bagi karya pastoral kita. Karena dengan mempertimbangkan data-data tersebut, program pastoral bisa direncanakan dengan tepat sehingga pelaksanaannya pun membawa dampak positif bagi perkembangan umat.

 

Para Romo, saudara/i Umat Allah yang terkasih,

Di tahun 2021 ini, kita juga dipanggil untuk terlibat mengikuti Sinode oleh Bapa Suci Fransiskus. Bapa Suci Paus Fransiskus mengajak seluruh Gereja merenungkan tema yang menentukan bagi hidup dan misi Gereja, setelah kurang lebih lima puluh tahun berjalan bersama dari Konsili Vatikan kedua. Tema yang diangkat adalah, “Bagi Gereja Sinodal : Persekutuan, Partisipasi, dan Misi”. Persiapan Sinode Para Uskup Ke XVI (Sidang Umum Biasa Ke XVI) ini sudah dibuka pada tanggal 9 sampai 10 Oktober dengan sebuah upacara di Roma. Tahapan berikutnya akan melibatkan seluruh Umat Allah di seluruh dunia melalui Gereja partikular atau Keuskupan, melibatkan umat Eikumene, dan umat antar agama. Baru kemudian pada bulan Oktober tahun 2023, yang disebut Sidang Umum Biasa ke XVI, akan diikuti tahap implementasi yang kembali akan melibatkan Gereja-Gereja Partikular. Dengan acara ini Bapa Suci Paus Fransiskus sedang memanggil Gereja untuk menemukan kembali sifat sinodal yang mendalam. Penemuan kembali akar sinodal Gereja ini akan mencakup proses belajar bersama dengan rendah hati bagaimana Allah memanggil kita menjadi Gereja pada milenium ketiga. Proses Sinodal ini tidak perlu dipandang sebagai beban berat yang bersaing dengan Proses Ardas Keuskupan kita, justru meneguhkan Ardas kita dan saya berpendapat keduanya saling mendukung dalam kerangka pelayanan pastoral. Maka saya memberi tema Surat Gembala Ardas ini, “Bersatu dengan Kristus Dalam Perjalanan Bersama”. Apalagi proses Sinode Gereja Universal ini hampir mirip Musyawarah Pastoral tahun 2009 dan tahun 2019 seperti yang pernah kita lakukan, mendengarkan suara dari bawah yang akhirnya menghasilkan Arah Dasar Berpastoral di Keuskupan kita. Marilah kita dukung bersama, semoga kesempatan “bersama” ini menggerakkan pertobatan dan berbuah dalam misi.

 

Bersama Yesus, Bunda Maria, dan Bapa Yosef marilah kita berdoa agar proses Sinodal boleh berjalan dengan baik dan lancar. Demikian juga perwujudan Ardas di “Tahun Bersatu Dengan Yesus dalam Ekaristi” Tahun 2022, boleh menghasilkan buah-buah yang bermanfaat bagi persekutuan umat di Kesuskupan Surabaya.

 

Akhirnya Selamat Merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, dan mempersiapkan Natal Tahun 2021. Salam sehat selalu.

 

 

Surabaya, 8 Nopember 2021,

Berkat Tuhan,

 

 

 

Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono

Uskup Surabaya

 

 

 

 

 

DOA ARDAS 2022

 

Allah Bapa, Engkaulah asal dan tujuan peziarahan kehidupan Gereja

Kami bersyukur telah melewati masa sulit karena pandemi Covid-19.

Kini kami menjalani tahun kedua melaksanakan hasil Mupas kedua

dalam mewujudkan Arah Dasar Keuskupan Surabaya

sebagai persekutuan murid-murid Kristus

 yang semakin dewasa dalam iman,

guyub, penuh pelayanan dan misioner.

 

Tuhan Yesus Kristus,

bukalah pintu hati-Mu agar kami semakin mengenal-Mu

dan bersatu lebih erat dengan hidup-Mu

khususnya melalui Sakramen Ekaristi.

Setelah dua tahun perjumpaan

dan kegiatan hidup menggereja terhambat,

kini pulihkanlah kembali semangat penggembalaan umat

serta cinta kami akan Ekaristi-Mu.

 

Kami berdiri di hadapan-Mu, ya Roh Kudus,

bersama dengan proses Sinode para Uskup sedunia,

bimbinglah kami dalam berjalan bersama di jalan yang benar

mewujudkan persekutuan, partisipasi dan misi Gereja.

 

Bersama Bunda Maria,

semoga kami dikuatkan dalam iman, harapan, dan kasih.

Semoga Bunda Maria selalu mendampingi perjalanan Gereja

menabur benih Kerajaan Allah di dunia saat ini.

 

Doa ini kami panjatkan, dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.

Amin