Selama 3 hari, 18-20 Oktober 2019, Keuskupan Surabaya menyelenggarakan  MUPAS (Musyawarah Pastoral) di Rumah Pembinaan Sasana Krida Jatijejer, Trawas, Mojokerto. Dihadiri oleh 479 peserta yang terdiri dari Anggota Dewan Pastoral Keuskupan, Dewan Moneter Keuskupan, Romo Vikep, Romo Kepala Paroki, Koordinator Pelayanan Pastoral Mahasiswa, Rektor Seminari Menengah, Rektor Seminari Tinggi, Direktur Tahun Orientasi Rohani (TOR), Utusan Dewan Pastoral Paroki, Utusan dari Jalur Kelompok Kategorial Umat, Utusan dari Jalur Religius, dan Perwakilan dari Komisi-Komisi di Keuskupan.

MUPAS 2019 atau MUPAS Kedua ini lebih bersifat selebrasi atas hasil-hasil musyawarah yang telah dilaksanakan pada masa PraMUPAS yang dimulai sejak awal 2017, dan telah merumuskan Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Surabaya Tahun 2020-2030.

Dok: komsos Surabaya

Acara hari pertama diawali ibadah yang dipimpin oleh Romo Fritz Meko, SVD yang juga merupakan Vikaris Religius Keuskupan Surabaya. Dalam kotbah pembukaan Romo Fritz menyatakan, “MUPAS adalah media rahmat bagi kita untuk bersama menentukan strategi dan arah pastoral yang hendak kita jalankan selama 10 tahun dalam Keuskupan. Strategi dan arah yang tepat, membantu kita untuk mampu menegakkan nilai-nilai pastoral dalam Keuskupan hingga Keuskupan Surabaya dapat memantulkan citra pastoral yang mendukung kekompakan, persaudaraan, kerukunan, keguyuban, dan damai. Kita tentu yakin bahwa Tuhan Yesus tahu apa yang kita inginkan dalam MUPAS ini”.

Usai ibadat pembuka, hadir Cak Pas, maskot MUPAS 2019 yang diperankan oleh Frater Diakon Roberts Theo Elno Respati yang langsung memandu acara, didampingi oleh Maria Vera.

Cak Pas diperankan oleh Frater Diakon Roberts Theo Elno Respati, Maskot MUPAS 2019 Dok: komsos Surabaya

Dalam sambutannya RD. Aloysius Widya Yanuar Nugraha atau yang akrab dipanggil Romo Louis mengawali pidato pembukaan dengan mengajak seluruh perserta merayakan peristiwa iman dalam MUPAS. Beliau menutup pidato dengan mengajak semua peserta meneriakkan yel-yel panitia yang berbunyi, “MUPAS 2019, Serentak Maju!”

Turut hadir, PEMBIMAS Katolik Kementerian Agama kantor wilayah provinsi Jawa Timur, Suko Pranyoto, S.Ag. “Tak kenal maka tak sayang”, kata itu diucapkan oleh Suko Pranyoto yang menginginkan momentum MUPAS ini dapat digunakan untuk saling mengenal, dan memperbaharui sikap kita sebagai umat beragama yang melaksanakan amanah imannya secara baik dan benar, serta sekaligus berpegang teguh pada pancasila dan UUD 45.

Sambutan terakhir disampaikan Uskup Surabaya Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono. Beliau menyampaikan bahwa MUPAS 2019 adalah peristiwa iman yang diwujudkan dengan bermusyawarah dan bergerak bersama.

Seremonial pembukaan ditandai dengan penabuhan gederang oleh Mgr. Sutikno didampingi oleh RD. Yosef Eko Budi Susilo Eko (Vikaris Jendral Keuskupan Surabaya); RD. Agustinus Tri Budi Utomo (Vikaris Pastoral Keuskupan Surabaya); RP. Agustinus Dodik Ristanto, CM & RD. Y. Fusi Nusantoro (Ketua & Wakil Ketua Dewan Imam Keuskupan Surabaya); Romo Luis, Suko Pranyoto, dan Cak Pas.

Pembukaan acara ditandai dengan ditabuhnya gederang oleh bapa Uskup dan Imam lainnya Dok: komsos Surabaya

Hari kedua dan ketiga diisi dengan 4 session pemaparan hasil MUPAS 2019. Session 1 membahas Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Surabaya Tahun 2020-2030. Dipaparkan oleh RD. Petrus Canisius Edi Laksito dan RD. Yohanes Benny Suwito. Para peserta diajak mendalami 48 butir yang menguraikan 5 isi pokok cita-cita ARDAS. Lima isi pokok tersebut adalah: Murid-Murid Kristus (Kemuridan), Persekutuan, Dewasa Dalam Iman, Guyub dan Penuh Pelayanan, Misioner.

Agustinus Tri Budi Utomo, atau Romo Didik menyampaikan Kebijakan Strategis Pastoral Keuskupan Surabaya Tahun 2020-2030. Pada Session 2 ini Romo Didik mengajak para peserta menangkap arus kerinduan Gereja Katolik di Indonesia. Serta membahas implikasi kebijakan strategis Keuskupan Surabaya yang hendak mendewasakan paroki yang berakar lingkungan dan hadir di tengah masyarakat. Pilihan strategis yang diwujudkan dalam kerangka waktu ini melalui 3 tahap, yaitu: hidup berlingkungan, hidup berparoki dan hidup bermasyarakat.

Pada Session 3, Romo Louis membahas Program Strategis Keuskupan Surabaya Tahun 2020-2030. Dijelaskan bahwa Keuskupan Surabaya memilih lingkungan sebagai cara hidup menggereja untuk hadir bagi masyarakat.

Malam kedua diselingi pentas seni berupa operet yang ditampilkan oleh kolaborasi Orang Muda Katolik (OMK) dari 7 Kevikepan, yakni Kevikepan Surabaya Barat, Kevikepan Surabaya Selatan, Kevikepan Surabaya Utara, Kevikepan Blitar, Kevikepan Blora, Kevikepan Kategorial, dan Kevikepan Religius.

Dalam session akhir yang dilaksanakan pada hari ketiga, RD. Alexius Kurdo Irianto menjabarkan Pedoman Pastoral Pengurus Lingkungan Keuskupan Surabaya Tahun 2020-2030. Romo Kurdo menjelaskan sejarah adanya “Lingkungan”, latar belakang yang menyebabkan perlunya pedoman pastoral lingkungan, dan bagaimana menggunakan pedoman tersebut. Dapat dikatakan Pedoman Pastoral Pengurus Lingkungan merupakan instrumen pengelolaan lingkungan sebagai kehadiran nyata Gereja di tengah masyarakat.

Acara ditutup dengan Misa Episkopal yang dipimpin oleh Mgr. Sutikno, dengan peneguhan ARDAS Keuskupan Surabaya Tahun 2020-2030. (Teja & Didiet – Komsos Surabaya)

Crew musik tradisional Lesung dan JULA-JULI Dok: Komsos Surabaya