logo

Paroki Hati Kudus Yesus

algons

Jalan Polisi Istimewa No. 15, Kota Surabaya 60265

: [email protected]

: (0351) 5677845 | 5688093 (Fax)

: @katedralsurabaya

: Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya (akan di non aktifkan)

: Katedral Surabaya

: www.katedralsurabaya.org

Sejarah

Ketika penjajah pertama kali menjejakkan kakinya ke bumi Pertiwi, misi yang pertama kali mereka emban adalah misi dagang, karena mereka melihat bahwa sumber alam yang terdapat di bumi Pertiwi sangat luar biasa besarnya. Akan tetapi setelah menikmati hasil yang begitu luar biasa mereka tetap merasa kurang, akhirnya timbul keinginan untuk menguasai secara keseluruhan dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Maka muncullah penindasan-penindasan baik dengan cara halus maupun dengan cara yang sangat kasar, sehingga penjajahan yang sangat luar biasa menyakitkan bagi bangsa Indonesia pada waktu itu.

Para pendatang yang berasal dari negeri Belanda datang dengan memiliki kepercayaan yang berbeda dengan kepercayaan yang dimiliki oleh warga pribumi pada waktu itu, tetapi hal yang unik terjadi kalau di bidang kebendaan/materi terjadi persinggungan yang semakin keras sampai menimbulkan perang, maka di dalam perkembangan iman/kepercayaan hal seperti di atas tidak terjadi. Ternyata perkembangan iman katolik yang terjadi di Hindia-Belanda ini pada awalnya sangat menarik sekali, karena tidak terlepas dari situasi di dunia pada saat itu. Pada abad 19 tepatnya tahun 1795, benua Eropa bergejolak hingga menimbulkan revolusi yang mengubah sejarah dunia ini, yakni revolusi Perancis, yang mengakibatkan terbukanya simpul-simpul yang mengekang bangsa-bangsa di Eropa khususnya, dan untuk hal yang spesifik menjadi longgarnya kaum kristen protestan terhadap kaum katolik di Eropa, pelopor revolusi Perancis Napoleon Bonaparte mengeluarkan statemen yang sangat monumental pada tahun 1806 yaitu “ Persamaan perlindungan bagi semua agama yang ada di bumi”. Statemen ini benar-benar mengubah pola pikir masyarakat pada waktu itu dan akhirnya merubah kebijaksanaan pemerintah di benua-benua Eropa. Raja Williem I (Raja Belanda) juga tidak terlepas dari pengaruh statemen tersebut, hal tersebut juga menjalar ke negara jajahan, Hindia-Belanda.

...

 

Anginpun Mulai Berhembus

Tanggal 31 Oktober 1807 menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan iman katolik khususnya di Hindia-Belanda, pada tanggal inilah misionaris katolik pertama dikirimkan dari negeri Belanda, ke Hindia-Belanda. Mereka adalah Pastor Jacobus Nellissen dan Pastor Lambertus Prinsen. Beliau berdua bertolak dari negeri Belanda pada tanggal 31 Oktober 1807, membutuhkan waktu lebih kurang 5 bulan untuk bisa sampai ke Hindia-Belanda, akhirnya beliau berdua sampai di Batavia pada tanggal 4 April 1808. Kehadiran beliau pada awalnya hanya melayani warga Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda dan menganut iman katolik, itupun dilakukan dengan berpindah-pindah tempat. Walaupun dengan kondisi seperti itu beliau telah menanamkan dan mendirikan hirarki Gereja dengan benar, hal ini terbukti, mereka berdua langsung mendirikan stasi-stasi. Berkat perjuangan beliau berdua perkembangan umat bertambah dengan cepat. Pada tanggal 23 Desember 1808 Pastor Lambertus Prinsen mengembangkan karya imamat beliau ke Semarang dan membuka stasi baru disana.

 

Pemerintahpun Memperkencang Hembusan Angin Itu

Peranan gubernur jendral pada waktu itu yaitu Daendels sangat besar sekali, berkat kebijaksanaan beliau, kebutuhan akan sarana transportasi dan akomodasi serta sarana dan prasarana yang ada pada awalnya diperkirakan menjadi kendala ternyata bisa diminimalkan. Kebijaksanaan beliau yang sangat membantu perkembangan iman katolik di Hindia-Belanda yaitu dengan mendatangkan misionaris-misionaris dari negeri Belanda dan membantu menempatkan para misionaris tersebut ke seluruh wilayah Hindia-Belanda.

Untuk Surabaya ada dua misionaris yang ditempatkan yakni Pastor Henricus Waanders dan Pastor Philipus Wedding. Beliau berdua memulai karyanya di Surabaya pada tanggal 12 Juli 1810, tetapi tidak lama berselang Pastor Philipus Wedding harus kembali ke Batavia untuk menerima tugas yang lain. Sepeninggal Pastor Phlipus Wedding, Pastor Henricus Waanders mendirikan stasi pertama di Surabaya, dengan menggunakan sebuah rumah di daerah Gatotan yang dipakai sebagai rumah maupun sebagai gereja darurat.

Setelah mewartakan karya penyelamatan Yesus Kristus selama lebih kurang 12 tahun, maka pada tanggal 22 Maret 1822 Pastor Henricus Waanders bersama seluruh umat katolik di Surabaya berhasil mendirikan gereja pertama di Surabaya, yang terletak di jalan Roomsche Kerkstraat (yang kemudian berubah menjadi jalan Tjenderawasih), pada sudut jalan Komedieplein di wilayah Kepanjen, Surabaya. Bentuk fisik dari bangunan ini sangat sederhana tetapi nampak anggun dan berwibawa karena dibangun dengan iman yang sangat mendalam, di atas altar tergantung gambar Yesus yang wafat di kayu salib, di dapat dari usaha umat katolik berwarganegara Eropa, Mr. J. C. Schmidt, sebuah gambar piala untuk misa yang bertuliskan Agama dan Ucapan Syukur.

Kekuatan iman umat katolik di Surabaya semakin bertambah teguh (taat) hal ini disebabkan setelah berdirinya gereja walaupun sederhana, pada th 1848 Mgr. Petrus Maria Vranchen, Uskup pertama, mengadakan kunjungan ke seluruh daerah Timur termasuk Surabaya, dan ternyata beliau melakukan aktivitas yang sama pada tahun 1850. Hal ini merupakan sumber berkah dan kekuatan bagi seluruh umat katolik di daerah jajahan Hindia-Belanda bagian Timur, terutama karena terbatasnya tenaga imam pada waktu itu.

Akhirnya setelah mengajukan permohonan maka pada tahun 1859 datanglah pater-pater Jesuit di Surabaya, yakni Pater Martinus van Den Elsen dan Pater Y.B. Palinckx (G. Vriens, S.J. 1972;47), tetapi yang perlu dicermati meskipun Gereja secara fisik telah berdiri, stasi telah dibuat tetapi Gereja secara iman belum bisa dibanggakan karena :

  1. Rutinitas kehidupan Gereja belum tercipta secara baik. Umat ke Gereja hanya pada hari besar atau kalau sedang membutuhkan kekuatan spiritual.
  2. Mutu rohani yang tidak begitu tinggi tercermin dari banyaknya bayi yang dibaptis sebagai anak-anak yang tidak sah (G. Vriens, S.J. 1972;27).
  3. Sampai batas tertentu terbentur pada kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu.

Walaupun dengan kondisi seperti di atas di akhir tahun 1900, wilayah tanggung jawab Gereja Surabaya sudah mencakup 3 Wilayah luas yakni : Surabaya, Madiun dan Semarang (P.Boonekamp, 1974;949).

Sejalan dengan semakin berkembangnya umat katolik di Surabaya, serta pertimbangan lainnya maka pada tanggal 12 April 1899 dibangunlah sebuah gereja baru yang terletak di samping pekarangan suster-suster Ursulin, di depan sekolah Bruderan dan tidak jauh dari tempat tinggal pastor. Dibangun di atas sebidang tanah yang telah disiapkan oleh Pastor C.W.J. Wenneker lebih dari 10 tahun sebelumnya. Akhirnya pada tanggal 19 Agustus 1899 untuk pembangunan gereja yang di arsiteki Westmaes ini dilakukan peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Pastor P.J. Van Santen, dan pada tanggal 5 Agustus 1900 gereja diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen. Gereja Gotik baru dengan menelan biaya sebesar 165.000,- Gulden ini diberi nama Gereja Maria Geboorte (Gereja Kelahiran Maria). Gereja pertama ini berkembang dengan pesat sekali (dalam pengertian jumlah umat katolik). Di tengah pesatnya perkembangan umat katolik di Surabaya, pada bulan November 1945 gereja pertama di Surabaya ini terbakar, hal yang sangat memukul hati umat katolik pada waktu itu. Dan yang lebih menyedihkan ada dua pandangan yang berbeda mengenai penyebab dari kebakaran ke-dua gereja tersebut. Kedua pandangan tersebut dapat diuraikan seperti berikut ini :

  1. Akibat terkena bom salah sasaran, akibat pertikaian antara tentara Belanda dengan tentara Republik.
  2. Dibakar dari dalam oleh oknum-okmum yang tidak bertanggung jawab.

 

Munculnya Sang Penggembala

Surabaya merupakan kota pelabuhan yang terbesar ke-dua setelah Batavia maka sangat wajar sekali kalau kotanya sangat pesat dan bisa terdeteksi perkembangannya yakni dari pelabuhan Kalimas di pesisir menuju arah selatan, pedalaman kota Surabaya. Perkembangan imam katolik pun mengikuti alur ini akibatnya di daerah Surabaya Selatan pemeluk iman katolik semakin banyak dan gereja Kepanjen tidak bisa menampung banyaknya umat pada waktu itu. Maka timbullah pemikiran untuk membangun sebuah gereja baru di Surabaya bagian selatan.

Ada kronologi yang patut dicermati :

Dari rapat/catatan tanggal 14 Mei 1911, telah timbul pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan :

  1. Menaksir persil di Tunjungan dekat apotik Rathkamp, luas 800 meter persegi, dengan harga 24.000,- Gulden.
  2. Persil di Embong Wungu/Kaliasin, dengan pemikiran tidak jauh jarak antara Surabaya Selatan dengan Surabaya kota, dan terletak persis di tengah persimpangan jalan utama, dengan luas 2633 meter persegi, dan jika dirasa kurang luas bias ditambah selua 1678 meter persegi dengan harga sekitar 43.000,- Gulden. Para suster sangat tertarik dengan persil ini, selain itu setelah dikalkulasi sesuai dengan kemampuan Gereja dalam membayar dengan cara kredit dalam waktu satu tahun. Akan tetapi sayang tiba-tiba ada berita dari Kotapraja bahwa akan ada rencana pembuatan saluran air, sebab hasil survey membuktikan bahwa air tanah di daerah ini masih setinggi 0,82 di atas paal rooster, akibatnya akan berbahaya jika di atas tanah itu dibangun sebuah gedung besar, akan terjadi ketidak seimbangan”berat jenis”.
  3. Sebuah persil di Tegalsari dengan luas 6618 meter persegi, dengan harga 5 Gulden per meter persegi.
  4. Di Ketabang ada tanah yang bisa dipergunakan tetapi tidak boleh dibeli, hanya boleh disewa selama 75 tahun.

 

Data tanggal 27April 1914 tercatat :

Ada rencanan pengadaan obligasi sebesar 50.000 Gulden, tetapi sangat disayangkan hingga tanggal 31 Juli 1915 tidak berhasil diwujudkan, selain itu ada juga protes dari warga Tegalsari untuk menutup tanah tersebut. Akhirnya tanah Tegalsari tersebut diabaikan, dan dalam waktu satu tahun seorang makelar berhasil menjual kepada sositet Concordia dengan harga 132.360 Gulden, dan persil yang di jalan Embong Wungu/Kaliasin juga terjual kepada perusahaan dengan harga 125.000 Gulden.

Polemik di mana letak gereja terbaru di Surabaya Sekatan berlangsung hingga pada tahun 1919. Pada tahun 1919 ini ada 2 persil tanah yang diincar yakni :

  1. Di daerah Hoogendorplaan, dengan luas 7500 meterpersegi dibatasi oleh jalan Reestraat, jalan Idenburgstraat, dan jalan Brouwerstraat.
  2. Di jalan Anita Boulevard (jalan Dr. Soetomo) yang kini berubah lagi menjadi jalan Polisi Istimewa), dengan luas 4200 meter persegi dan berdekatan dengan persil di jalan Boschlaan, dengan luas 3000 meter persegi.

Akhirnya setelah melakukan pembahasan dengan intensif maka ditetapkan persil di jalan Anita Boulevard dan jalan Boschlaan yang dipergunakan sebagai gereja dan pastoran baru di wilayah Surabaya Selatan. Tahap awal perencanaan pembangunan, berdasarkan perhitungan yang matang oleh arsitek Mr. Beek, biaya yang dibutuhkan sebesar 160.000 Gulden.

Untuk memulai pembangunan gedung gereja yang baru ini dilakukan upacara peletakan batu pertama, dari data yang ada terdapat perbedaan :

  1. Data dari DKG No. 42 1934
  2. Peletakan batu pertama pada tanggal 26 Oktober 1920, oleh romo Fleerakkers.
  3. Data dari Berita Katedral Edisi khusu No. 3 Juli 1987
  4. Peletakan batu pertama tanggal 11 Agustus 1920.

Sedangkan rancangan/design bangunan gereja dibuat oleh arsitek ED CYPRESS BUREAU dengan rangka denah berbentuk empat persegi panjang dan konstruksi bentuk Basilika dibangun oleh biro arsitek HUSWIT-FERMONT.

Pembangunan gereja yang kedua yang bisa menampung umat sebanyak 900 orang ini akhirnya diberkati oleh Mgr. Luypen pada tanggal 21 Juli 1921, dan diberi nama Gereja Hati Kudus Jesus sekaligus diberkati pula rumah pastoran. Pada masa ini umat katolik yang terdaftar sebanyak 2000 orang.

Seluruh pembangunan itu menelan biaya sebesar 216.143,27 Gulden. Lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 247.096,02 Gulden.

Dari data DKG 44/1934, mengenai pembicaraan Gereja Hati Kudus yang telah dibangun itu ada kritik yang cukup pedas dari J.H. (belum terdifinisi apakah inisial tersebut perorangan atau kelompok). Isinya Gereja hanya dibangun untuk memenuhi kebutuhan essensinya saja sedangkan bentuk menaranya asal jadi memberi kesan berbentuk ruang mesin atau gedung pabrik. Pada panti imam jelas diambil model kulit telur dan kiri kanannya diberi lengkungan yang bentuknya sama sekali beda, penggambarnya pasti seorang DILLETAUT, mungkin juga merancang altar utama, mimbar khotbah dan jalan salib sebab dari ciri-ciri pembuatan nampak sama.

Kritik di atas dijawab melalui DKG No. 44 tahun 1934 berbunyi :

Tugas berat penasehat estetik untuk berbuat sesuatu tetapi yang jelas bangunan ini sudah berdiri dan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Gejala kerusakan gereja Hati Kudus Yesus berupa ambles dan keretakan jelas terlihat di mana-mana. Dua kesalahan konstruksi yang sangat mendasar adalah: Pondasi yang sangat buruk dan pemasangan kap yang juga tidak baik, selain itu lebar pondasi yang seharusnya menurut rooi 1.50 m disempitkan menjadi 1.20 m ini kemudian dapat diatur, tetapi kita tidak tahu sejauh mana budget 30.000,- Gulden yang dibutuhkan agar supaya perbaikan itu dilaksanakan. Yang penting gereja bisa dipakai terus.

 

Sang pioneer kembali mengepakkan sayap …..

Anda pasti ingat dengan kronologi di depan bahwa pada tahun 1859 ketika pada waktu itu untuk mengatasi permasalahan yang ada didatangkan dua pater JESUIT yakni Pater Martinus van Den Ellsen dan Pater Y.B. Palinckx. (G.Vriens, Sj. 1974:47). Maka setelah gereja Hati Kudus Yesus berdiri dan telah dianggap mumpuni maka pada hari Sabtu tanggal 30 Juni 1923 datanglah ke Indonesia pater-pater Karmelit bertugas di Malang, sedangkan room-romo Lazaris ditugaskan ke Surabaya beliau-beliau adalah :

  1. Romo De. Th. E. de Backere, CM
  2. Romo C. Klamer, CM
  3. Romo E. Sorneel, CM
  4. Romo J. Wolters, CM
  5. Romo Th. Heuvelmans, CM

Setelah kehadiran romo-romo Lazaris ini maka pada hari Minggu tanggal 1 Juli 1923, Pater-Pater Jesuit yang telah merintis dan menanamkan benih-benih iman kristiani di Surabaya lebih dari 64 tahun, sejak tahun 1859 hingga tahun 1923, mohon diri dari seluruh umat yang ada dalam tanggung jawab gereja Hati Kudus Jesus yang telah mereka rintis dan diserahkan untuk pemeliharaan dan pengembangan selanjutnya kepada room-romo dari Lazaris. Pada hari Minggu tersebut, terjadi pemandangan yang sangat dilukiskan, bercampur aduknya perasaan haru, bahagia, sedih, gembira karena luapan atau perwujudan perasaan syukur dan terima kasih yang tulus iklas dari seluruh umat katolik di seluruh Surabaya kepada Pater-pater Jesuit atas kesetiaan dan pengorbanan mereka selama mewartakan kasih Kristus, tetap bertahan dan berjuang dengan cinta kasih sejati dari Kristus sang penebus. Misa syukur yang diadakan di gereja Hati Kudus Yesus berlangsung syahdu dan khidmat. Gereja yang didesain untuk umat berjumlah 900 orang ini ternyata tidak bisa menampung jemaat yang hadir bahkan yang meluber hingga ke jalan Anita Boulevard sangat banyak sebab hadir juga dari saudara-saudara muslim serta para pejabat pemerintahan pada waktu itu (Residen, wakil residen, regen). Bapak Residen yang muslim juga menyampaikan sambutan dan ucapan syukur beliau karena karya kerasulan yang dilakukan oleh pater-pater Jesuit ternyata secara sosial bisa dinikmati dan berguna bagi seluruh lapisan masyarakat. Koran-koran di Surabaya pun menulis artikel yang sangat menghargai karya misi dari Pater-pater Jesuit, (tulisan V.A. Ernsbergen; lihat halaman 306).

 

YANG KEKAL ADALAH PERUBAHAN

Berdasarkan koreksi yang termuat dalam DKG 44/1934, ternyata apa yang dikhawatirkan terjadi karena hal-hal yang secara teknis tidak proporsional maka pada tahun 1925 gedung yang baru dibangun ini nampak akan ambruk, perlu diusahakan perbaikan secara menyeluruh tanpa harus mengubah keaslian bentuk bangunan, maka dilakukan perbaikan menyeluruh terutama bagian pondasinya. Maka setelah dianalisis maka perbaikan dilaksanakan pada tahun 1926. Setelah sekian lama selalu berada di bawah pengawasan Keuskupan Jakarta maka pada tanggal 15 Februari 1928 wilayah Surabaya dan sekitarnya telah berhasil mendirikan PREFEKTUR APOSTOLIK, dan sebagai PREFEK APOSTOLIKnya adalah Mgr. Th. de Backers, CM. Pada waktu itu ada 15 pastor-pastor Lazaris yang menggembalakan adalah Pastor Y. Zoetmulder, CM. Akhirnya pada tahun 1937 Pater Michael Verhoeks diangkat menjadi Prefek Apostolik Surabaya. Dan yang sangat membanggakan adalah pada bulan Juli 1940 pertama kalinya putra pertiwi, berasal dari tanah Jawa ditahbiskan sebagai imam katolik dan pentahbisan dilakukan di Nederland, beliau bernama Pastor Ignatius Dwijasoesastro, CM. Berkat perjuangan yang tak kenal menyerah dan dilandasi oleh keinginan yang tulus untuk memuliakan nama ALLAH maka pada tanggal 16 Oktober 1941 Surabaya telah menjadi VIKARIS APOSTOLIK. Tetapi dari sumber data lain yang dapat kita peroleh menyatakan bahwa terjadinya pada bulan Januari 1961 (buku petunjuk, 1970:95; buku petunjuk, 1990;239), sedangkan dari sumber lain menyebutkan baru dimulai pada tahun 1942, dua bulan setelah pengumuman perang melawan Jepang dengan Vikaris Apostoliknya dijabat oleh Pastor M. Verhoek (P. Boonekamp, 1974;978), Kedua informasi di atas sama benarnya, hanya yang terakhir didasarkan pada tanggal surat resmi Kepausan. Sampai pada tahun 1951 akibat situasi pada saat itu, seluruh komplek gereja ditinggalkan oleh penghuninya, akibatnya gedung gereja Hati Kudus Yesus beserta dengan isinya menjadi tidak terawat sehingga banyak mengalami kerusakan-kerusakan. Banyak perabotan di dalam gereja yang hilang atau rusak. Setelah kondisi dianggap memungkinkan maka pada tahun 1951 Mgr. Verhoeks melakukan renovasi secara menyeluruh baik dari segi fisik maupun dari iman.

TAMU ITU DATANG JUGA

Pada hari ulang tahun yang ke 10 Paroki Hati Kudus Yesus tepatnya tanggal 8 Mei 1952, Mgr. Verhoeks meninggal dunia dan jabatan beliau dipegang oleh pejabat sementara yakni Pastor Van Megen, CM. Setelah masa berkabung selesai maka dipilihlah Mgr. J. Klooster, CM sebagai Vikaris Apostolik. Pelantikan dilakukan pada tanggal 21 Februari 1953 (sumber berita katedral, edisi khusus 3 Juli 1987). Sedangkan pada tanggal 1 Mei 1953 Mgr. J. Klooster, CM. Menerima tahbisan dari tangan Internuncius apostolic Mgr. G. de Jonghe d’ardoye. Karena berjuang dengan serius sekali maka pada tanggal 3 Januari 1961, Surabaya ditingkatkan menjadi Keuskupan Surabaya dengan Uskup Mgr. Yohanes Klooster, Cm. Meliputi :

Karesidenan Surabaya

  1. Kediri Surabaya
  2. Madiun Blora
  3. Bojonegoro Rembang
  4. Sepanjang

Setelah berjuang tanpa mengenal lelah dalam mengembangkan keuskupan, maka pada tanggal 7 Oktober 1967 umat katolik di Surabaya khususnya dan Jawa Timur pada umumnya kedatangan tamu istimewa yaitu Dubes Vatikan Mgr. Salvatore Pappalardo, selama tiga hari.

Pada masa pemberontakan PKI tahun 1966 yang menimbulkan kekacauan nasional gereja Katolik Hati Kudus Yesus ternyata juga terkena imbasnya, tepatnya pada hari Minggu malam tanggal 15 Oktober 1967 dilempari granat oleh salah seorang oknum PKI, dari halaman muka Sekolah Dasar katolik Majapahit. Bersyukurlah akibat ledakan granat tersebut tidak terlalu parah, gedung pastoran selamat dari ledakan tersebut. Akibat peristiwa ini maka dibangunlah pagar yang mengelilingi lingkungan gereja dan pastoran, dana pembangunan diperoleh dari swadaya masyarakat, walaupun dengan susah payah.

Gereja ternyata bukan hanya tempat beribadat bagi umatnya, tetapi juga tempat pengembangan kualitas manusia dan seluruh kegiatan umatnya. Untuk mewadahi seluruh aktivitas gereja, seluruh aktivitas sosial dan organisatoris yang selama ini dilakukan dengan meminjam gedung orang lain, maka pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 dengan mengucap syukur kepada Allah yelah dilakukan peresmian dan pemberkatan Balai Pertemuan Paroki. Gedung dengan kapasitas 200 orang untuk lantai dasar dan 200 orang untuk lantai atas ini diberkati oleh Romo Kepala Paroki yaitu Mgr. A.J. Dibjokarjono, Pr.

Gereja Hati Kudus Yesus yang dibangun pada yahun 1921 ini ternyata memang benar-benar seperti gadis manis yang manja sehingga menyita perhatian umat, karena pada awal-awal tahun 1972, berkat rasa ingin tahu yang besar dari bapak Rig Soeprapto dan bapak Tjakrasudibja naik ke atap gereja dan ternyata seluruh kayu atap gereja telah dijadikan santapan jasmani ribuan rayap. Akhirnya untuk mengatasi permasalahan tersebut maka romo paroki pada waktu itu mewajibkan umat untuk menyumbangkan sebagian uangnya untuk biaya renovasi atap gereja, syukurlah akhirnya pada bulan Agustus 1972 telah selesai pembangunan atap tersebut “di atas tanah”, dan setelah selesai langsung atap yang lama diambil dan digantikan oleh atap yang baru yang telah disiapkan “di atas tanah”. Untuk perbaikan atap Katedral itu Paroki Hati Kudus Yesus mendapat bantuan dana dari Pemda Tingkat I Provinsi Jawa Timur. Ini membuktikan kepedulian Pemerintah atas perbaikan rumah ibadat.

Pada tahun 1982 jumlah umat semakin banyak dan ternyata kesejahteraan umat katolik juga semakin meningkat, sehingga banyak sekali umat katolik yang pergi ke gereja dengan menggunakan mobil atau sepeda motor, akibatnya halaman gereja yang dari tanah menimbulkan debu yang sangat mengganggu, maka atas kesepakatan dari Romo Paroki dilakukan pengaspalan seluruh halaman gereja dan halaman pastoran Hati udus Yesus yang selesai pada bulan Juli 1982, dan didanai oleh kas Gereja.

Agar umat merasa benar-benar berdoa secara khusus dalam devosi kepada Bunda Maria maka pada tanggal 15 Januari 1982 Romo Paroki, Romo Dr. C. Reksosubroto, CM. mengemukakan maksud untuk mendirikan Gua Bunda Maria. Ini adalah cita-cita beliau waktu ditahbiskan sebagai imam. Sebagai romo muda beliau ingin maju bila suatu ketika berkarya di sebuah paroki besar, akan membangun gua Maria. Romo Reksosubroto jugalah yang mengadakan novena berkesinambungan di Katedral tiap hari Kamis sore dengan pentahtaan Sakramen Mahakudus pada akhir Perayaan Ekaristi.

Sejak kejadian pelemparan granat oleh oknum PKI, pada tahun 1967, Pimpinan Gereja selalu menempatkan penjaga di sekitar gereja dan pastoran. Tetapi karena tidak ada tempat khusus bagi petugas keamanan ini mereka menempatkan diri senyaman mungkin, terkadang di bawah patung Yesus disalib, terkadang di depan toko buku Varia Santa, pokoknya seenak hati para petugas keamanan tersebut, akibatnya kalau mereka istirahat karena kelelahan dan dilihat dari pintu gerbang sangat tidak sedap dipandang mata, maka pada akhir tahun 1996 menjelang hari Natal atas kepedulian Romo Anton Budianto Tanalepie, CM. dibangunlah tempat penjagaan yang terletak didekat pintu gerbang masuk. Dengan selesainya bangunan tersebut maka bapak-bapak penjaga keamanan mempunyai tempat yang manusiawi guna melaksanakan tugasnya sehari-hari.

Karena daya tampung umat dalam gereja terbatas, sisi timur diberi atap dengan lantai paving dan berikutnya sisi barat.

 

Catatan perbaikan dan lain-lain gedung Gereja Hati Kudus Yesus.

Daya tampung dalam gereja terbatas serta perkembangan umat yang hadir bertambah, Romo Anton Tanalepie, CM pada tahun 1996 + 1997 sisi timur diberi atap dengan lantai paving dan dilanjutkan sisi barat. Pintu masuk depan gereja di pasang kanopi tujuannya melindungi umat atau kemanten pada saat musim hujan.

Tahun 2001.

  • Karena bangunan Gereja Hati Kudus Yesus sudah berusia 80 tahun, dinding gereja banyak yang sip/basah terutama di sekitar panti imam, maka atas inisiatif Romo Y.P.H. Jelantik, Pr dan Bapak Latief dinding tersebut di renovasi yaitu diberi marmer warna abu-abu dan atasnya di beri lis dari kayu. Pelaksanaan renovasi tersebut selesai bulan Oktober, salib besar juga disesuaikan diganti dengan ukuran yang lebih ramping dan diapit oleh patung Johanes dan Maria. (sesuai permintaan Bapak Uskup J. Hadiwikarta).
  • Bulan Oktober awal pengecatan gedung gereja sisi luar, dalam, plafon dan sakristi (cat merk Mowilex dan biaya ditanggung oleh sponsor Bapak W.W).
  • Relief jalan salib dan patung yang ada di dalam gereja dibersihkan dan dicat ulang. Di dalam gereja dekat pintu masuk dibuatkan etalase(window of fame) yang diisi dengan benda-benda liturgi antara lain tongkat Mgr. A.J. Dibjokarjono (alm), piala, patena buatan tahun 1862 dan 1895 serta piala, patena Jubileum tahun 2000. Penerangan dalam gereja juga diperhatikan yang semula memakai lampu TL di dinding sisi timur dan barat diganti dengan down light yang diletakkan di plafon.
  • Di Balai Paroki Lantai 2 di pasang foto-foto Paus Johanes II dan Paus Benediktus XVI; uskup T. Backere, Uskup M.Verhoecks, Uskup J. Klooster, Uskup A.J. Dibjokarjono, Uskup J. Hadiwikarta, Romo J. Haryanto (administrator diosesan) dan Uskup V. Sutikno W serta romo kepala paroki antara lain Romo Dibjokarjono, Romo Reksosubroto, Romo Hardjodirono, Romo Anton Tanalepie dan Romo Jelantik.

Tahun 2002

  • Samping timur gereja direnovasi yaitu atap dinaikkan dan lantai semula paving stone diganti dengan keramik, memakai 4 lampu HPIBU @ 250 watt + lampu TL, tembok batas dengan SVD bagian atas diberi lis aluminium dilengkapi dengan kaca dan kisi-kisi udara, tembok atas berbatasan dengan SD Katarina diberi lukisan perjamuan kudus, renovasi selesai sebelum hari Natal 2002.
  • Toko buku Varia Santa yang semula di Balai Paroki sisi timur mulai tanggal 25 Oktober pindah ke sisi barat dengan wajah baru dan lebih luas)

Tahun 2003

  • Kantor sekretariat paroki yang sudah tidak memadai lagi karena sempit, mulai bulan Januari 2003 direnovasi dan dipindahkan ke lantai dua dengan luas 2 kali dari yang lama, pemberkatan oleh Mgr. J. Hadiwikarta pada hari Selasa tanggal 15 April termasuk renovasi sisi barat dan timur
  • Kantin harian buka bulan Maret

Tahun 2004

  • Bulan April panti imam dipasang AC. ( 2 x 6,5 PK merk Trane)

 Tahun 2005.

  • Bulan Maret halaman gereja diaspal ulang.
  • Bulan Mei penyempurnaan sistim tata suara dalam, sisi timur dan barat gereja dengan penambahan dan penggantian loud speaker dan lain-lain.
  • Bulan Juli lantai balkon yang semula ditutup dengan karet dilepas dan tampak lantai asli, panggung kayu karetnya juga dilepas dan diperkuat serta dilapis dengan keramik. Dipasang lis kayu serta penyangga mikropon dibuat permanen serta digantung dan dapat dilipat. Pada saat pembongkaran diketemukan buku lagu kuno ukuran 100 x 60 cm dibawah panggung beserta dengan penyangga.
  • Balkon dilengkapi dengan AC. (2 x 5 PK merk Chang Hong dan 2 x 2,5 PK merk Panasonic).
  • Bulan September pembelian 2 power amplifier Peavey GPS 3400, 10 loudspeaker Peavey SP2 dan pembuatan tempat loudspeaker guna ditempatkan di luar/halaman gereja pada hari Natal/Paskah.
  • Bulan September kanopi pintu depan gereja dibongkar dan dibangun teras/selasar, pembongkaran roster dalam gereja guna pemasangan gril AC. Berkaitan dengan pemasangan AC samping timur (tembok perbatasan dengan SVD) juga diberi jendela geser.

Kanopi dipindahkan ke Wisma Pastoran, Jalan Majapahit.

  • Guna menunjang pemakaian AC di dalam dan sisi timur, tambah daya listrik dari 33 kVA menjadi 197 kVA, tersambung hari Jumat tanggal 9 Desember.
  • Hari Kamis tanggal 15 Desember salib besar lama dipasang kembali di Gereja HKY, saran dari Romo V. Sutikno W.

Sebelum di pasang salib ini diberkati oleh Romo Jelantik jam 11.30.

Catatan : kayu salib di buat baru karena pada saat di pasang di seminari Garum terlalu besar dan dipotong, korpus tetap.

  • Untuk penerangan gereja, AC barat dan balkon dll daya listrik 10,560 kVA menjadi 105 kVA dan tersambung hari Jumat tanggal 16 Desember
  • AC dalam gereja, samping timur dan barat dioperasikan hari Sabtu tanggal 17 Desember (merk Mitsubishi, dalam gereja 4 unit PE 8 + 8 unit PE 5, sisi timur 8 unit PS 10).

Cadangan daya listrik AC dalam dan sisi timur gereja dapat sumbangan Genset 250 kVA dari seorang umat Bapak David Girel, genset lama 29kVA dipakai cadangan daya listrik penerangan dalam gereja.

 

Tahun 2006.

  • Mulai masa pra Paskah, setiap perhentian jalan salib dilengkapi dengan lampu yang dioperasikan dengan remote, perhentian pertama lampu dinyalakan dengan remote dan seterusnya.
  • Bulan September pembelian 1 Mixer 32 kanal merk Soundcraft menggantikan mixer 24 kanal yang rusak. Pembelian 1 set kamera (CCTV) diletakkan di pilar sebelah barat dalam gereja guna paduan suara di bawah dan balkon.
  • Patung di pintu masuk utama: St. Ignatius Loyola dan St. Fransiskus Xaverius dicat berwarna supaya kelihatan hidup dan diberi background kayu.

2 patung ini hadiah dari panitia serah terima tugas pelayanan rohani dari pastor Yesuit kepada pastor ordo Karmelit dan Konggregasi Misi (CM) pada hari Minggu tanggal 1 Juli 1923, 2 patung yang sama juga dipasang di Gereja Kepanjen dan Gereja Darmo (sumber dari: tahun 1923 merupakan tonggak sejarah Keuskupan Surabaya).

  • Bulan September putera altar mempunyai ruang baru dilengkapi dengan AC, lokasi di samping ruang liturgi lt 2.
  • Bulan Oktober kamar mandi dan toilet baru mulai di operasikan, yaitu untuk petugas liturgi, umum dan lantai 2. Dibuat pintu tembusan dari sekolah Katarina ke samping barat gereja, jadi ada 2 pintu tembus di sisi barat dan timur gereja.

Mulai saat ini 5 Oktober kontrak jasa cleaning service dari PT Duta Karya Bersatu meliputi kebersihan dalam gereja, samping timur dan barat, toilet baru dan samping sungai, ruang secretariat dan balai paroki lt 2. Putus kontrak 5 Januari 2009.

 

Tahun 2007

  • Tgl 31 Januari gorden di patung Maria dan Yesus yang semula warna tosca diganti warna krem dan coklat. Kabel listrik, loud speaker dll dipindahkan ke tray diluar, kabel-kabel yang tidak terpakai dibongkar, kabel yang melintas di depan panti imam ditanam di dalam tegel teraso dan di tutup dengan granit warna merah. Kipas angin dalam, timur dan barat di cat ulang warna silver.
  • Tgl 2 Februari Charity Goodwill pindah ke Catholic Centre jalan Bengawan 3.
  • Tgl 21 Februari (Rabu Abu) karpet panti imam diganti baru
  • Tgl 3 Maret dibuka poli dokter gigi, poli dokter umum pindah di ruang ex charity.
  • Tgl 7 Maret kursi koor diganti kursi merk Chitose Caesar A-Imp warna merah N3. Kursi yang lama Chitose warna tosca di pindah ke balkon.
  • Tanggal 9 Maret pemasangant TV LCD Panasonic 42inch ( TH 42 PA 60H), sumbangan dari umat (NN) di tempatkan di sisi timur bagian selatan (tembok Katarina), TV 34” merk Chang Hong dipindahkan ke sisi barat (dekat toilet).
  • Tgl 16 Maret mendapat sumbangan dari seorang umat 1 set TV Panasonic 29inch (TC 29 F6 20JU). Di tempatkan di sisi timur menggantikan TV 29inch merk Panasonic yang sudah mulai rusak.
  • Tgl 13 Juni pembelian 2 mic Shure MX 418, dipakai di meja altar jika misa dengan konselebran.
  • Tgl 13 Juli pemasangan 6 unit Signal Breaker (4 unit di dalam gereja, 1 unit di sisi timur dan 1 unit di sisi barat).
  • Tgl 24 pembelian organ Yamaha EL 11 (paduan suara)
  • Tgl 8 Agustus pemasangan kamera dome di pilar patung Bunda Maria, kamera yang lama dipindah ke pilar no 6 sisi dalam timur.
  • Tembok pemisah sisi sungai di bongkar, di atas sungai ditutup pelat besi .
  • Tgl 17 September, pemolesan lantai dalam gereja, panti imam dan balkon.

 

Tahun 2008

  • Tgl 18 Januari pembelian 1 TV Toshiba 21inch 21SE28-77GD43, untuk ruang asisten imam di sakristi sisi timur.
  • Tgl 24 Januari pembelian 3 TV 29inch merk Panasonic TC20FG20JD, menggantikan 2 TV 29inch Philips dan 1 TV 29inch Panasonic (sisi timur)
  • Tgl 14 Februari Pemasangan karpet warna merah merk 3M ( 2 di pintu masuk depan, 1 pintu sisi barat dan 1 di pintu timur ke sekolah katarina)
  • Tgl 10 Maret pengecatan ulang dan pembersihan toilet wisma pasturan lantai 4.
  • 17 – 26 April pemberian 600 kursi fiber warna hitam dari donatur.
  • Bulan April Poli umum dan poli gigi tutup
  • Bulan Juli, halaman belakang pasturan diberi batas tembok dan di beri taman, kemudian pembangunan dapur baru dan kamar tidur koster di lantai 2.
  • Tgl 8 September pemberkatan ruang adorasi.

 

Profil

algons-1

Gereja Hati Kudus Yesus

Jadwal Misa - Paroki

MISA WAKTU
Harian 05.30 | 06.15 | 18.00
Sabtu (Misa Minggu) 18.00
Minggu (Misa Minggu) 06.00 | 08.00 | 10.00 | 16.30 | 18.30