logo

Paroki Santa Maria Annuntiata

st_petrus_tbn

Jl. Monginsidi No.13, Sidoarjo

: [email protected]

: (031) 8921828

: sanmariann.sda

: Sanmariann Paroki

: Komsos Sanmariann

: www.sanmariann.org

Sejarah

PERIODE TAHUN 1950 – 1955

Perkembangan Gereja Katolik di Sidoarjo dalam periode ini tidak tercatat, karena masih sangat sedikit umat yang terdeteksi keberadaannya, sehingga tidak terkoordinir layaknya sebuah organisasi (struktur hirarki gereja).

Gereja bukanlah hanya dalam bentuk wujud bangunan gedungnya, melainkan lebih daripada itu, dan yang paling utama adalah Umat- Nya. “Gereja adalah Umat Allah yang dipimpin Tuhan Yesus, dan Wakil-Nya di dunia ini, menuju hidup kekal di Surga.”

Selain di Sidoarjo, warga Katolik juga terdapat di Pabrik Gula, seperti: PG. Krian, PG.Candi, PG. Krembung, PG.Tulangan, PG. Watu Tulis. Seorang diantara warga tersebut putranya ada yang menjadi Pastor, yaitu: Romo Hardjo Atmodjo, berkarya di Jambi/Palembang – Sumatera. Sebenarnya di Krian saat itu sudah ada sebuah Kapel yang satu gedung dengan Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK), yang mana umat Katolik di Krian berstatus Stasi dari Paroki Mojokerto.

Bapak P.F. Samso Poerwosoemarto adalah Pegawai Polisi yang beragama Katolik dari Djawatan Kepolisian Negara (DKN) Jakarta yang dipindahkan ke Pusdik Korps Brimob Porong, dan menempati asrama/ksatrian Brimob Kompi 5480. Disamping kesibukan melaksanakan tugas sehari-hari, beliau menyempatkan diri untuk mencari umat Katolik di daerah Porong dan sekitarnya, namun saat itu tidak dapat diketemukan/dikenal.

Lalu, beliau berusaha mencari ke Sidoarjo, dan di Sidoarjo inilah beliau bertemu dengan keluarga Katolik, yaitu: Bapak P. Ponidin – anggota Polisi berpangkat Ajun Inspektur II Polisi / Pembantu Letnan II Polisi dengan jabatan Kepala Asrama (Wetasemen Markas) yang tinggal di asrama/ksatrian Polisi Resort Sidoarjo. Dan di tempat inilah dijadikan Pos Pertemuan – tatap muka dan sambung rasa. Beberapa warga Katolik yang bisa disebutkan dalam komunitas tersebut adalah :

...
  1. C. Achmad Soetedjo – Guru S.R./S.D.
  2. Koemani – Pelajar S.M.P.N. I, Sidoarjo
  3. Djono Siswowardjono – Guru R./S.D, yang bertempat tinggal di Desa Kalitengah – Tanggulangin.

 Demi meningkatkan hubungan yang lebih intens, P.F. Samso Poerwosoemarto pindah tempat tinggal (kost) di Kampung Slautan – Sidokumpul Sidoarjo.

PERIODE TAHUN 1955 – 1960

Pada awal periode ini, dilakukan penelusuran untuk mencari tahu dimana saja warga Katolik yang bertempat tinggal di Sidoarjo dan sekitarnya berada, dan hasilnya ditemukan sebagai berikut:

  • Bapak Ponidin – Sersan Polisi, bertempat tinggal di Asrama Kepolisian Sidoarjo.
  • Bapak R.Y. Moerdjono Siswoharjono – Kepala S.D. di Tanggulangin, bertempat tinggal di desa Kalitengah, Tanggulangin.
  • Bapak P.C. Achmad Soetedjo – Guru S.D. Rangkah Kidul, bertempat tinggal di Slautan Sidoarjo
  • Bapak R.P. Rabidin – Mantri Kesehatan RSU Sidoarjo, bertempat tinggal di Mambang, Pucang Sidoarjo.
  • Bapak R.B. Soeprapto, bertempat tinggal di PG. Toelangan.
  • Bapak Achmad Puji, bertempat tinggal di PG. Candi
  • Koesmani – Pelajar, bertempat tinggal di Sidoarjo.
  • Bapak P.F. Samso Poerwosoemarto, Pusdik Brimob Porong.
  • Ong Tjiang Hok, bertempat tinggal di Jalan Gajahmada Sidoarjo.
  • Tjoa, bertempat tinggal di Jalan Gajahmada Sidoarjo.
  • Go Dju Kwie, bertempat tinggal di Jalan Hang Tuah Sidoarjo.
  • Liem Swi Lie, bertempat tinggal di Jalan M.H. Thamrin (d/h. Krian) Sidoarjo.
  • Bapak Theo Ot Son – Kepala SD Pasar Ikan, Sidoarjo.

Mereka inilah jemaat perintis berdirinya gereja Katolik di Sidoarjo, sehingga Bapa Uskup Mgr. Johanes Klooster, CM – Uskup Surabaya memberikan perhatian yang besar. Tindakan awal beliau adalah menjadikan Sidoarjo sebagai “Daerah Tinjau” yang dipimpin oleh beliau sendiri. Kunjungan dilakukan secara periodik dan bergiliran diantara para anggotanya, yakni:

  • Johanes Klooster, CM – Uskup Surabaya
  • Romo G. Bonekam, CM
  • Romo A. Hadisoedarso, Pr
  • Romo W.P. Jansen, Cm
  • Romo I Dwijo Soesastro, CM
  • Romo J. Bartels, CM
  • Romo J.H. Van Megen, CM
  • Romo H. Windrick, CM
  • Romo P. Bonekam, CM
  • Romo H. Niesen, CM
  • Romo H.J. Raets, CM

Yang dijadikan Pos Tinjau adalah tempat tinggal Bapak Ponidin – Sersan Polisi, di Asrama Kepolisian Sidoarjo. Sekitar bulan Juli tahun 1958 aktivitas umat Katolik mulai meningkat dan lebih terkoordinasi, diantaranya :

Warga Katolik di Porong dan Sidoarjo dalam kewajibannya mengikuti Misa Kudus pada hari Minggu / Hari Besar lainnya dikoordinasikan ikut kendaraan Gereja Pusdik Korps Brimob Porong ke Gereja Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria Kepanjen, Surabaya. Awal tahun 1959, Sidoarjo memperoleh status Stasi dengan Pastor Stasi yang pertama adalah Romo H.J. Raets, CM. Dengan status Stasi, maka kegiatan kegerejaan menunjukkan peningkatan yang menggembirakan.

Atas bantuan seorang simpatisan bernama Bapak Setyawan Sutan Adi (Tan Hway Tjiang), bertempat tinggal di Jalan A. Yani No.1, Sidoarjo, maka Ruang Kelas SDN I Pucang Sidoarjo dapat dipergunakan untuk melaksanakan Misa Kudus. Misa Kudus pertama kali dilaksanakan dengan kehadiran Umat sebanyak 8 (delapan) orang, termasuk diantaranya 3 (tiga) orang Katekumen, sejak itu Misa Kudus dilaksanakan pada Minggu Pertama setiap bulan, dan diikuti oleh sekitar 14 – 15 orang.

Atas inisiatif dan permohonan Bapak Bertha Nio kepada ayahnya, yaitu Bapak Nursahit Hasyim (Nio Kin Bin), maka umat diijinkan mempergunakan pavilyun rumah di Jalan Untung Suropati No.18- 20 Sidoarjo, guna melaksanakan Misa Kudus. Dengan perolehan ijin tersebut, maka pelaksanaan Misa Kudus di SDN I Pucang Sidoarjo dipindahkan ke Pavilyun tersebut dan Misa Kudus diadakan 2 (dua) kali setiap bulan – pada setiap Minggu Pertama dan Minggu Ketiga.

Kehadiran umat dalam setiap Misa Kudus yang dilaksanakan menjadi rata-rata 25 orang sejak saat itu. Melihat perkembangan Misa sudah dapat membawakan Lagu / Nyanyian dengan solis Ibu Ir. Guntoro dari PG. Krembung dan Koor, maka perhatian Mgr. J. Klooster, CM – Uskup Surabaya semakin besar, maka dibeli sebidang tanah milik Bapak Go Yu Hok yang terletak di Jalan Untung Suropati No.33, Sidoarjo.

 Untuk keperluan pengadaan prasarana dan sarana gereja, maka dibangunlah sebuah gedung dengan fungsi ganda, yaitu: untuk Kapel sekaligus untuk Sekolah. Pembangunan dimulai sekitar akhir tahun 1959, dan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Pada awal tahun 1960 fungsi dan penggunaannya diresmikan oleh Mgr. J.Klooster, CM. – Uskup Surabaya. Mengingat gedung berfungsi ganda, maka disamping digunakan untuk Gereja, gedung juga dipakai untuk Sekolah Menengah Pertama Katolik dengan memakai nama SMPK “Untung Suropati”.

PERIODE TAHUN 1960 – 1965

Pasca pembangunan dan peresmian gedung yang berfungsi ganda tersebut, Misa Kudus pelaksanaannya ditingkatkan mennjadi setiap Hari Minggu dan setiap Hari Raya Gereja.

Pada tahun 1962 Romo H.J. Raets, CM dipindah-tugaskan ke Madiun, sebagai pengganti Pastor Stasi ditunjuk Romo R. Koemoro Widjojo, Pr dengan tugas rangkap selaku Pimpinan / Ketua Yayasan Wijana Sejati Keuskupan Surabaya. Kegiatan pertama yang dilakukan beliau adalah konsolidasi, pembenahan dan pembentukan perangkat organisasi kemasyarakatan gereja dan mengelola Sekolah.

Romo R. Koemorojowidjojo, Pr. selaku Romo Stasi maupun sebagai Ketua Yayasan Wijana Sejati dalam mengelola institusi tersebut cukup proporsional, dengan titik berat mengutamakan Gereja, sedang yang lain berfungsi sebagai penunjang.

PERIODE TAHUN 1965 – 1970

Pada tahun 1965 jabatan Pastor Stasi diserahkan dari Romo Koemorowidjojo, Pr. kepada Romo H. Massen, CM, sedangkan jabatan Pimpinan / Ketua Yayasan Wijana Sejati diserahkan kepada Romo Louis Pandu, CM. Sejak saat itu Kebijakan Gereja dan Kebijakan Yayasan Wijana Sejati – dalam hal ini adalah SMPK Untung Suropati dipisahkan.

Pemisahan kebijakan tersebut tidak membawa dampak negatif, justru pertumbuhan dan perkembangan umat semakin bertambah banyak, dan hal ini menjadi perhatian Bapa Uskup J. Klooster, CM. sehingga beliau memandang perlu mendirikan gedung gerja yang mamadai dan terpisah dari fungsi ganda antara gedung gereja dan gedung sekolah. Untuk kepentingan tersebut beliau berkenan mengadakan ruislag / tukar-menukar bangunan gedung milik Keuskupan Surabaya untuk dipergunakan Kantor Kecamatan Krian – Sidoaro.

Menanggapi perhatian Bapa Uskup, maka sejumlah umat mencari lokasi tanah kosong untuk bangunan gereja. Diantaranya di sepanjang Jalan Untung Suropati – yang sekarang dipergunakan sebagai perkantoran dan perumahan pengairan, sepanjang Jalan Jaksa Agung Suprapto – yang sekarang dipergunakan sebagai daerah perkantoran, antara lain : Kantor Bukopin, Kantor Agraria, Kantor KPN, Kantor Dikbud dan sebagainya.

Hasil lobby / negosiasi antara Kepala SMPK Untung Suropati dengan Mgr. J. Klooster, CM. disetujui hasil ruislag / tukar- menukar tersebut dipergunakan membangun gedung gereja di kompleks SMPK Untung Suropati, dan membeli sebidang tanah di Jalan Trunojoyo dengan ukuran 13 x 43 x 1 m2. Menurut informasi, tanah tersebut diperuntukkan bangunan Susteran – saat itu ada seorang Suster yang bekerja di Stasi Sidoarjo, yaitu dari Ordo Abdi Dalem Semarang.

Pada periode ini, masa jabatan Pastor Paroki Romo H. Massen, CM. selesai dan digantikan dengan Romo Lucas Soewondo, CM. Kepala Sekolah SMPK Untung Suropati, RPS. Djoko Mursandi bersama Romo Lucas Soewondo, CM membangun Gereja di areal SMPK yang akhirnya sekarang digunakan sebagai Aula/Ruang Pertemuan (sekarang menjadi Aula SMAK Untung Suropati). Sebagai Perancang, Pengawas dan Pelaksana Pembangunan Gereja tersebut adalah Romo Lucas Soewondo, CM, RPS. Djoko Mursandi, dan F.X. Ngadiman. Gedung dikerjakan secara gotong royong dibantu oleh tenaga yang dikelola oleh Romo Lucas Soewondo, CM., dari Surabaya. Setelah gedung gereja selesai, semua kegiatan gereja dipindahkan ke Gereja tersebut. Pada tanggal 29 Agustus 1976 gedung dipergunakan untuk penerimaan Sakramen Penguatan oleh Mgr. Yohanes Klooster, CM – Uskup Surabaya.

Keberadaan gedung tersebut semakin mempertajam perbedaan pendapat, yang mana di satu pihak (pimpinan sekolah) berpendapat bahwa sekolah mempunyai gereja, di pihak lain gereja (umat) berpendapat sekolah merupakan sarananya pengembangan gereja, untuk menghindari perbedaan pendapat yang lebih tajam serta dampak yang tidak diinginkan, maka sebagian umat Stasi Sidoarjo, dalam hal ini umat dari Tanggulangin, Porong, Tulangan, Krembung kegiatan kegerejaannya pindah ke Pandaan.

PERIODE TAHUN 1970 – 1975

Pada periode ini kembali terjadi pergantian Pastor Stasi, dari Romo Lukas Soewondo, CM. kepada Romo J. Reintjes, CM. Romo J. Reintjes, CM. mengadakan rehabilitasi dan rekonstruksi kegerejaan yang sementara itu sebagian umat Stasi Sidoarjo melaksanakan kegiatan menggerejanya dilakukan di Pandaan, hal tersebut banyak membantu sumbang saran dalam proses terjadinya Paroki Gereja Katolik Santa Theresia, Pandaan.

Romo J. Reintjes, CM. sebagai Pastor Stasi Sidoarjo, dalam melaksanakan tugasnya, selain melanjutkan kebijakan pendahulunya, beliau lebih menitikberatkan pada usaha penanaman iman kedalam diri setiap warga Katolik.

Kepada umat Katolik yang putra-putrinya tidak bersekolah di Sekolah Katolik, diminta pertanggungan jawab dan alasannya, mengapa putra-putrinya tidak bersekolah di Sekolah Katolik, dan pada saat tertentu orang tua bersangkutan dikumpulkan dan diberi pengarahan tentang kebijakan perlunya putra-putrinya di Sekolah Katolik.

PERIODE TAHUN 1975 – 1980

Pada periode ini, giliran Romo J. Reintjes, CM. harus meninggalkan umat Sidoarjo sebagai Pastor Stasi, dan jabatannya digantikan oleh Romo B. Martokoesoemo, CM.

Romo B. Martokoesoemo, CM. melanjutkan rencana program yang telah dicanangkan oleh pendahulunya, dengan lebih meningkatkan frekuensi turun ke bawah / lapangan, yaitu melakukan kunjungan-kunjungan ke tempat tinggal keluarga Katolik terpencil / miskin. Disamping itu, belia seringkali menganjurkan untuk selalu membina persatuan – kesatuan, kerukunan antar umat, dan memberi dorongan semangat hidup menggereja untuk lebih meningkatkan usaha mendirikan gedung gereja yang mandiri dan cukup memadai. Pada periode ini, seorang Suster dari IPI Malang, sejak tanggal 20 April 1976 mulai berkarya di Stasi Sidoarjo, beliau adalah Suster Caecilia Suratmi, Alma.

Pada bulan Juni 1977, dimana keadaan Stasi sudah stabil / baik, Romo T. Karyono Saptonugroho, CM (populer dengan sebutan Romo YON) giliran bertugas di Stasi Sidoarjo menggantikan Romo B. Martokoesoemo, CM. yang tugasnya selesai sebagai Pastor Stasi Sidoarjo. Romo Yon mengawali aktivitasnya dengan meneruskan dan meningkatkan kebijakan / kegiatan pendahulunya. Dan bertepatan waktu itu datang aktivis Katolik yang bernama Bapak W.R. Pronk dari Pabrik Gula Krembung di Stasi Sidoarjo. Walaupun jarak Krembung – Sidoarjo cukup jauh ± 25 Km, baginya tidaklah menjadi halangan untuk hidup menggereja dengan aktif, hal ini terbukti dengan kehadirannya apabila ada kegiatan Doa Keluarga di Sidoarjo.

Pada masa ini kembali timbul inisiatif usaha mencari tanah untuk mendirikan bangunan Gereja. Inisiatif ini dipaparkan secara umum dan dilaporkan kepada Pastor Kepala Paroki Hati Kudus Yesus dan kepada Bapa Uskup Surabaya; dan memperoleh tanggapan positif, antusias dan restu dari beliau. Maka sebagai langkah awal dibentuklah Panitia Kecil / Tim sebagai koordinator/ mediator antara Dewan Stasi Sidoarjo dengan Paroki hati Kudus Yesus Surabaya, dan Keuskupan Surabaya.

 

Susunan Panitia Kecil tersebut adalah:

Koordinator : Romo T. Karyono Saptonugroho,CM

Anggota :

  1. F. Samso Poerwosoemarto – Sidoarjo
  2. R. Pronk – Krembung
  3. J. Moerdjono Siswohardjono, Sidoarjo

Dengan susunan personalia sebagaimana tersebut diatas, dimulailah karya tersebut dengan bantuan Bapak Miadi Hadiwiyono hingga memperoleh dua bidang tanah dengan kapling seluas 946 m2 dan 977 m2 atau dengan total luas 1.923 m2, terletak di Jl. W. Mungindisi No.13, Sidoarjo, dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II, Sidoarjo, Nomor: 032/30/KD/79, tertanggal 16 April 1979, tentang “Ijin Mendirikan Gereja Katolik di Jalan W. Munginsidi No.12, Sidoarjo”. Berdasarkan hal tersebut, maka Dewan Stasi membentuk Panitia Pembangunan Gedung Gereja Katolik dengan susunan sebagai berikut :

  • Ketua : P.F. Samso Poerwosoemarto
  • Mediator : Romo T. Karjono Sapto Nugroho, CM – Pastor Stasi
  • Pelindung : Romo A.J. Dibjokarjono, Pr – Pastor Kepala Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya.
  • Wakil Ketua :Drg. V. Swatnawati Tjandra
  • Sekretaris I : W.R. Pronk
  • Sekretaris II : Chr. Likli Kuata
  • Bendahara I : A.R. Soesanto, Bsc
  • Bendahara II : R.J. Moerdjono Siswohardjono
  • Seksi Teknik :
  1. Kutomiharso
  2. Richardus Riyanto
  3. X. Ngadiman
  • Seksi Usaha Dana :
  1. Sarwono D.S.
  2. Wahjudjati
  3. Soedarjatno
  4. Y. Soenarto
  • Seksi Pengerah Tenaga:
  1. Ignatius Martono
  2. D. Sugiharto
  • Seksi Pembantu Umum : Matheus Sabariman

Dalam melaksanakan pembangunan fisik, ditunjuk 3 (tiga) orang sebagai Tim Pelaksa yang bertanggung jawab kepada Panitia Pembangunan Gereja Katolik Sidoarjo, yang terdiri dari :

  1. Kutomiharso – sebagai Project Officer / Pelaksana
  2. Likli Kuata – sebagai Pemegang Kas / Pengawas Keuangan
  3. J. Moerdjono – sebagai Pengawas Pengadaan Bahan dan Barang (termasuk administrasinya).

Untuk mengoptimalkan aktivitas tersebut, maka Sekretariat ditetapkan di Jl. KBP M.Doerijat No.66, Telepon 41900, Sidoarjo. Pada hari Selasa Kliwon, tanggal 27 September 1979 dilaksanakan Upacara Peletakan Batu Pertama oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sidoarjo, yang diwakili oleh Kepala Sub.Dit.Kesra Sidoarjo – Bapak Abu Hasan, SH., dan dilanjutkan dengan upacara gerejani, Doa Syukur dan Berkat oleh Romo A.J. Dibjokarjono, Pr – Pastor Kepala Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya.

Pada hari Raya Natal tanggal 24/25 Desember 1979, meskipun bangunan belum selesai seluruhnya dan masih dalam proses pengerjaan, dengan penuh kelegaan dan rasa sukacita umat dapat merayakan Misa Natal di tempat tersebut dengan berpakaian Adat Jawa.

Selama proses pembangunan, partisipasi umat sangat besar mewarnai pelaksanaannya, sebab semangat berkarya dilakukan dengan penuh rasa gotong royong, baik secara moral maupun material, hal tersebut tercermin sebagai berikut :

  1. Penerimaan :
    1. Biaya Pokok dari Keuskupan Surabaya
    2. Bantuan dari Kepala Daerah Tingkat II, Sidoarjo
    3. Bantuan dari Paroki Hari Kudus Yesus, Surabaya
    4. Partisipasi dari Umat Katolik Stasi, Sidoarjo
    5. Donatur dari Umat Katolik Paroki Hati Kudus Yesus, Surabaya
    6. Sumbangan dari Para Pengusaha
  2.  Sumbangan Alat / Perlengkapan untuk:
  • Gereja : Meja Altar, Lonceng Gereja, Salib diatas Altar, Gong (tanda konsentrasi), Gambar Jalan Salib, Bangku dan Kursi Lipat.
  • Pastoran : Tempat Tidur, Meja dan Kursi, Meja Makan, Pesawat Telepon
  • Tenaga & Material : Tenaga Kerja dari tiap Kring
  • secara bergiliran, Bahan – Bangunan, dll.

Dengan selesainya pembangunan gedung Gereja Katolik Sidoarjo, dengan restu Pastor Kepala Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya, dan Uskup Surabaya, maka Romo T. Karyono Sapto Nugroho, CM. memberikan nama pelindung “PARA RASUL”.

Pada hari Selasa, tanggal 25 Maret 1980, dilaksanakan Upacara Peresmian Penggunaan Gedung Gereja Katolik Para Rasul, oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sidoarjo, yang diwakili oleh Bapak Drs. Anwar Latif - Sekwilda Sidoarjo. Seusai upacara peresmian dilanjutkan upacara gerejani, Doa Syukur dan Berkat oleh Mgr. J. Klooster, CM. – Uskup Surabaya.

Dengan mempunyai gedung gereja yang cukup memadai, maka kegiatan hidup menggereja nampak menjadi lebih aktif, sebab Romo Yon, meningkatkan kegiatan gereja dan lebih diarahkan kedalam kehidupan sosial kemasyarakatan, antara lain :

  1.  Bidang Muda-Mudi
  2. Bidang Sosial
    1. Memberi Santunan dan Bingkisan (Natal/Paskah) kepada warga yang membutuhkan.
    2. Mengadakan kunjungan ke Panti Asuhan dan Panti Jompo di Keuskupan Surabaya, Keuskupan Malang, Rumah Sakit serta rumah Warga yang dipandang perlu.
    3. Berpartisipasi dalam acara gereja dalam perayaan maupun yang lain, misalnya; menyelenggarakan Bazar di keuskupan Surabaya maupun di Malang.
  3.  Bidang Liturgi:
    1. Diadakan Doa Kring, Doa Keluarga secara bergiliran diantara keluarga di setiap Kring.
    2. Diadakan Misa Kudus di setiap Kring sesuai permohonan.
    3. Diadakan Ziarah ke Sendangsono, untuk ber-devosi kepada Bunda Maria, dan Ziarah ke tempat-tempat ziarah lainnya.
    4. Diadakan Pendidikan Agama Katolik bagi anak-anak yang sekolah di Sekolah Non Katolik.
    5. Diadakan Pendidikan Agama Katolik bagi para Katekumen / magang Katolik.
    6. Diadakan Pendalaman Iman di tiap-tiap Kring yang dipandu dari Stasi oleh C. Suratmi ALMA dan F.X. Ngadiman.
    7. Diadakan Rekoleksi, Retret dalam rangka penyegaran iman bagi Muda-mudi, Umum, bahkan Rekoleksi Para Romo Konggregasi Misi (CM) Keuskupan Surabaya juga pernah dilaksanakan di Stasi Sidoarjo
  4. Bidang Organisasi
    1. Dewan Stasi disempurnakan sesuai dengan kebutuhan dengan melihat situasi setempat. Peningkatan Pembinaan Iman dengan metode pendekatan, antara lain:
      1. Darmawisata
      2. Ziarah
      3. Olah raga
      4. Temu wicara Muda-mudi di tingkat Keuskupan Surabaya
      5. sarasehan
  5. Bidang Hubungan Masyarakat / Humas

Hubungan kedalam (intern lingkungan sendiri) dan keluar (masyarakat, instansi dan pemerintahan) cukup baik, hal itu nampak dalam kegiatan sosial (RT, RW, Rukun Kematian, dll), maupunkegiatan resmi pemerintahan, pada Hari Besar Nasional, Hari Besar Keagamaan, kita berpartisipasi secara aktif dan integratif / timbal balik.

VII. PERIODE TAHUN 1980 – 1985

Pada periode ini, Romo T. Karjono Sapto Nugroho, CM. dibantu oleh tiga orang Biarawati, yaitu:

  1. Suster dari Ordo Abdi Dalem, Semarang – Jawa Tengah
  2. Suster Caecilia Suratmi – dari Institut Sekulir ALMA – Malang
  3. Suster E. Irma – dari Ordo Putri Kasih – Surabaya (dalam rangka Pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan / SPK selama satu tahun).

Romo T. Karjono Sapto Nugroho, CM., pada pertengahan bulan Juni / Juli 1984 dipindah-tugaskan sebagai Pastor Paroki Blora, jabatan sebagai Pastor Stasi “Para Rasul” beliau, digantikan oleh Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr. Karya Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr, dimulai dengan melanjutkan program yang telah dibuat pendahulunya, disamping itu, beliau juga mengadakan persubahan disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan situasi serta kondisi Stasi Sidoarjo.

Pada tanggal 25 Maret 1985 diadakan peringatan Pancawarsa (Lustrum I), Hari Ulang Tahun Gereja Katolik “Para Rasul” Sidoarjo. Dalam peringatan tersebut, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sidoarjo – Bapak Suwandi, menekankan persatuan dan saling menghormati antar semua golongan pemeluk agama yang berbeda-beda dalam rangka mencapai tujuan, masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pada kesempatan yang sama, Mgr. A.J. Dibyo Karjono, Pr – Uskup Surabaya, menekankan persatuan dan kerukunan antar umat dengan harapan pembangunan Gereja Katolik Para Rasul, Stasi Sidoarjo, pasti dapat berkembang lebih jauh.

VIII. PERIODE TAHUN 1985 – 1990

Pada tahun 1986, Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr. menyempurnakan stuktur dan melengkapi kepengurusan Dewan Stasi, seiring perubahan tersebut Kring juga mengalami perubahan mengingat jumlah umat yang semakin besar; dari 8 (delapan) Kring menjadi 18 (delapan belas) Lingkungan dan membentuk 4 (empat) Wilayah dengan nama Santo / Santa. Beliau juga menetapkan masa bakti setiap periode selama 3 (tiga) tahun, diawali tahun 1986 – 1989. Pada periode ini terjadi pergantian pimpinan Yayasan Wijana Sejati Pusat di Surabaya, yang wilayah kerjanya meliputi Sidoarjo dari Romo Louis Pandu, CM. kepada Romo Y.H. Purwoputranto, Pr. atas petunjuk serta kebijaksanaan Mgr. A.J. Dibjo Karyono, Pr.

– Uskup Surabaya dilakukan “sistem bina tunggal”, dengan demikian pengelolaan / pembinaan Yayasan Wijana Sejati, Sub Perwakilan Sidoarjo dipertanggungjawabkan kepada Romo Stasi Gereja Katolik Para Rasul Sidoarjo, maka Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr. menindaklanjuti hal tersebut dengan melakukan penertiban dan perbaikan di Sekolah Katolik diantaranya :

  • Status Kepemilikan
  • Pertanggungjawaban
  • Status Tenaga Pengajar
  • Disiplin Guru
  • Sistem Administrasi Sekolah
  • Dll.

Program / kegiatan penertiban dan perbaikan tersebut dengan menyempurnakan sistem pendidikan, mengadakan rehabilitasi dan mengakomodasi sekolahan:

  1. Sistem pendidikan sesuai / bersifat umum dan dengan identitas Katolik, dilengkapi dengan Tanaga pengajar sesuai dengan kebutuhan serta penataan administrasi yang tertib dan memadai.
  2. Mengadakan rehabilitasi / renovasi bangunan gedung sekolah di semua tingkatan (Persiapan, TK, SD, SMP dan SMA).
  3. Mengadakan strukturalisasi dan mengakomodasikan sekolah- sekolah milik Yayasan Wijana Sejati Sub Perwakilan Sidoarjo.
  4. SMAK Untung Suorpati, Jl. Untung Suropati 33, Sidoarjo
  5. SMPK Untung Suropati, Komplek Perumahan Wisma Sarinadi, Jl. Tenis III Sidoarjo.
  6. SDK Untung Suropati, Jl. Kartini III/11-A, Sidoarjo.
  7. SDK Untung Suropati Filial, Komplek Perumahan Wisma Sarinadi, Jl. Tenis III Sidoarjo.
  8. TK Katolik Santa Maria, Komplek Perumahan Wisma Sarinadi, Jl. Tenis III Sidoarjo.

Dalam periode ini, tanah milik Keuskupan Surabaya yang terletak di Jalan Trunojoyo dijual, hasilnya dibelikan rumah di Sekardangan Sidoarjo. Direncanakan sebagai Rumah Kepala Sekolah SMAK Untung Suropati, Sidoarjo. Pada tahun 1988, atas bantuan Keuskupan Surabaya dan partisipasi umat telah dapat dibeli sebidang tanah seluas 2200 m2 di Porong, milik Bapak Miadi Hadi Wijono (mantan Pembantu Bupati di Sidoarjo), tanah tersebut oleh Yayasan Pengurus Gereja dan Amal Hati Kudus Yesus Surabaya akan dibangun gedung gereja. Untuk itu dibentuk Panitia Pembangunan Gereja Santo Andreas Porong dengan susunan sebagai berikut:

Pelindung : Mgr. A.J. Dibjo Karjono, Pr

Penasehat I : P.F. Samso Poerwosoemarto

Penasehat II : Richardus Rijanto

Ketua Umum : Romo C. Rekso Soebroto, CM.

Ketua I : Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr.

Ketua II : Y. Idarto Tjitrosundoro

Ketua III : St. Margono Sekretaris I

: F.X. Djumari

Sekretaris II : G. Totot Eko Indarto, SH.

Bendahara I : F.X. Gunawan Tjandra Djaja

Bendahara II : Y. Sapto Andjajani

Seksi – Seksi:

Pembangunan :

  1. Ir. E.Y. Hadi Erwanto
  2. Ir. Lucia Maria Indriani Dokumentasi/Publikasi: S.M. Setiawan

Usaha Dana :

  1. M. Setiawan
  2. P. Hari Kandou
  3. Y. Soebekti
  4. Eny Susanti
  5. Slamet Gunawan
  6. Antonius Yanuar
  7. M. Soeprapti Soedardjatno

Keamanan :

  1. Iswadi
  2. Leo Multilake
  3. Yulius Sudaryoto

Pembantu Umum :

  1. Frans Sataogai
  2. Para Kawil dan Kaling di Stasi Sidoarjo

B.P.K. : F.X. Soegeng Notodihardjo

Gereja dikelola secara serempak bersamaan dan menyeluruh baik bersifat rohaniah gereja maupun bersifat jasmaniah fisik:

Gereja dalam arti rohani adalah meningkatkan kedalaman iman dan berani menampakkan diri ditengah-tengah masyarakat sebagai insani Katolik, untuk itu umat banyak diberi bekal dalam penataran antara lain: Rekoleksi, Pendalaman Kitab Suci, mengikuti upacara gerejani (liturgi), Doa Wilayah, dan lain-lain.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Pastor Stasi Sidoarjo, Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr. dibantu oleh dua orang Suster dan beberapa Frater yang sedang menjalani tugas pastoral:

  1. Suratmi, dari ALMA – Malang
  2. Frater Antony Kalvin, dari Seminari Tinggi Giovanni – Malang
  3. Frater Matheus, dari Seminari Tinggi Giovanni – Malang
  4. Frater Agus, dari Seminari Tinggi Giovanni – Malang
  5. Sudiati, dari ALMA
  6. Disamping yang tersebut diatas masih ada beberapa Romo Tamu dan para Suster Tamu yang memberi pelayanan liturgi dan rekoleksi / penataran.

Adapun para Frater pada : b,c,d, tersebut diatas, beliau bertiga kini sudah ditahbiskan menjadi Imam dan berkarya di Kalimantan Barat.

Dalam usaha pembekalan hidup menggereja, secara periodik diselenggarakan rekoleksi untuk Para Romo Praja Keuskupan Surabaya, Para Seminaris/Frater-Frater dari Seminari Tinggi Giovanni Malang dan umat Stasi GKPR Sidoarjo, sedangkan kepada seluruh umat ditekankan harus memilki Kitab Suci dan wajib mendalaminya baik sendiri maupun bersama di Wilayah/ Lingkungan.

Upaya mengembangkan gereja dalam arti jasmaniah adalah meletakkan rentang pandang kedepan akan kebutuhan gereja masa datang atas dasar pertumbuhan dan perkembangan umat Katolik, antara lain:

  • Rehabilitasi bangunan gedung Gereja, penambahan samping utara dan selatan tanpa dinding, sarana Kantor Sekretariat dan lain-lain, beserta halamannya.
  • Dalam rangka Oikumene, umat Kristiani di Komplek Perumahan TNI-AL Tebel Gedangan Sidoarjo dan sekitarnya, baik umat Katolik Wilayah Santo Bartholomeus dan umat Kristen lain melakukan hubungan cukup simpatik.
  • Pada sekitar tahun 1987, atas kebijakan pimpinan TNI-AL Wilayah Timur Surabaya, dibangun gedung Gereja (Gereja Emanuel) diperuntukan bagi mereka secara bersama; peletakan batu pertama Pembangunan Gedung Gereja tersebut dan peresmian penggunaannya dilakukan oleh KSAL Laksamana R. Kasenda dengan disaksikan Pemda beserta Tamu Undangan lainnya.
  • Pada bulan Mei 1989, berkat dukungan dan beberapa umat, secara swadaya, Gereja mampu membeli sebidang tanah terletak di desa Sido Klumpuk Sidoarjo, berlokasi di belakang gereja memanjang ke timur, seluas ± 4.650 m2, milik Bapak Subari.
  • Pada bulan Agustus 1989, dengan bantuan beberapa umat, Gereja kembali mampu membeli dua bidang tanah yang terletak di Desa Sido Klumpuk, Sidoarjo dengan posisi di belakang Kantor Departemen Agama (Depag) memanjang ke arah timur, dengan luas ± 500m2, dan disebelah selatan gereja, dibel4akang rumah penduduk dengan total luas ± 5.850 m2 milik Bapak Sanjoto Sadiman, sehingga pada masa itu gereja memiliki tiga bidang tanah sawah yang terletak di Desa Sido Klumpuk Sidoarjo seluas ± 10.500 m2.
  • Sementara itu dengan perjuangan yang gigih dari Panitia Pembangunan Gereja Santo Andreas Porong bersama Pengurus Dewan Stasi Para Rasul Sidoarjo, maka pada tahun 1989 diterbitkan Surat Ijin Prinsip Nomor: 452/2353/404.06/89, tanggal 27 Nopember 1989, tentang Persetujuan Mendirikan Gereja, oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Sidoarjo – Bapak Sugondo.
  • Pada tahun 1989, demi mempermudah pelayanan dan pengembangan umat, maka Wilayah III – Santo Philipus dipecah menjadi dua, sehingga muncul wilayah baru dengan memakai nama pelindung Santo Gerardus.

Mengingat masa bakti Dewan Stasi teleah selesai, maka dibentuk Dewan Stasi masa bakti untuk tahun 1989 – 1992.

PERIODE TAHUN 1990 – 1995

Panitia Pembangunan Gereja Katolik Santo Andreas Porong, disamping melakukan persiapan-persiapan, mereka mengupayakan untuk mendapatkan Surat Ijin Bangunan dari Pemda Sidoarjo, usaha tersebut berhasil mendapatkannya pada tahun 1991, Nomor: 128, tanggal 8 Agustus 1991, diterbitkan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Sidoarjo – Bapak Sugondo. Dengan lengkapnya surat yang diperlukan, maka pada tanggal 13 Oktober 1991 diadakan upacara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Gereja dan sekaligus Berkat oleh Mgr. Dibjo Karjono, Pr. – Uskup Surabaya, disaksikan Para Tamum Undangan dan Umat Katolik.

Pada tanggal 11 Juli 1992, Gedung Gereja Katolik Santo Andreas Porong diresmikan oleh Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Sidoarjo yang pelaksanaannya diwakili oleh Sekwilda Kabupaten Sidoarjo - Bapak Soenjoto, SH., dilanjutkan dengan pemberkatan oleh Mgr. A.J. Dibjo Karjono, Pr. – Uskup Surabaya, upacara peresmian tersebut disaksikan oleh Para Undangan dan

Umat Katolik. Nama Pelindung Gereja memakai Santo Andreas, dimaksudkan untuk melestarikan nama Pelindung Wilayah yang dipakai sebelumnya.

Pada bulan Agustus 1992, terjadi pergantian Pastor Stasi G.K.P.R. Sidoarjo, Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr. dipindah-tugaskan ke Paroki Ponorogo, dan penggantinya adalah Romo Chr. Katijanarso, CM. Program yang telah dirintis oleh Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr. tetap dilanjutkan oleh Romo Chr. Katijanarso, CM.

Pada bulan Oktober 1992, masa bakti Pengurus Dewan Stasi berakhir, untuk itu dibentuklah pengurus yang baru untuk masa bakti tahun 1992 – 1995, dengan melihat perkembangan umat di Lingkungan Santo Gerardus sangat pesat, maka umat di Lingkungan ini dipecah menjadi dua lingkungan. Lingkungan baru diberi nama Santo Gabriel.

SUSTER dan FRATER:

  1. Suratmi, dari ALMA Malang
  2. Sudiati, dari ALMA Malang
  3. Frater Poerwadi, dari Seminari Tinggi Giovanni Malang
  4. Frater Parnun, dari Seminari Tinggi Giovanni Malang Kedua Frater tersebut diatas, sekarang telah menjadi Pastor. 

Melihat pertumbuhan dan perkembangan jumlah umat Katolik di Sidoarjo yang sangat pesat, maka Romo Chr. Katijanarso, CM. mengusulkan kepada Mgr. Dibjo Karjono, Pr. – Uskup Surabaya, untuk mengangkat beberapa umat untuk menjadi petugas Pembantu Imam, dan permohonan tersebut disetujui dengan diterbitkannya Surat Keputusan Uskup Surabaya Nomor: 358/G.113/VII/92, tanggal 7 Juli 1992 tentang “Pengangkatan Pembantu Imam / Asisten Imam” dengan tugas menerimakan Komuni Suci dan bila perlu melaksanakan upacara Pemakaman, dan petugas yang diangkat adalah :

  1. Suratmi, ALMA
  2. F. Samso Poerwosoemarto
  3. Margono
  4. Agustinus Soedarjatno
  5. Andreas Soemardjo
  6. Stephanus Kutjok Suarso
  7. X. Soegeng Notodihardjo

Kegiatan gereja secara fisik (rehabilitasi bangunan gedung) bersifat perbaikan lanjutan (finishing), termasuk halaman Parkir sebelah selatan gedung Gereja induk. Pergantian Pastor Stasi kembali terjadi, Romo Christophorus Katijanrso, CM. medio Oktober 1993 ditugaskan sebagai Pastor Kepala Paroki di Blitar, sebagai penggantinya ditunjuk Romo Antonius Dwi Joko, Pr.

Sementara itu, pimpinan / Ketua Yayasan Wijana Sejati Keuskupan Surabaya juga mengalami pergantian, dari Romo Y.H. Poerwoputranto, Pr. kepada Romo I. Soemarno, Pr. termasuk Yayasan Wijana Sejati Sub Perwakilan Sidoarjo.

Romo Antonius Dwi Joko, Pr. selaku Pastor Stasi, tetap melanjutkan kebijakan pendahulunya. Beliau dibantu dua orang Suster dan seorang Frater yang sedang tugas Pastoral dalam melaksanakan tugas sehari-hari, mereka adalah:

  1. Suratmi, dari ALMA Malang
  2. Sudiati, dari ALMA Malang
  3. Frater Parnun, dari Seminari Tinggi Giovanni Malang

Pada periode ini, diselenggarakan Rekoleksi bagi Romo-Romo Praja se Keuskupan Surabaya untuk memperoleh masukan- masukan baru.

Mengingat Surat Keputusan Uskup Surabaya No.358/G.113/VII/92, tanggal 7 Juli 1992, tentang “Pengangkatan Pembantu Imam” telah habis masa tugasnya pada tanggal 7 Agustus 1994, maka kembali diusulkan oleh Romo Antonius Dwi Joko, Pr. tentang perpanjangan masa tugas dan pengangkatan kembali para Pembantu Imam / Asisten Imam yang ada ditambah seorang Pembantu Imam, dan usulan tentang pengangkatan kembali Pembantu Imam dikabulkan oleh Uskup Surabaya, dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan No. 307/G.113/IX/94, tanggal 24 September 1994, tetang pengangkatan Pembantu Imam dengan memperoleh temabahan seorang Pembantu Imam dengan demikian untuk Sidoarjo telah mempunyai delapan petugas Pembantu Imam / Asisten Imam, yaitu:

  1. C. Suratmi, ALMA
  2. P.F. Samso Poerwosoemarto
  3. St. Margono
  4. Agustinus Soedarjatno
  5. Andreas Soemardjo
  6. Stephanus Kutjok Suarso
  7. Y.B.S. Hadi Widodo
  8. F.X. Soegeng Notodihardjo

Dalam proses persiapan perubahan status Stasi menjadi status Paroki, sesuai usul dan permohonan Umat Stasi Sidoarjo yang disampaikan sejak bulan Juli 1988, ternyata ditanggapi oleh Uskup Surabaya. Pada bulan Juli 1993, Uskup Surabaya mengadakan peninjauan ke Stasi Sidoarjo, dengan kesimpulan, Stasi Sidoarjo sudah layak menjadi Paroki, untuk itu diharapkan Umat Stasi Sidoarjo meningkatkan kualitas persiapannya.

Pada tanggal 2 Oktober 1994, Mgr. Johanes Hadiwikarta, Pr. – Uskup Surabaya mengadakan kunjungan ke Stasi Sidoarjo dan sekaligus memberi petunjuk dan pengarahan, bahwa tahun depan, tepatnya tanggal 25 Maret 1995, status Stas Sidoarjo akan diresmikan menjadi Paroki Sidoarjo.

Atas dasar kebijakan, petunjuk dan pengarahan Uskup tersebut, maka Pastor Stasi dalam waktu relatif singkat mengadakan persiapan dan kegiatan seperlunya, antara lain, mengadakan diskusi panel, seminar, lokakarya dan ditindak-lanjuti dengan Pembentukan Panitia Hari Jadi Gereja Katolik Para Rasul Sidoarjo yang sekaligus meningkatkan status dari Stasi menjadi Paroki.

Pada hari Rabu, 08 Februari 1995, pukul 18.30 WIB, dalam Misa Kudus dilakukan serah terima jabatan Pastor Stasi Sidoarjo, dari Romo Antonius Padua Dwi Joko, Pr. kepada Romo Justinus Budi Hermanto, Pr. disaksikan oleh Romo Juventus Haryono, CM.- Pastor Paroki Madiun, dn Romo Anton Budianto, CM.- Pastor Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya, serta umat Katolik Stasi Para Rasul Sidoarjo.

Romo Anton Budianto. CM. , dalam kata sambutannya menyatakan walaupun Romo A.P. Dwi Joko, Pr. ditarik kembali ke Paroki Hati Kudus Yesus di Surabaya, namun masih diperbantukan di Stasi Para Rasul Sidoarjo dengan waktu yang akan ditentukan lebih lanjut.

Masa jabatan Romo Yustinus Budi Hermanto, Pr., selaku Pastor Stasi Para Rasul Sidoarjo, diperkirakan hanya selama ±1,5 bulan dapat dimanfaatkan dengan untuk orientasi lapangan, adaptasi situasi dan kondisi Stasi Para Rasul Sidoarjo dalam rangka persiapan menyongsong peningkatan status Stasi menjadi Paroki.

Pada hari Sabtu, 25 Maret 1995, pukul 16.00 WIB, diadakan upacara seremonial menyambut kedatangan Mgr. Johanes Hadiwikarta, Pr. – Uskup Surabaya, dilanjutkan Misa Konselebrasi dengan Selebran Utama Mgr. J. Hadiwikarta, Pr. – Uskup Surabaya. Didalam Misa tersebut dibacakan Surat Keputusan – Surat Keputusan, antara lain:

  1. Peresmian Gereja Katolik Stasi Para Rasul, menjadi Paroki Gereja Katolik “Sancta Maria Annuntiata” (pada umumnya disebut, Paroki “St. Maria Annuntiata).
  2. Pengangkatan Romo Yustinus Budi Hermanto, Pr., sebagai Pastor Kepala Paroki Sancta Maria Annuntiata.

Seusai Misa, dilanjutkan dengan acara ramah tamah, hadir dalam acara tersebut antara lain:

  1. Yohanes Hadiwikarta, Pr. – Uskup Surabaya.
  2. Aloysius Joseph Dibjo Karjono, Pr. – Uskup Emiritus.
  3. Romo Anton Budianto, CM. – Pastor Kepala Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya.
  4. Romo Yustins Budi Hermanto, Pr. – Pastor Kepala Paroki St. Maria Annuntiata Sidoarjo.
  5. Sejumlah Pastor
  6. Sejumlah Suster
  7. Sejumlah Frater
  8. Pengurus Dewan Paroki Hati Kudus Yesus, Surabaya
  9. Para Tamu Undangan
  10. Umat Paroki Sancta Maria Annuntiata, Sidoarjo

PERIODE TAHUN 1995 – 2000

Dengan status sebagai Paroki, maka sejak tanggal 01 Mei 1995, setiap hari ada Misa Pagi, pukul 05.30 WIB. Untuk sementara waktu, Pengurus Dewan Stasi G.K.P.R. diangkat sebagai Pengurus Dewan Paroki Sancta Maria Annuntiata, hingga terpilihnya Pengurus Dewan Paroki Santa Maria Annuntiata yang baru.

Pada tanggal 27 Agustus 1996, Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Pr. (lebih dikenal dengan panggiolan Romo Didik) mulai berkarya di Paroki Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo.

Pada hari wajib, sesuai perintah nomor tiga dari Sepuluh Perintah Allah, maupun perintah nomor dua, maka setiap Sabtu, pada pukul 18.00 WIB dan setiap hari Minggu pada pukul 05.30 WIB, 07.00 WIB, 18.00 WIB diadakan Misa Kudus.

Pada tanggal 20 Oktober 1996, terbentuklah Pengurus Dewan Paroki Sancta Maria Annuntiata, masa bakti 1996 – 1999, hasil pilihan Umat secara demokratis (susunan pengurus terlampir).

Dalam periode ini, Pengurus Dewan Paroki telah berusaha men- sertifikat-kan Surat Tanah dari tiga bidang tanah yang dibeli pada tahun 1989 (bulan Mei 1989 dan Agustus 1989) oleh Gereja dengan bantuan dana dari beberapa orang umat, ternyata setelah diukur oleh Badan Pertanahan Sidoarjo; luas tanah bidang pertama seluas 3.185 m2, sedangkan luas tanah bidang kedua adalah seluas

1.080 m2, dan luas bidang ketiga adalah seluas 3.500 m2. Jadi total ketiga bidang tanah sawah yang dimiliki Gereja setelah diukur adalah seluas 7.765 m2 dan masing-masing telah bersertifikat.

Tindak lanjut dari kepemilikan tanah tersebut, saat ini Gereja sedang melakukan negosiasi dengan PT. Avilla Prima untuk dapat menukar ketiga tanah yang lokasinya berpencar tersebut, agar dapat menjadi satu dibelakang Bangunan Gereja Katolik Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo. Dari Pemilik dan Pimpinan PT. Avilla Prima – Bapak Sutjianto, telah memberikan lampu hijau kepada Gereja, hanya masih ada beberapa permasalahan yang masih harus diselesaikan oleh PT. Avilla Prima, sehingga proses menukar tersebut belum dapat terlaksana.

Pada bulan Oktober 1997, dimulai rehabilitasi gedung Gereja Paroki Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo.

Dalam periode ini, Paroki Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo, juga memperoleh bantuan dari beberapa Umat sehingga mampu :

  1. Membeli sebuah bangunan rumah di Jalan W. Munginsidi 17, Sidoarjo, yang akan digunakan sebagai Wisma Pastoran yang diresmikan penggunaannya sekaligus dilakukan pemberkatan oleh Mgr. Yohanes Hadiwikarta, Pr. – Uskup Surabaya, pada tanggal 25 Maret 2000.
  2. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana tempat ibadat umat di Perumahan Pondok Jati dan sekitarnya, atas kemurahan dan kerelaan dari PT. Panca Teja Sentana, Gereja diijinkan menggunakan tanah di Blok CK seluas 1.376 m2, untuk dibangun gedung Gereja, asal sesuai dengan prosedur / ketentuan yang berlaku. Hingga tulisan ini dibuat (25 Maret 2005), Panitia Pembangunannya masih dalam proses upaya pendekatan kepada pemerintah dan masyarakat sekitarnya. 

Medio 1997, Paroki kita menerima Para Frater dari CM (Konggregasi Misi) Malang sejumlah 50 orang yang disebar ke Wilayah dan Lingkungan untuk melaksanakan “Tim Misi Umat Vinsensian” selama satu bulan untuk Tahap Pertama. Program ini berjalan selama tiga tahun, dengan Misi menggali potensi dan hambatan yang ada di tengah-tengah umat. Hasil misi ini akan dijadikan bahan masukan Pengurus Dewan Paroki untuk menyusun Visi dan Misi Gereja Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo.

Pada tanggal 04 April 1999, pada Hari Raya Paskah, telah menerima Sakramen Baptis sebanyak 99 orang (warga Katolik baru), hal tersebut merupakan catatan atau rekor tertinggi sejak keberadaan Gereja Katolik di Sidoarjo.

Pada tanggal 05 Mei 1999, tanah kosong diantara gedung gereja dan rencana Wisma Pastoran dapat dimiliki oleh Gereja, sementara ini difungsikan sebagai tempat parkir kendaraan umat.

Selama menjalankan tugas jabatannya, Romo Yustinus Budi Hermanto, Pr. dibantu oleh:

  1. Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Pr.
  2. C. Suratmi, ALMA
  3. C. Sudiati, ALMA
  4. Frater Gregorius Sutiyo Andrei Cahyono (tugas pastoral)
  5. Frater Aloysius Dwi Budi Handono (tugas pastoral)
  6. Frater Dominikus Defrianto (tugas pastoral)
  7. Asisten Imam sebanyak 22 (dua puluh dua) orang

Pada hari Rabu, 29 September 1999 dilakukan serah terima jabatan Pastor Kepala Paroki, dari Romo Yustinus Budi Hermanto, Pr. kepada Romo A.P. Dwi Joko, Pr.

Sebenarnya masa bakti Pengurus Dewan Paroki selesai per tanggal 29 Oktober 1999, mengingat Pastor Kepala Paroki, baru saja menjabat, maka perlu melakukan orientasi terlebih dahulu, sekaligus menugaskan Dewan Paroki:

Membentuk Tim untuk merumuskan Visi dan Misi Umat Paroki untuk masa 3 (tiga) tahun ke depan, dengan hasil sebagai berikut:

Visi:

“Umat Allah yang taqwa, guyub, peka terhadap perkembangan, peduli atas penderitaan, dan ketidakadilan yang dialami sesama.”

Misi :

“Meningkatkan pengetahuan iman kristiani, dan mengamalkannya dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun dalam masyarakat”

Bidang Garapan :

  1. Liturgi yang menyemangati kehidupan umat
  2. Paguyuban Umat
  3. Pewartaan yang membebaskan
  4. Kesaksian yang menghidupkan
  5. Pelayanan kedalam dan keluar
  6. Menyelesaikan rehabilitasi Wisma Pastoran.
  7. Menyiapkan umat yang akan menerima Sakramen Krisma (penguatan).
  8. Mempersiapkan Calon Pengurus Dewan Paroki baru yang dipandang mampu melaksanakan Visi dan Misi Umat Paroki sesuai dengan pilihan umat.
  9. Mempersiapkan Asisten Imam baru, untuk membantu tugas Pastor Paroki, mengingat jumlah umat yang terus berkembang.

Maka dengan petunjuk dan restu Uskup Surabaya, masa bakti Pengurus Dewan Paroki diperpanjang sampai 25 Maret 2000.

Pada hari Sabtu, 25 maret 2000, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-5 (Lustrum I) Paroki Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo keberadaan gereja Katolik di Sidoarjo, disemarakkan dengan berbagai kegiatan, antara lain:

  • Pemberkatan dan peresmian Wisma Pastoran.
  • Misa Kudus Kabar Suka Cita
  • Penerimaan Sakramen Krisma (penguatan) untuk 192 orang
  • Pengukuhan Pengurus Dewan Paroki Santa Maria Annuntiata, masa bakti 2000 – 2003.
  • Pelantikan 29 orang Asisten Imam
  • Ramah Tamah

PERIODE TAHUN 2000 – 2003 

  1. Pada tanggal 29 September 1999, pukul 18:00, kembali Pastor Paroki kita mengalami pergantian. Romo Yustinus Budi Hermanto, Pr. ditugaskan sebagai Pastor Kepala Paroki Aloysius Gonzaga Surabaya, dan penggantinya adalah Romo Antonius Padua Dwi Joko, Pr. Serah terima disaksikan oleh Romo Gozal, Pr. – mewakili Bapa Uskup Surabaya.
  2. Pada hari Sabtu tanggal 06 Mei 2000 terjadi pergantian lagi, Romo Antonius Padua Dwi Joko, Pr. menjalani Tugas Belajar Hukum Gereja di Roma – Italia, sebagai gantinya Pastor Kepala Paroki, Uskup Surabaya menunjuk Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Pr. Serah terima jabatan Pastor Kepala Paroki Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo dilaksanakan di Griya Samadhi Vincentius, Prigen, dan dihadiri oleh Mgr. J. Hadiwikarta, Pr. – Uskup Surabaya.
  3. Masa jabatan Romo A.P. Dwi Joko, Pr. (mungkin) paling singkat, namun karya beliau mampu memberikan warna bagi Paroki Sidoarjo, khususnya persiapan bagi Pengurus Dewan Paroki masa bakti 2000 – 2003.
  4. Berkat kerja keras Dewan Paroki periode sebelumnya yang mempersiapkan bekal bagi Pengurus Dewan Paroki pada periode ini dengan program yang jelas dan terarah, yaitu berupa: Visi dan Misi, dengan harapan dapat mengantisipasi perkembangan dan pertumbuhan gereja Katolik Masa Depan, khususnya di Paroki Sidoarjo.
  5. Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Pr. yang juga sebagai Romo Mahasiswa, dalam karyanya selalu berpijak pada Visi dan Misi yang telah dicanangkan. Kedekatan dengan umat menjadi prioritas, hal ini nampak dengan dilaksanakannya kunjungan periodik yang dikenal “Safari Kunjungan Dewan Paroki”. Satu diantaranya, hasil safari kunjungan tersebut adalah mampu dihimpunnya aset gereja dari umat secara langsung sesuai kemampuannya berupa “Bangku Gereja” yang sekarang dapat kita nikmati.
  6. Pendampingan kepada Mudika juga dilakukan, sehingga memberikan kegairahan berkarya dikalangan anak muda paroki, terutama dilibatkannya Mudika dengan membangun jaringan komunikasi dan berkarya bersama dengan kelompok lintas agama (IPNU, IPPNU, PMII dan yang lain).
  7. Hubungan dengan masyarakat dilaksanakan dengan intens, khususnya Para Tokoh Masyarakat dan Lintas Agama, dalam rangka menggalang persatuan dan kesatuan di kalangan sosial masyarakat di Sidoarjo.

Semasa bertugas di Paroki Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo, Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Pr. dibantu oleh:

  1. C. Suratmi, ALMA
  2. Frater Nonod, Pr., dari Seminari Tinggi Santo Giovanni Malang
  3. Frater Widodo, Pr. – sekarang menjadi Pastor di Paroki Ngawi
  4. Sesuai Surat keputusan Uskup Surabaya No.: 345/G.113/VIII/2001, tertanggal 15 Agustus 2001, tentang pengangkatan Illidius Yosef Sumarno, Pr. sebagai Pastor Kepala Paroki dan Ketua Perhimpunan Pengurus Gereja dan Amal Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo, maka terhitung sejak tanggal 15 September 2001 beliau menggantikan tugas Pastor sebelumnya, yaitu: Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Pr.
  5. Pada tanggal 15 September 2002, Romo I.Y. Sumarno, Pr. ditugaskan sebagai Pastor Paroki di Blitar, dan jabatan Pastor Paroki dan Ketua Pengurus Badan Gereja Katolik Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo, selanjutnya dijabat oleh Romo C.B. Senti Fernandez, sesuai Surat Keputusan Uskup Surabaya No.389/H 202/VIII/2002, hingga saat tulisan ini disusun (25 Maret 2005). Kebersamaan antara Pengurus Dewan Paroki periode ini dengan Romo C.B. Senti Fernandez, Pr. hanya tersisa 6 (enam) bulan. Tidak banyak yang bisa diperbuat, kecuali rutinitas pelayanan kepada umat, melanjutkan tradisi “Safari Kunjungan Dewan Paroki” ke Wilayah- wilayah (17 Nopember 2002 s/d 02 Desember 2002), membantu Romo mempersiapkan dan membentuk Pengurus Dewan Paroki yang baru untuk periode berikutnya.
  6. Prestasi Nasional pernah dibuat ketika Romo C.B. Senti Fernandez, Pr. menjabat sebagai Pastor Kepala Paroki Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo, yaitu melalui Karya Fenomenal Mudika dalam rangka perayaan Natal tahun 2002, dengan membuat “Gua Natal” terbesar di Indonesia, prestasi ini dicatat Museum Rekor Indonesia (MURI) pimpinan Bapak Jaya Suprana. “Prestasi ini tidak hanya membanggakan Umat Katolik Sidoarjo, tapi menjadi kebanggaan seluruh rakayat Sidoarjo”, demikian petikan sambutan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Sidoarjo – Bapak Win Hendrarso, yang turut hadir dalam pengukuran yang dilakukan MURI.

Selain sebagai Pastor Kepala Paroki, Romo C.B. Senti Fernandez, Pr., beliau juga menjabat sebagai Pastor Vikep Regio I, dengan segala kesibukannya, beliau masih bisa memberikan pelayanan kepada umat dengan baik, terutama dalam proses pergantian Pengurus Dewan Paroki yang telah berakhir masa baktinya.

PERIODE TAHUN 2003 - 2006

Pada periode ini (hingga tulisan ini disusun, 25 Maret 2005), jabatan sebagai Pastor Kepala Paroki masih dijabat Romo C.B. Senti Fernandez, Pr.

Sejak tanggal 1 Oktober 2003, Paroki kita memperoleh tambahan Pastor baru, yaitu: Romo Carolus Jande, Pr. Selain sebagai Pastor Paroki, beliau adalah Kepala Yayasan Wijana Sejati, dan keberadaannya sekaligus bertugas melakukan pembenahan Yayasan Pendidikan, beliau juga menjabat sebagai Kepala Yayasan Pendidikan Katolik Pusat di Jakarta. Misa syukur memperingati tahbisan Imamat Romo Carolus Jande, Pr. Yang ke-XIII dilakukan pada tanggal 18 dan 19 Agustus 2004.

Dalam berkarya beliau berdua dibantu oleh :

  1. Suratmi, ALMA
  2. Frater Skolastikus Agus Wibowo, Pr.
  3. Dan 29 (dua puluh sembilan) orang Asisten Imam 4.

Pastor Perintis Gereja Katolik di Sidoarjo Tahun 1971 – 1980

  1. Romo P. Bonekam, CM.
  2. Romo H. Niesen, CM.
  3. Romo Louis Pandu, CM
  4. Romo St. Massen, CM
  5. Romo Lucas Soewondo, CM
  6. Romo B. Martokoesoemo, CM
  7. Romo T. Karyono Saptonugroho, CM
  8. Romo J. Reintjes, CM

Stasi Sidoarjo, periode: 25 Maret 1980 sampai dengan 25 Maret 1995, menggunakan nama Pelindung “PARA RASUL”.

Pastor Yang Pernah Bertugas semasa berstatus Stasi “Para Rasul”

  1. Romo T. Karjono Saptonugroho, CM.
  2. Romo F.X. Dumo Purnomo, Pr.
  3. Romo Christophorus Katijanarso, CM.
  4. Romo Antonius Padua Dwi Joko, Pr.
  5. Romo Yustinus Budi Hermanto, Pr.

 Pastor Yang Pernah Bertugas semasa Paroki “Sancta Maria Annuntiata”

  1. Romo Yustinus Budi Hermanto, Pr.
  2. Romo Antonius Padua Dwi Joko, Pr.
  3. Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Pr.
  4. Romo Iridium Soemarno, Pr.
  5. Romo C. Benediktus Senti Fernandes, Pr.

Biarawati Yang Pernah Bertugas semasa Stasi / Paroki Sidoarjo

  1. Suster dari ordo Abdi Dalem, Semarang – Jawa Tengah (1973-1974)
  2. Suratmi dari Institut Sekulir ALMA, Malang (20 April 1976 hingga sekarang)
  3. Suster E. Irma dari ordo Putri Kasih, Surabaya, dalam rangka Pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) selama satu tahun.
  4. Sudiyati, dari Institut Sekulir ALMA, Malang (20 Januari 1992 – 4 Januari 1996).

 Panggilan Imam / Biara – Putera Puteri Stasi / Paroki Sidoarjo

  1. Martinus Damar Cahyadi, ditahbiskan sebagai Imam / Romo, pada tanggal 08 September 1998.
  2. Biarawan / Biarawati belum ada.

KESIMPULAN

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kemajuan yang ada di daerah Sidoarjo dan sekitarnya, maka dampaknya akan mempengaruhi juga atas perkembangan dan pertumbuhan umat di Gereja Katolik di Sidoarjo. Untuk itu, seluruh umat diminta partisipasinya secara aktif baik kegiatan di dalam maupun kegiatan ke luar, khususnya sosial kemasyarakatan / hubungan lintas agama, yang selama ini telah dirintis dan telah terjalin hubungan yang sangat harmonis, maka hal tersebut perlu dijaga dan dikembangkan terus hingga di tingkat masyarakat bawah.

PENUTUP

Keberadaan Gereja Katolik di Sidoarjo tidak luput dari faktor-faktor hambatan yang mempengaruhinya, akan tetapi fakta menunjukkan bahwa Gereja Katolik di Sidoarjo tetap ada, tumbuh dan berkembang sesuai zamannya. Memasuki usainya yang ke sepuluh sebagai Paroki “Sancta Maria Annuntiata” pada tanggal 25 Maret 2005, sangat diharapkan partisipasi seluruh umat untuk ikut serta bahu-membahu memelihara, membina dan membangun gereja di segala bidang karya sesuai dengan talenta yang dimilikinya.

Catatan sejarah ini masih jauh dari sempurna, karena waktu yang kurang memadai (diyakini) banyak kekurangan disana-sini, maka demi kebenaran sejarah, perlu koreksi dan pembenahan. Untuk itu, kami (Tim Penyusunan) mengharapkan Dewan Paroki agar membentuk Tim Khusus Penyusunan dan Penulisan Sejarah Gereja yang lebih lengkap dan benar.

Profil

sanmar-1

Gereja Santa Maria Annuntiata

Jadwal Misa - Paroki

MISA WAKTU
Sabtu 18.00
Minggu 07.00 | 09.30 | 17.00
Kapel St. Andreas - Porong Minggu 08.00